Senin, 26 Desember 2011

Ini Tentang Kalian...^^


Ini tentang kalian yang baru saja kukenal, tapi hati ini telah benar-benar terpaut dengan hati-hati kalian. Aku bertemu dengan kalian pada suatu moment yang takkan mungkin pernah terlupakan, hingga moment itu berakhirpun, kalian masih senantiasa menghiasi hatiku. Dan aku yakin hingga bertahun-tahun kedepan kalian akan selalu ada dalam ingatanku.
Ini tentang kalian yang selalu menjadi inspirasi. Yang selalu menjadikan diri sebagai teladan dan berharap orang lain lebih baik dari diri kalian. Yang harus terlihat berwajah masam meskipun sebenarnya tak menutupi wajah ceria kalian. Yang seolah berhati batu walau ternyata hati kalian selembut sutera. Kalian yang siap dibenci demi menegakkan sebuah cita-cita yang benama keteraturan dan kedisiplinan.
Ini tentang kedisiplinan kalian yang aku salutkan. Selalu belajar untuk bisa selalu memperbaiki diri. Terus membenahi kedisiplinan diri yang kian terpancar dari ketegasan kalian.
Ini tentang kebijaksanaan yang terpancar dari rona wajah kalian. Yang bisa menempatkan diri di saat dan di waktu yang tepat. Yang tetap bisa mengendalikan emosi saat marah melanda.
Ini tentang ketulusan hati kalian yang tak pernah aku ragukan. Selalu memberi ketika diminta. Selalu menolong ketika orang lain membutuhkan. Kalian yang selalu memberikan kerja terbaik untuk menuntaskan amanah tanpa keluh kesah walaupun lelah sudah menggelayuti raga.
Ini tentang semangat kalian yang tak pernah padam. Bahkan kian membara setiap harinya. Membakar semangat orang-orang yang sedang redup. Menjadi pelopor semangat orang-orang di sekitar kalian.
Ini tentang komitmen kalian yang sangat tak diragukan. Keihlasan, keprofesionalan, kerja keras, dan pengorbanan yang yang telah kalian berikan menjadi bukti nyata komitmen teguh kalian.
Ini tentang senyum kalian yang tulus. Selalu menghiasi wajah-wajah indah kalian. Tak pernah sedikitpun kulihat keterpaksaan dari senyuman kalian. Dan ku yakin senyum itu selalu datang dari hati kalian yang paling dalam.
Ini tentang canda tawa kalian yang selalu menghiasi hari-hariku dan hari-hari kita semua. Tentang keautisan yang tak pernah absen dalam setiap kebersamaan kita. Yang selalu membuatku selalu tersenyum karnanya.
Ini tentang kalian yang tiba-tiba aku rindukan.... :’)
Aku merindukan kebersamaan kita dulu yang hanya berbilang minggu. Aku rindu akan senyum dan tawa kalian yang begitu menghibur kegundahan hatiku. Aku rindu canda kalian yang kian mengisi kekosongan hatiku. Aku rindu kalian walaupun aku tak tau apa lagi yang aku rindukan dari kalian.  Aku rindu kalian hingga tak terkatakan seberapa besar rinduku pada kalian. Aku rindu......
Ini memang hanya tentang kalian yang selalu kurindukan...






17 Desember 2011
Jejak Cinta di Tapak Batas Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---

Rabu, 02 November 2011

Makrab??? –antara benar dan salah-


Malam Keakraban Keluarga Mahasiswa Madura (Makrab Gasisma)

