Tampilkan postingan dengan label Milad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Milad. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Agustus 2013

New Family - IGTF Banjarnegara



“Selalu berani mencoba karna kesempatan itu takkan terulang ke-2 kalinya – mba yul”
(Rahma Nurina)

Kadang bahkan diri sendiri menjadi orang yang paling tidak mengenal. Terkadang malah orang lain yang lebih mengenal. Manusia seringkali berprasangka dan tak jarang prasangka itu adalah negatif yang membawa ketidakbaikan bagi dirinya sendiri. Berprasangka bahwa orang ini menganggap kita begini, orang itu menganggap kita begitu. Nyatanya lain prasangka, lain kenyataan. Maka cukuplah kita berprasangka positif bahwa setiap manusia itu adalah saudara, utamanya sesama muslim. Dan kemarin ada seseorang yang memberikan penilaian tentang diriku. Terimakasih untuk Rahma Nurina atas penilaian pada mbakmu yang kadang sok tau ini. Semoga penilaianmu bisa menjadi renungan bagi mbak dan jadi pelajaran berharga buatmu. 

Oh ya, apa kabar pembaca setia blog ? #ngayal - Berasa punya banyak pembaca aja, palingan juga yang buka diri sendiri, hehe... Tapi gak papalah toh aku juga nulis buat diri sendiri. Postinganku kali ini tentang IGTF yang baru sebulan kemarin selesai aku jalani. Dengan banyak alasan yang sudah aku sampaikan di postingan sebelumnya, baru kali inilah aku bisa memposting tulisan tentang IGTF ini. Yah,, meskipun sedikit kadaluarsa, tapi semoga tetap bisa dinikmati dan diambil pelajarannya.

Bermula dari keinginanku untuk ikut KKP atau kuliah kerja praktek, berhubung dari departemenku tidak mewajibkan KKP sehingga kalau mau ikut harus mendaftar terlebih dahulu. Sebenarnya aku telah mendaftar ke departemen untuk ikut KKP, kebetulan yang ikut hanya aku seorang karena teman-teman yang lain lebih tertarik untuk ikut magang di beberapa perusahaan. Namun karena ada beberapa hal membuatku akhirnya tidak terdaftar ikut KKP. Kesel sih awalnya, tapi kemudian beranggapan bahwa mungkin Allah tidak menghendaki aku ikut KKP dan nyatanya Dia memang menunjukkan padaku cara lain untuk aku bisa terjun ke masyarakat secara langsung, yakni melalui IPB Goes To Field (IGTF). Alhamdulillah, aku yakin ini memang jalan Allah yang terbaik untukku.

IGTF adalah kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB sebagai bentuk pengabdian dalam rangka ikut andil dalam kemajuan dan kesejahteraan masayarakat dan bangsa. Kali ini aku ikut andil dalam program tersebut, dengan tema program “Pengembangan Agrowisata Durian” di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kalo denger judul programnya sih setiap orang kayaknya bakal nyangka bahwa agrowisata itu sudah jadi dan tinggal dikembangin semisal dibidang pemasarannya, termasuk juga aku waktu pertama kali milih tema tersebut sebagai opsi pertama dari tiga opsi yang diberikan. Pemasaran adalah bidang penelitian yang insya Allah akan kujalani di semester yang akan datang, apalagi aku memang tertarik pada dunia ekowisata dan semacamnya, termasuk juga agrowisata sebagai objek penelitianku. Jadi, aku kira tema ini adalah pilihan yang tepat buatku. Oia, sebenarnya aku juga punya alasan kedua kenapa milih tema ini, aku doyan banget durian, hehe, karena judulnya pengembangan dan sudah berprasangka bahwa pohon duriannya sudah berbuah aku sudah membayangkan bisa makan banyak durian disana. Tapi usut punya usut, perkiraanku dan para peserta lain salah total. Karena saat kami ikut kuliah pembekalan dosen pembimbing menjelaskan bahwa kawasan tersebut masih dalam tahap perencanaan untuk dijadikan kawasan agrowisata durian. Misi utama kami, para peserta IGTF, adalah menyelesaikan pra-site plan yang telah dibuat oleh Pak Ian, dosen pembimbing kami, menjadi site plan. Mungkin bahasa sederhananya adalah membuat peta kawasan untuk mempermudah para petani setempat dalam membagi petak-petak tanaman pada kawasan. Dan ini adalah pekerjaan anak-anak arsitekstur lanskap yang aku tidak mengerti sama sekali. Mengerti sedikit mungkin iya, tapi kalo disuruh ngerjain aku bakal nyerah duluan, jauh diluar bidang keilmuanku saat ini di manajemen yang notabene tentang pemasaran, sdm, keuangan dan produksi hilir. Tapi aku tak kehilangan semangat meskipun ternyata 80% IGTF ini tidak sesuai dengan tujuan awalku, tapi toh aku tetap bisa mengabdi kan? J

