Tampilkan postingan dengan label idealisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label idealisme. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 April 2014

Tujuan



Pengalaman adalah pembelajaran yang paling berharga. 
Sebuah kalimat yang sudah tak lagi asing untuk dibaca, didengar, dan ditulis seperti yang aku lakukan saat ini. Sejatinya memang benar, tapi aku bisa beranggapan bahwa berpengalaman pun kalo ia tak coba belajar dari apa yang ia alami, maka satu-satunya pelajaran yang ia hasilkan adalah kesia-siaan…
Banyak mahasiswa, sangat banyak malah, yang terlalu mengandalkan kalimat “saya ingin mencari pengalaman” ketika ia ditanya alasan atau tujuan mengapa ia mendaftar jadi panitia suatu kegiatan atau mendaftar jadi anggota suatu organisasi kampus. Nyatanya kalimat ini memang terasa cukup ampuh untuk bisa diterima dalam beberapa kepanitiaan atau organisasi. Tapi pertanyaannya adalah apakah benar mereka mencari pengalaman? Ataukah hanya sekedar mencari kesibukan di lowongnya kuliah? Ataukah mencari nama baik sebagai aktivis karna takut dianggap sebagai mahasiswa kupu-kupu? Atau hanya sekedar numpang nama biar terlihat sebagai aktivis kampus tapi nyatanya kerja hanya setengah-setengah bahkan kosong? Dan timbullah atau-atau yang lain.
Tak ada kesimpulan secara umum, karna yang tau tujuan dari masing-masing orang itu adalah orang itu sendiri. Tapi setiap tujuan itu tidak hanya menyangkut diri sendiri, ia berkaitan dengan yang lain, ia bersinggungan dengan tujuan yang lain. Tujuan itu bisa tercapai dengan komitmen, maka ketika tujuannya adalah mencari pengalaman, maka komitmenlah dengan kerja-kerja yang akan memberikan pengalaman. Tujuan itu adalah agenda bersama, maka ketika tujuannya adalah mencari pengalaman, maka jangan lupakan bahwa ada orang lain yang memiliki tujuan yang sama mencari pengalaman. Jangan menjadi manusia rakus yang mengambil semua pengalaman tanpa menyisakan sedikitpun bagi mereka yang memiliki tujuan yang sama. Tujuan itu adalah tekad pribadi, maka ketika tujuannya adalah pengalaman, maka buanglah rasa malas, ego, dan ketidakpercaan diri yang menghambat dan membuatmu menjauh dari pengalaman-pengalaman yang mengesankan.
Dan sekali lagi bahwa tujuan itu tidak hanya menyangkut diri sendiri, ia berkaitan dengan yang lain, ia bersinggungan dengan tujuan yang lain. Ketika komitmenmu tak sebesar tujuanmu, ketika rasa malas, ego, dan rasa ketidakpercayaan dirimu bahkan lebih besar dari egomu, maka janganlah mengorbankan yang lain. Karna ketika itu terjadi,  buruknya adalah kau menghambat dan bahkan menghancurkan tujuan lainnya.

Teguran keras bagi diri sendiri dan bagi mereka yang tak mengerti makna besar dari sebuah tujuan..
-ya-

Minggu, 02 September 2012

Menghayati Sebuah Peran


nyambung gak ya??? --a
Terbetiklah judul diatas suatu ketika, tepatnya satu minggu yang lalu setelah aku menyelesaikan sebuah amanah. Sudah seminggu yang lalu, tapi aku baru sempat untuk menulis dan mempostingnya sekarang. Jangan tanya alasannya kenapa, karena kalian pasti tahu kalo membaca postingan tentang diriku sebelumnya. Buat beberapa orang mungkin akan mengerti maksud kenapa aku  membuat postingan ini. Karena sebelumnya aku pernah berbicara tentang hal ini kepada mereka, dan mereka pun mungkin mengalami hal yang sama denganku.