Ketika aku mulai menulis catatan ini, jam di laptopku menunjukkan pukul 01.24 Wib. Aku baru saja selesai mengikuti salah satu sesi yang diadakan, yaitu semacam diskusi dan sharing untuk menciptakan Gasisma yang lebih baik. Berbeda dengan tahun lalu yang hanya sharing dan malah menambah masalah dengan perselisihan antar angkatan, sesi malam ini cukup kondusif dan menambah banyak pengetahuan.
Bentuk acara yang diberikan tadi adalah diskusi kelompok menganalisis sebuah gambar. Setiap peserta dan panitia ikut dalam diskusi ini kecuali dua orang yang menjadi moderator dan notulen, yakni ketua Gasisma dan mantan ketua Gasisma tahun lalu. Nah, kami anggota Gasisma yang ikut makrab berjumlah sekitar 43 orang ditambah moderator dan notulen, dibagi menjadi lima kelompok. Kami diberi satu kertas yang berisi enam gambar. Format gambarnya yaitu logo gasisma sebagai center dan ada lima tanda panah yang keluar dari logo tersebut menuju lima gambar lainnya yaitu foto presiden SBY, logo IPB, gambar tanda tanya –positif-negatif (?+-), sekumpulan orang dengan berbagai macam karakter, lalu gambar yang terakhir adalah gambar peta madura yang diatasnya ada gambar karapan sapi. Nah kebetulan kelompokku kebagian untuk menganalisis gambar yang terakhir. Kalian semua udah pasti tau apa itu karapan sapi kan? Yap, karapan sapi adalah budaya madura yang sudah terkenal dimana-mana bahkan mancanegara. Budaya ini memang sangat identik dengan Madura yang juga terkenal dengan satenya, yah walaupun gak semua orang Madura itu jago nyate, hhe...
Nah, aku bocorin nih sedikit hasil analisis kelompokku perihal Logo Gasisma dengan tanda panah menuju peta madura dengan gambar karapan sapinya. Gasisma adalah sebuah perkumpulan mahasiswa madura (yang kami anggap keluarga) yang merantau jauh ke Bogor untuk menuntut ilmu. Analisis ini kami kerucutkan hanya dibidang budaya saja agar tidak meluas dan semakin tak jelas hasilnya. Sebagai mahasiswa Madura, maka sepantasnyalah kami harus tetap membudayakan budaya Madura meskipun kami jauh dari kampung halaman, bukannya malah terbawa arus budaya kota yang sangat bertolak belakang. Di Gasisma sendiri kita melihat bahwa kita masih sering menggunakan bahasa ibu kami yaitu bahasa Madura, meskipun masih bahasa kasar, setidaknya kami masih fasih ketika berbicara. Sekedar bahasa, kami belum bisa mempopulerkan kebudayaan yang lain seperti tari pecut, karapan sapi, sapi sono’, deelel. Karapan sapi memang sudah populer tanpa kami populerkan lagi, tapi hanya sebatas populer saja, tanpa tau sejarah dan tetek bengek lainnya perihal karapan sapi. Disinilah kepedulian mahasiswa Madura khususnya anak-anak Gasisma dipertanyakan. Kami kurang peduli untuk mempopulerkan berbagai kebudayaan Madura yang sebenarnya sangat bagus dan unik dan mempunyai ciri khas tersendiri tersebut.
Selain itu budaya juga mempersatukan empat wilayah yang ada di Madura yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Kami mengakui adanya perbedaan dari keempat kabupaten tersebut, tapi kami bersatu melalui Madura, karena ternyata banyak orang yang hanya mengenal madura tanpa mengenal keempat kabupatennya yang mempunyai ciri khas masing-masing. Nah, kami di Gasisma yang anggotanya juga terdiri dari masyarakat keempat kabupaten tersebut masih merasa adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Istilah kelompokku tadi adalah “deskriminasi antar kabupaten”. Jadi menurut kami tak perlulah masing-masing dari kami menyombongkan prestasi kabupaten asalnya, karena sebenarnya kami adalah satu Madura. So, anak-anak Gasisma harus menghapuskan deskriminasi antar kabupaten tersebut. Setuju? :D
.
.
.
.
.
.
.
Nah akhirnya aku ngelanjutin lagi neh tulisan setelah sempat tertunda karna kemaren pas nulis, laptopnya dipinjam kakak kelas buat nonton film, alhasil akunya jadi ikutan nonton, hhe... :p
Kalo sebelumnya aku cerita tentang hasil diskusi kelompokku about Madura & Gasisma, sekarang aku ingin nulis tentang makrab dan fungsinya bagiku. Sebenarnya sih aku pengen nulis tema tentang makrab, tapi tak apalah sebelumnya aku berbagi cerita... Lets go about makrab... :)
Makrab bukanlah sesuatu yang asing didengar lagi bagi anak-anak IPB yang notabene tiap tahun mungkin akan mengalaminya, setidaknya ditingkat satu atau dua anak IPB pasti melakukan makrab. Baik itu makrab Omda –bagi yang punya Omda-, makrab kelas TPB, atau bahkan makrab departemen yang dianggap sebagai rangkaian kegiatan MPD yang harus dan wajib diikuti. (bahasaku gak baku banget ya?:p)
Bicara masalah makrab, khususnya makrab Gasisma yang baru saja aku ikuti ini menurutku cukup bagus dengan konten-konten acaranya yang mendidik. Selain diskusi kami juga melakukan senam pagi bareng, outbond disawah, dan menyusuri jalan yang cukup panjang untuk sampai di pemandian air panas. Oke, aku sebenarnya setuju dengan kegiatan positif seperti diskusi kelompok karena kegiatan seperti itu bermanfaat dan bisa membantu kita lebih intelek dalam melihat masalah dan mencari solusi akan masalah tersebut. Menambah keakraban antar anggota? Pasti. Senam dan outbond pun bisa dihitung olahraga yang bisa menyehatkan badan kita, ya nggak???
Tapi yang aku pertanyakan disini adalah kenapa ajang untuk melakukan hal-hal positif tersebut harus makrab? Malam keakraban? Kenapa harus malam coba, siang juga bisa kan??? Iyalah outbond pastinya siang.  Satu hal yang kurang aku setujui adalah diskusi tersebut harus malam bahkan hingga lewat tengah malam. Toh diskusi dari pagi sama aja kan, bahkan waktunya bisa lebih panjang dan bahasannya akan lebih luas dan lebih berbobot. Nah kalo malam? Waktunya mepet dan harus dipotong waktu tidur. Belum lagi kalo pesertanya pada ngantuk, gak bakal masuk tuh hasil diskusi ke otak mereka. Pasti mantul sebelum nyampe telinga. Selain itu, kalian juga pasti ngerti alasan kenapa aku tidak setuju adanya makrab ini. Yupz, karena pas malem saat tidur ada perempuan dan laki-laki dalam satu rumah. Kita tau kita udah dewasa dan udah tau yang mana yang benar dan mana yang salah, tapi coba ingat setan itu juga ada dimana-mana kan?
Hanya saja suaraku disini adalah bagian dari suara minoritas yang akhirnya tak bisa berkutik apa-apa. Aku mengikuti acara ini karena menurutku semakin aku tidak ikut, maka akan ada suara-suara sumbang yang tidak enak didengar dibelakang hari kemudian. Nah, aku juga ikut dengan alasan bahwa aku bukan siapa-siapa yang bisa memutuskan acara ini benar atau salah secara mutlak. Yah, aku hanya tak setuju dan berusaha menghilangkan, benar-benar menghilangkan, pikiran-pikiran negatif dari otakku. Setidaknya aku mengantisipasi diriku sendiri untuk mengantisipasi teman-temanku. (Kata-kataku ribet banget ya? Aneh lagi :D).
Dan saat perjalanan pulang dari pemandian air panas, seorang adik kelas 48, Faisal Rahman namanya, ia juga teman seperjuangan di PII saat SMA dulu. Dia bilang, “Kita sebagai muslim bukanlah hakim yang pantas menghakimi ini benar atau salah, kita sepantasnyalah menjadi penengah agar apa yang dilakukan menjadi benar bukan malah menjadi suatu kesalahan”. Begitu kira-kira kata-kata yang sebenarnya ia kutip dari Mentor atau Murobbinya, aku sedikit lupa. Tapi intinya adalah kita bukan hakim yang bisa mengatakan makrab ini benar atau salah selama tak disinggung di Al-Quran, Hadis, ataupun Ijma’. Kita seharusnya bisa ikut  menjadi penengah, membaur tapi tak melebur. Setuju sekali dengan adik yang satu itu. Ah, ada teman seperjuangan disini. :)
Akhirnya, inilah sedikit curhatan gaje dan mungkin sedikit tentang perdebatan hati selama ini tentang sebuah ajang yang bernama “malam keakraban”.
Tak benar dan juga tak sepenuhnya salah. Hanya bagaimana kita menyikapi dan menjalaninya secara benar. Tapi selama keakraban bisa dihadirkan tanpa ajang makrab, kenapa tidak??? :D
Makin ke belakang makin gaje n makin gak nyambung neh... Udahan aja ya :)