Setiap manusia dalam kehidupan, sekecil apapun itu, pasti memiliki peran. Entah itu protagonis, antagonis, atau di antara keduanya. Ini bukan tentang sinetron ataupun film, tapi ini tentang peristiwa kehidupan. Kau pernah ikut kegiatan atau sebuah festival dimana kau menjadi salah satu pengisi acara? Anggaplah kau ikut sebuah pentas drama dan kau menjadi pemeran figuran, peran yang sama sekali tak diperhatikan orang, bahkan kau sendiri baru tahu bahwa ada peran itu. Mungkin kau senang karna tetap mendapat peran walau figuran daripada tak lolos seleksi, tapi bukankah kau juga bisa sedih karna tak bisa mendapatkan peran yang lebih baik, yang mungkin akan lebih dihargai oleh orang lain??? Kali ini anggap saja kau kecewa dengan hasil yang kau dapatkan meskipun akhirnya kau terima juga peranmu. Latihan demi latihan kau jalani meskipun dengan hati dongkol juga iri melihat orang lain memainkan peran yang kau inginkan. Akhirnya kau menjadi tak ikhlas dalam menjalani latihan. Ketak-ikhlasanmu berakibat pada kesalahan-kesalahan yang kau lakukan saat latihan yang membuat pelatih jadi geram dan kesal padamu. Tiap hari dia marah-marah karna kau selalu melakukan kesalahan dan tak becus dalam berakting. Hal ini tent saja semakin membuatmu kesal bukan? Dan puncaknya kau dimarahi habis-habisan saat gladi bersih pentas drama yang kau ikuti karena tak hafal dialog.

Merasa tak berguna dan tak dibutuhkan karna terlalu sering mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan, itulah yang kamu rasakan. Dan ketika puncak acara pentas drama itu tiba, kau memilih tidak datang dan membiarkan acara berjalan tanpa kamu yang berpikiran bahwa acara pentas drama itu akan tetap berjalan dengan mulus dan sempurna. Tapi bukankah itu hanya praduga yang ada dalam pikiranmu???

Kau tidak tau betapa gaduhnya pelatih mencarimu yang tak kunjung datang di backstage. Betapa bingungnya dia mencari penggantimu padahal dia sendiri tau hanya kamu yang paling ahli berperan disitu. Betapa paniknya teman-temanmu melihat pelatih yang mondar mandir menunggu kedatanganmu dengan muka cemas. Dan betapa kalang kabutnya pentas drama hanya karena tak ada pemeran figuran yang bahkan dianggap tak ada itu. Kau tak tau bahwa ternyata bahkan pemeran utama tak bisa melakukan perannya jika peran figuranmu tak berjalan. Kau begitu santainya meninggalkan pentas drama karna kau tak tau betapa pentingnya dirimu. Kau tak tau tanpa kau, acara pentas drama itu berjalan dengan kacau balau.

Tapi ah, sekali lagi kisah diatas hanya sekedar perumpamaan bukan. Hanya sekedar contoh yang bahkan mungkin tak pernah terjadi di dunia. Bahkan mungkin yang terjadi di dunia adalah yang lebih besar dari itu. Entahlah. Aku membaca sebuah filosofi yang di buat oleh kakak di sebuah lembaa. Tentang Air. Bukankah gedung tidak akan berdiri jika tak ada unsur air saat pembangunan. Pernahkan kita mengkalkulasi air saat kita mengkalkulasi bahan-bahan lain seperti pasir, bata, dan semen? Air seolah tak memiliki makna disana, tapi tanpa air kita takkan pernah bisa menyatukan pasir, semen, dan bata menjadi sebuah gedung yang kokoh.
 
Menjadi apapun dirimu. Peran apapun yang kau sandang, maka itulah dirimu. Kau mungkin tak suka, kau mungkin tak ingin, tapi mungkin saja kau orang tepat mengisi peran itu. Kau merasa tak bisa, kau merasa bodoh, tapi mungkin saja kau lebih ahli dari pada yang lain untuk memerankan peran itu. Kau hanya berprasangka yang mungkin saja kenyataannya tak sesuai dengan prasangka yang ada di pikiran dan hatimu.