Catatan menuju tapak batas
...Cakrawala Biru...

Senin, 17 Oktober 2011

Menjadi Apapun Dirimu...


Tiba-tiba saja ingat akan sebuah catatan yang pernah aku posting dulu di sebuah akun jejaring sosial FB. Tak bosan-bosannya aku membaca catatan ini, dan yah aku ingin membagikannya untuk teman-teman yang baca blog ini. Mungkin sebagian dari kalian sudah baca, karena sebenarnya catatan ini bukan catatan yang aku buat sendiri. Aku mendapatkannya dari seorang Murobbi saat aku masih SMA dulu yang entah beliau dapat dari mana. Catatan ini menginspirasikan aku tentang jati diri yang aku cari.
Bahwa menjadi apapun diriku itu adalah sebuah ciri khas dan keistimewaan yang aku punya. Dan menjadi apapun diriku, haruslah aku tetap sadar bahwa aku adalah hamba-Nya yang tak berguna apa-apa tanpa Dia yang selalu memberikan kasih sayang-Nya yang tanpa batas. 
Aku adalah aku. Aku adalah hamba-Nya yang harus senantiasa bersyukur saat aku menjadi apapun itu.
Aku hanya ingin menjadi diriku yang terus memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. 
Aku adalah Yuli yang ingin hatinya menjadi seluas cakrawala biru di ufuk sana. Membentang indah dan senantiasa memayungi dunia.
Seperti diriku, maka...

Jadilah apapun dirimu...^^


Pantai Karang
Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia ‘kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab  ia ‘kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia ‘kan melawan bayu yang keras menghembus dan  menerpa dengan angin yang coba membekukan. Sebab ia ‘kan  menahan  hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia ‘kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus. Sebab ia ‘kan tegak berhari-hari,bertahun-tahun, beradab-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.

Pohon
Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tak mudah. Sebab ia ‘kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala tiap siangnya. Sebab ia ‘kan  meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia ‘kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia ‘kan berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan memberikan tempat naungan bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.

Paus Biru
Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.

Elang
 Menjadi elang-lah, dengan sgala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.

Melati Putih
Menjadi melati-lah, meski tampak tak berwarna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab  ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karna pahami hakikat hidupnya.

Mutiara
Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab  ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah di pandang mata. Sebab  ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.

Kupu-Kupu Biru




Menjadi kupu-kupu-lah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses yang sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari sgala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.


Karang akan  hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan  bentangan sayapnya. Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas ‘tuk selalu menerima keadaanya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain  dengan sgala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang.

Tapi karang menjadi kokoh dengan sgala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang dan  justru terlihat indah dengan sgala kesederhanaannya. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.

Menjadi apapun dirimu..., bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatannmu. Sebab kau  sadari kelemahanmu.

Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah  sadari kehambaanmu.

(Anonim)


Untuk teman-temanku yang sedang berjuang meraih mimpi,,,
jadilah kalian seperti apa yang kalian inginkan,,,
berjuanglah dengan sekuat tenaga dan berikan yang terbaik yang bisa kita berikan,,,
karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain...
Marilah kita tebar kebaikan di muka bumi ini...


Semangat ^^

Rabu, 12 Oktober 2011

Siapa Temanmu???

Sesuai dengan judul diatas, aku ingin bertanya pada teman-teman pembaca semuanya, siapakah temanmu? Seperti apa sifat-sifat mereka? Apakah kamu bahagia berteman dengan mereka? Benarkah mereka temanmu ataukah hanya sebuah parasit dalam kehidupanmu yang hanya memanfaatkanmu untuk kepentingan pribadinya saja? Atau bahkan mereka membawamu ke dalam pergaulan yang tidak baik? Udah kayak wawancara aja saya... wkwkw :D
Sebelum melanjutkan membaca tulisan gaje saya ini, ada baiknya coba kalian renungkan dan jawab pertanyaan-pertanyaan di atas dalam hati kalian masing-masing. Kalian pasti bisa menjawabnya kan???

Manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya seorang manusia sepanjang hidupnya memerlukan kehadiran orang lain untuk melengkapi kehidupannya sehari-hari, simplenya seseorang yang hidup di dunia ini pastilah membutuhkan teman. Teman disini dalam artian banyak hal tentu saja. Teman bisa diperoleh dalam keluarga sendiri seperti ayah, ibu, kakak, adik, suami, istri, atau bahkan anak. Teman juga diperoleh di luar kelompok keluarga, seperti teman yang kita miliki dilingkungan sekolah atau lingkungan pergaulan kita. Bahasan yang akan saya angkat kali ini adalah teman diluar kelompok keluarga yang bisa dibilang sangat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Sebagai manusia, kita sepatutnya bisa bergaul dengan siapa saja. Tak perlu memandang derajat yang seperti saat ini kerap terjadi. Si Kaya ya hanya akan bergaul dengan si kaya yang lain, sedangkan si miskin juga bergaul dengan si miskin yang lain. Lantas yang gak kaya dan yang gak miskin temenan sama siapa dong? #ngasal
Tapi eh tetapi, dalam Islam yang Rahmatan Lil Alamin ini ada beberapa tuntunan dalam memilih teman-teman untuk bergaul. Biar gak hanya sekedar bergaul yang menimbulkan mudharat bagi orang lain dan diri kita sendiri, tetapi bergaul yang bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi diri kita dan agama kita. So, sepatutnyalah kita pandai memilih pada siapa saja kita bergaul dengan teman kita dalam lingkungan pergaulan yang luas.
Rasulullah SAW bersabda:
“Manusia itu menurut agama temannya. Aka hendaklah diperhatikan oleh seorang diantara kamu akan orang yang akan diambil menjadi temannya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi,dan AlHakim dari Abu Hurairah dengan sanad shahih)
Nah lho? Seperti kata Nabi SAW, diri kita itu dilihat dari bagaimana agama teman-teman kita. Kalau kita berteman dengan anak-anak bengal yang suka ngelawan orang tua dan selalu ngelakuin dosa, kita bisa tau tuh kayak gimana kita aslinya. Jawabannya ya kita sama seperti mereka. Sebaliknya, jika kita berteman dengan orang-orang yang shalih dan shalihah yang selalu melakukan kebaikan dimanapun mereka berada, maka itulah cerminan diri kita,Insya Allah. Seperti kata pepatah “Berdiri di dekat tukang besi akan terimbas panasnya, berdiri di dekat penjual minyak wangi akan terciprat wanginya.” Begitulah kira-kira... Bener gak ya? :p
Al-Ghazali, dakam tulisannya di buku Ihya’ Ulumiddin mengatakan bahwa ada lima perkara pada orang yang patut dipilih menjadi teman. Mau tau apa aja????? Yuk-yuk kita lihat penjelasan di bawah ini.... hehe... J
*      Berakal

Akal adalah pokok dan itulah asalnya. Maksud dari tidak berakal disni bukan hanya gila ya teman. Kalo dari yang saya baca, yang dimaksud dengan ‘orang “berakal” ialah orang yang memahami segala persoalan menurut yang sebenarnya. Adakalanya oleh dirinya sendiri dan adakalanya apabila diberi peringatan oleh orang lain.’ Menurut penafsiran saya sih, teman yang “berakal” itu adalah seseorang mengerti dan bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dia akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan yang benar, oleh kesadaran dia sendiri dan respek juga ketika ada orang lain yang mengingatkannya. Bingung ya? Saya juga bingung #plak

Di dalam artikel yang saya baca menyebutkan bahwa, “Tak ada kebajikan berteman dengan orang bengal. Kesudahannya akan kembali kepada keliaran hati dan putus silturrahim, walaupun persahabatan itu telah berjalan lama.”