Maka hayatilah peranmu, jalanilah peranmu. Berikan yang terbaik yang kau bisa dan ikhlaslah dalam menjalaninya. Karena kau tahu, kau pasti akan mendapatkan balasan atas apa yang kau kerjakan. (ya)


*Kini aku disini, berperan di tempat ini, tak seperti dulu. Susah memang, tapi aku ingin mencoba menghayatinya. Berat memang, tapi aku ingin mencoba ikhlas menjalaninya. Mereka bilang aku harusnya disini, yang lain juga bilang aku pantasnya disana. Tapi aku tau, hatiku mengerti, bahwa dimana pun aku berada, aku harus bisa menjalankan peranku dengan sebaik mungkin. Dan kau tau kawan, kini aku berhasil menjalankan peran itu, meski penuh dengan ketaksempurnaan. Dan kau tau, kini aku bahagia, walau dulu tak suka, walau dulu terasa susah, walau terlalu berat, kini aku bahagia. Bahagia bersama mereka. ASEF AIR yang selalu bersemangat :D*

Bahagia menapaki jejak langkah baru
Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---

Selasa, 10 Juli 2012

Adakah yang masih bisa dibanggakan dari Indonesia???


Adakah yang masih bisa dibanggakan dari Indonesia? Pertanyaan itu mengusik hati dan pikiran kau muda di tengah hiruk-pikuk sosial politik di Tanah Air.

Jumat, 29 Juni 2012

Sebuah Tanggung Jawab


Terkadang sebuah tanggung jawab terlalu besar untuk disandang
Tapi kita tak sadar dan merasa biasa-biasa saja
Namun setelah semuanya terjadi dan tak bisa dicegah
Hanya kebingungan yang mendera

Kata “Tanggung Jawab” kian menggaung di telingaku. Susah rasanya. Mereka bilang “Tanggung jawa tak usah dipikirin, tapi dikerjain”. Memang benar, tapi rasanya tak semudah saat mengeluarkan kalimat itu. Mungkin saja kalo tanggung jawab yang di maksud hanya sekedar pekerjaan akademik atau kerjaan organisasi yang memang tak perlu ribet dipikirkan dan hanya cukup dikerjakan. Tapi kalo tanggung jawab itu berhubungan dengan syiar Islam yang jadi agamaku atau bahkan tanggung jawab yang berhubungan dengan nyawa bagaimana?
Ya Allah Ya Rabb... Semoga tanggung jawab yang kami emban ini bisa kami laksanakan sebaik mungkin...

Segala kuasa hanya ada pada-Mu,,, Rabbi....

Minggu, 06 Mei 2012

Tentang Pemimpin dan Sebuah Tindakan


Ketika sumpah telah terucap, maka tak ada kompensasi pada setiap pelanggaran.
Ketika keputusan telah diambil, maka berpegangteguhlah pada komitmen.
Ketika konsistensi dipertanyakan, maka keprofesionalanlah yang harus di jaga.