 Yang ini pernah saya alami neh, saat SMA dulu. Saya punya teman namanya A, awalnya sih dia anak yang biasa aja menurutku, tapi makin lama makin aku kenal, dia seorang anak yang keras kepala dan bahkan berani melawan orang tua. Yang aku tahu dia bahkan sering kabur dari rumahnya. Saya berusaha untuk bisa merubah dia menjadi lebih baik lagi, tapi ternyata dia malah makin menjadi. Pergaulannya mulai bebas dan tak terkendali. Sejak saat kelas 3 akhir, hubungan kami merenggang, emang gak putus sih, tapi kalo dibandingkan dengan persahabatan kami dulu tuh rasanya jauh banget, apalagi sejak saya pindah ke Bogor setahun silam. Benar-benar tak ada komunikasi antara kami. Saya sih hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuknya, biar bagaimanapun dia adalah sahabat saya.
Kok saya jadi curhat sih? xD Lanjut ke topik yang seharusnya yuk....

“Orang bengal itu kadang-kadang mendatangkan kemelaratan bagimu, sedang maksudnya mendatangkan kemanfaatan kepadamu dan menolong kamu, dimana sebenarnya dia sama sekali tak tahu.”

Wah bahaya dong kalo gitu, bukannya bantu menyelesaikan masalah, malah nambah masalah ya?? Ckckck...

*      Baik Budi Pekertinya

Nah yang ini pasti ngerti dong apa maksudnya??? Jadi lanjut ke perkara berikutnya....
Enggak ding, bercanda, hehehe....

“Baik budi pekertinya tidak boleh tidak dimiliki oleh siapapun yang menjadi teman kita.”
Tidak boleh tidak artinya harus kan ya? :p lanjut....

“Karena banyaklah orang berakal, mengetahui segala sesuatu menurut yang sebenarnya. Tetapi apabila dia memiliki sifat pemarah, atau punya nafsu syahwat yang besar (serem), atau seorang pengecut, niscaya ia suatu saat akan mengikuti hawa nafsunya. Kalau sudah begini, ia akan melanggar apa yang sebenarnya diketahuinya. Hal ini terjadi akibat lemahnya kontrol dan pengendalian yang bersumber dari budi pekerti yang baik. Itu sebabnya patut bagi kita memperhatikan kebaikan budi pekerti teman kita.”
Ooh,,, jadi Budi itu teman kita??? #plak

*      Tidak Fasiq

“Dan janganlah engkau turut orang yang telah Kami lalaikan hatinya dri mengingat Kami dan ia menurutkan hawa nafsunya.” (QS Al-Kahfi:28)

“Oleh yang demikian itu, janganlah engkau dipalingkan daripada mempercayainya, oleh orang yang tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya.” (QS Thoha:16)

“Oleh karena itu, maka tinggalkanlah orang-orang yang berpaling dari mengingat Kami dan ia tidak ingin selain dari penghidupan yang rendah ini.”(QS An-Najm:29)

“Yang dimaksud dengan orang fasik disini adalah orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Tidak ada faedah berteman dengannya karena orang tidak akan merasa aman dari tipuannya serta tidak dipercayai dengan kebenarannya. Ia selalu berubah-ubah dengan perubahan maksud-maksudnya.”
Jadi takut, saya masih merasa selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan maksud. Semoga saja saya dan yang sedang membaca tulisan saya ini bukanlah golongan dari orang-orang fasik, amin.

“Dan turutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”(QS Luqman:15)

*      Tidak Berbuat Bid’ah

“Berteman dengan orang yang berbuat bid’ah, maka berteman dengan dia, terdapat bahaya menjalarnya bid’ah itu dan berkembang kutukan bid’ah kepadanya.”
Pembaca tau kan apa yang dimaksud dengan bid’ah? Bid’ah itu adalah perbuatan yanng mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam Islam.

Umar ra berkata, “Haruslah kamu berteman dengan orang-orang yang benar! Kamu akan hidup dalam lindungan mereka. Sesungguhnya mereka itu, adalah hiasan di waktu senang dan perisai di waktu susah. Letakkanlah persoalan saudaramu (temanmu) dalam keadaan yang sebaik-baiknya! Sehingga ia membawa kamu, apa yang memenangkan kamu. Dan asingkanlah dirimu dari musuh-musuhmu, dan berhati-hatilah dari temanmu, kecuali yang kepercayaan dari kamu itu! Dan tidak ada yang kepercayaan, selain orang yang takut pada Allah. Maka janganlah engkau berteman dengn orang dzalim, nanti kamu akan memperoleh pengetahuan dari kedzalimannya! Dan janganlah engkau perlihatkan kepadanya rahasia engkau! Dan bermusyawarahlah tentang urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah!” (diriwayatkan oleh Sa’id bin Al-musayyab)

*      Tidak Loba kepada Dunia

“Adapun berteman dengan dia (orang yang loba pada dunia,red) adalah racun pembunuh. Karena tabiat (karakter) manusia ini, tertarik dan menyerupai. Duduk-duduk dengan orang yang loba kepada dunia itu, dapat menggerakkan kelobaan. Dan duduk bersama orang-orang zahid, dapat menggerakkan kezuhudan di dunia. Karena itulah, tiada disukai berteman dengan orang-orang yang mencari dunia. Dengan orang-orang yang gemar akan akhirat.”

Berkata Ali ra, “Hidupkanlah ketaatan dengan duduk bersama orang yang disegani.”
Berkata Lukman, “Hai anakku! Duduk-duduklah dengan ulama dan berdesak-desaklah kepada mereka dengan kedua lututmu. Karena sesungguhnya hati itu hidup, dengan pengetahuan tinggi (ilmu hikmah), sebagaimana tanah mati, hidup dengan banjir dari hujan.”

Redaksi lain, yakni Ja’far Ash Shadiq ra berkata, “Janganlah engkau berteman dengan lima orang:
*      Pendusta. Maka engkau berada dalam penipuannya. Dia adalah seumpama cahaya panas (fatamorgana), dekat kepadamu yang jauh dan jauh kepadamu yang dekat.
*       Orang dungu. Maka tidaklah engkau memperoleh daripadanya sesuatu. Ia mau mendatangkan manfaat kepadamu, lalu ia akan memelaratkan akan kamu.
*      Orang kikir. Maka ia putuskan daripada kamu, sesuatu yang kamu amat memerlukannya.
*       Orang pengecut. Maka ia akan menyerahkan kamu dan ia akan berlari menghadapi kesulitan.
*      Orang fasiq. Maka ia akan menjual kamu dengan sesuap makanan atau kurang dari itu!”

Wah... Ngeri juga ya kalo kita salah memilih teman atau sahabat. Ternyata memilih sahabat itu harus selektif, pilih yang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Islam. Seperti kata seorang teman, dekatilah seorang yang kau bermaksud jadi temannya dengan pendekatan hati, hati kita akan tau dia teman yang baik atau bukan untuk kita.
Tapi kalo menurutku, jangan menjauh dari teman-teman yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, tetaplah menjadi teman mereka, tetapi dalam batasaan-batasan yang menjaga kita agar tidak terseret dalam pergaulan mereka yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Karena kalo kita menjauhi mereka, pastilah kita akan menjadi sasaran empuk bagi pembicaraan mereka di belakang kita, iya bukan? Hanya sekedar pendapat loh... J
Seperti yang aku tulis di salah status jejaring sosial beberapa hari lalu tentang sahabat yag dinukil dari perkataan Ali bin Abi Thalib ra.
“Temanmu yang sebenarnya, ialah orang yang ada bersamamu.
Dan orang yang menyusahkan dirinya, supaya ia bermanfaat bagimu.
Pada waktu membimbangkan, Ia berkata terus terang kepadamu.
Dia sendiri pecah berantakan, supaya kamu terkumpulkan selalu.”



 


Semoga bermanfaat...! :D
Ingin tau cerita tentang sahabat yang benar-benar sahabat? Tunggu postingan saya selanjutnya... xD



13 Oktober 2011
Menyusuri Tapak Cinta di batas Cakrawala Biru

Jumat, 07 Oktober 2011

Cara ALLAH SWT membimbing kita...

Cakrawala itu kini kosong, sekosong hatiku saat ini...