Otakku dan tanganku yang berkoordinasi tiba-tiba saja menciptakan tiga kalimat diatas. Karna berbagai hal dan mungkin dan salah satunya adalah kejadian yang aku alami belakangan ini. Belakangan ini tiba-tiba saja aku merasa seperti jadi peneror dan pengacau.
Aku mengacaukan rapat yang riang minggu kemaren dengan berbagai permasalahan yang aku ungkapkan. Permasalahan itu berkaitan dengan komiten, keprofesionalan, dan sumpah atau janji. Jujur saja aku sudah bosan memikirkan masalah yang berlarut-larut di organisasi yang kini aku berada didalamnya. Benar-benar diabaikan dan seolah terlupakan. Malam yang ceria itu berubah jadi tegang saat aku menyampaikan segala unek-unek di akhir rapat, meskipun aku jadi puas karena mereka akhirnya ingat akan permasalahan yang seolah terlupakan itu. Dan akupun juga senang karena masalah itu menemui titik terang. Dan aku tau saat itu aku jadi pengacau, meski bagiku pengacau yang bermanfaat.
Aku pun seolah melakukan teror kepada seseorang. Seorang pemimpin yang bagus sebenarnya, hanya saja mungkin dia memang butuh seseorang untuk mengingatkan. Jadilah aku tiap waktu meng-sms dia untuk mengingatkan dan menanyakan berbagai hal. Sebelumnya dia sudah ada yang sering mengingatkan, hanya saja aku melihat orang itu terlalu lelah dalam mengingatkan karna lumayan bebalnya dia sebagai pemimpin yang kadang-kadang mengutamakan egonya. Melihat itu aku hanya ingin membantunya saja sebisaku, agar dia bisa ingat akan berbagai tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Yah,,, hitung-hitung sebagai caraku untuk belajar menghadapi seorang pemimpin seperti dia yang selain egonya tinggi, emosionalnya juga tinggi. Bukan hal yang mudah memang, hanya saja memang harus dicoba dulu, ya kan???
Terlepas dari kedua kosa kata penggambaranku di atas, semoga saja apa yang aku lakukan ini merupakan tindakan yang benar dan menimbulkan dampak yang positif ke depannya. Manusia memang sepatutnya berusaha, terlepas dari benar atau salah, baik atau buruk, hanya Allah yang tahu.
Sekarang kita fokuskan tulisan ini pada satu kata, yaitu PEMIMPIN...
Singkat saja tentang pemimpin karena saya juga bingung kalau membahas sesuatu terlalu panjang, bertele-tele dan bahkan mungkin jadinya kemana-mana.  So, Pemimpin adalah.....
Setiap manusia adalah pemimpin. Kalimat itu benar adanya dan tak pernah bisa disanggah karna sudah termaktub dalam Al-Quran. Manusia dilahirkan sebagai khalifah di dunia. Setidaknya manusia adalah pemimpin bagi dirinya-sendiri. Dia seharusnya bisa mengatur dirinya sendiri dan mengendalikan emosinya sendiri.
Bagiku seorang pemimpin adalah sosok yang seharusnya bersahaja, bukan berkharisma. Karena ketika kebersahajaan tertanam dalam jiwa seseorang, ia akan mencipta kharisma unik yang khas tentang dirinya. Dia akan menjadi teladan bagi para anggotanya sehingga dia juga harus tampil sesempurna mungkin didepan para anggotanya, meskipun sejatinya ia memang tak sempurna karena dia memang hanyalah manusia biasa.
Pemimpin tak akan pernah takut. Dia akan menjadi orang yang paling berani dari pada yang lain dan dia juga orang yang maju pertama kali dalam menghadapi masalah. Tapi dia bukan tameng bagi anggotanya karena dia lagi-lagi bukan dewa yang punya segala bentuk kekuatan. Dia tetap seorang manusia yang memiliki titik terlemah dan kelemahan dalam dirinya.
Satu lagi, pemimpin tidak pernah mundur ataupun angkat tangan dari tugasnya. Bukanlah pemimpin jika hanya karena egonya, dia meninggalkan anggotanya yang ada dalam masalah. Manusia yang lari dari masalah adalah manusia pengecut yang tak punya harga diri dan tak patut dihargai ataupun dihormati. Sebaik-baik pemimpin adalah dia yang tetap maju dan tegar dalam menghadapi setiap permasalahan, kecil ataupun besar, dan meskipun pada akhirnya mengalami kegagalan. Dia sungguh pemimpin yang baik.
Subjektif mungkin. Tulisan ini benar terkesan subjektif karena hanya menganut satu pendapat, hanyalah pendapat-pendapatku. Karena aku ingin memiliki pemimpin seperti yang ada dalam bayanganku, seperti yang aku katakan di atas. Dan pun aku ingin menjadi pemimpin itu. Pemimpin terbaik meskipun tak sempurna.(ya)

Jejak Cinta di Tapak Batas Cakrawala Biru
-Yuli Astutik-                         

Selasa, 24 April 2012

No title.....


Tentang sebuah pemikiran
Pemikiran yang selalu berbeda bagi tiap orangnya
Anngapan yang pun tak selalu sama tiap individu manusia
Entah negatif atau pun bahkan positif...
Dan aku tak habis pikir
Pemikiran yang susah dibangun
Perlu perjuangan yang lumayan berat
Dan mungkin baru setengahnya jadi
Tapi kini malah dibiarkan bak anak ayam kehilangan induknya...
Ah,,,,
Apakah aku bisa???
Aku memang tak sepenuhnya sendiri dalam membangun pemikiran itu
Tapi jika jadi minoritas
Sanggupkah kami tak tergoyahkan???
Aku sendiri takut
Takut bila pemikiran ini ikut tergoyah
Retak dan akhirnya runtuh tak berbekas
Berubah menjadi yang sebenarnya tak aku inginkan
Aku takut...
Dan itu membuatku terpikir untuk MUNDUR
Aku ingin MUNDUR...
Entahlah...

#mengingat masa bersama mereka saat membangun idealisme dan pemikiran bersama untuk menjadi lebih baik... rasanya tanpa mereka, aku tak bisa...