Status itu aku posting beberapa hari yang lalu di akun jejaring sosial. Jujur saja keadaan itu benar-benar sedang terjadi. Beberapa hari ini aku merasa kosong, imanku turun, lebih senang menyendiri, badan rasanya sakit semua, dan seolah tak ada semangat untuk menjalani hari. Semua yang aku lakukan rasanya jadi sebuah kesia-siaan yang benar-benar menyiksa. Berbagai tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawabku terlalaikan hanya karena kemalasan dan lagi-lagi karena perasaan yang tak menentu. Ditambah dengan sikap beberapa orang diluar sana yang terkesan antipati dan tak menghargai apa yang aku katakan, istilah singkatnya CUEK.
Bahkan aku sendiri tak bisa mengerti keadaan hati dan perasaanku, hal itu semakin membuatku tersiksa. Dan satu hal yang ingin aku lakukan saat mengalami hari-hari itu adalah...
Berteriak sekencang-kencangnya dan menangis sepuas-puasnya...
Tapi ternyata tak bisa... ternyata itu tak cukup...
Lalu saat aku kembali membuka-buka file materi, entah materi mentoring, seminar, tulisan teman, artikel dari internet, dan lain-lain yang sengaja aku bawa dari kampung. Yah, file-file itu aku dapatkan saat aku masih di Pamekasan sana. Lalu aku menemukan bacaan yang sedikit menyegarkan hati dan perasaanku, yang membuatku sadar bahwa ini adalah bagian dari hidup yag harus aku terima dan pastinya harus aku hadapi.
Mungkin bacaan yang ingin aku tuliskan ini sudah pernah kalian baca, tapi tentu saja kalian takkan bosan membacanya. Karena ini kisah yang harus senantiasa kita renungkan bersama untuk menjadi manusia yang selalu bersabar dan percaya pada Allah SWT. Ingatkah pada kata-kata : “Prasangka Allah sesuai dengan prasangka hamba-hambaNya.

Suatu hari seseorang menemukan seekor calon kupu-kupu pada sebuah lubang kecil. Dia duduk dalam beberapa jam mengamati calon kupu-kupu itu yang sedang berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya ia telah berusaha semampunya dan tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, ia mempunyai tubuh gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergeaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah Jalan Allah SWT untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang-kadang perjuangan adalah sesuatu yang kita perlukan dalam hidup kita.
Jika ALLAH SWT membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita dan harapan yang kita inginkan. Kita mungkin tidak akan pernah bisa “terbang”...
Sesungguhnya ALLAH SWT itu Mahapengasih dan Mahapenyayang...

Ketika Kita memohon Kekuatan...
Dan ALLAH SWT memberi kita kesulitan untuk membuat kita tegar
Ketika Kita memohon Kebijakan...
Dan ALLAH SWT memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana
Ketika Kita memohon Kemakmuran....
Dan ALLAH SWT memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran
Ketika Kita memohon Keteguhan Hati...
Dan ALLAH SWT memberi bencana dan bahaya untuk diatasi
Ketika kita memohon Cinta...
Dan ALLAH SWT memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicinta.
Ketika Kita memohon Kemurahan/Kebaikan Hati...
Dan ALLAH SWT memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti
Begitulah cara ALLAH SWT membimbing kita...

Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan dari ALLAH? Kadang Allah SWT tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti ALLAH SWT memberikan yang terbaik untuk kita. Kebanyakan kita tidak mengerti, bahkan tidak mau menerima rencana ALLAH SWT, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.
Tetaplah berjuang...berusaha...dan berserah diri...
Jika itu yang terbaik maka pasti ALLAH SWT akan memberikannya untuk kita...
Jadi, apapun yang kita terima dari ALLAH SWT adalah yang terbaik yang ALLAH SWT berikan...

Bacaan diatas  menyadarkanku pada suatu hal, bahwa hidup ini adalah ujian. Entah itu musibah yang menyakitkan atau peristiwa indah yang menyenangkan. Termasuk kali ini, apa yang menimpaku adalah sebuah ujian yang harus aku hadapi. Ini hanya sebuah masalah kecil dan ternyata aku masih terlalu banyak mengeluh menghadapi semuanya. Aku masih terlalu naif menghadapi hidup, aku masih terlalu cengeng untuk menghadapi kenyataan.
Yang tersisa kini adalah semangat yang harus kian membara seiring berjalannya waktu. Semangat itu tak boleh padam.
Tetap semangat menjalani hidup...