Dengan serangkaian kuliah pembekalan yang kamu lakukan di minggu-minggu ujian, akhirnya waktu pemberangkatan tiba setelah sehari sebelumnya dilaksanakan pelepasan peserta IGTF oleh Rektor IPB, Bapak Herry Suhardianto, dan sedikit materi tentang pengabdian yang disampaikan oleh Rektor Universitas Paramadina,  Bapak Anis Baswedan. Oia, aku lupa menyampaikan bahwa pada kesempatan kali ini kegiatan IGTF bekerja sama dengan program “Mahasiswa Mengabdi”-nya UPM, itu mengapa Pak Anis ikut memberikan materi. Mau tau apa materinya? Mungkin lain kali kuposting materi yang disampaikan oleh rektor UPM tersebut. Tepatnya hari Minggu, tanggal 23 Juni 2013 kami ber-27 orang plus dosen pembimbing, Bapak Ian, berangkat dengan menggunakan bus dan tiba esoknya saat adzan subuh baru saja berkumandang dari masjid agung. Kami singgah sementara di masjid agung untuk sholat subuh dan bersih-bersih sebelum acara penyambutan di kantor Bappeda. Setelah penyambutan, kami kembali mobilisasi dari alun-alun kota ke desa dimana kami akan tinggal selama kurang lebih 21 hari, yakni desa Glempang, Kecamatan Mandiraja. So, perjalanan panjang pun dimulai... :D


Dimulai dari orientasi tapak dan orientasi desa, kami mulai menjalankan tugas-tugas kami di Desa Glempang ini. Saat pertama kali sampai di tapak, yang saat sebelumnya hujan deras mengguyur desa, membuat kami kewalahan berjalan menyusuri jalan setapak karena sebagian besar jalan yang kami lewati berupa tanah liat yang karena hujan jadi becek dan licin. Teman-teman yang kebanyakan pakai sandal jepit akhirnya lebih memilih dilepas dan akhirnya nyeker. Setelah sedikit bersosialisasi dengan penduduk yang tidak sengaja bertemu sedang panen gembili, sejenis ubi rambat, dan tentu saja ke pertapan yang menjadi tujuan kami. Inilah yang paling menakjubkan, pemandangan yang terhampar sepanjang perjalanan itu sangat indah. Mandiraja khususnya Glempang merupakan kawasan dengan kontur lahan yang berbukit di daerah pedesaannya, sejauh mata memandang terhampar bukit menghijau yang gak bakal bosan dipandang mata, ceilleee...  Tak lupa kami juga sempat berfoto-foto, jepret sana jepret sini, walau ala kadarnya menggunakan kamera hp, yang penting aku gak melewatkan pemandangan yang indah itu, berasa udah mau pergi padahal kami masih akan tinggal disana selama tiga minggu kedepan. Malamnya kami berkesempatan ikut dalam kumpul kelompok Tani Sido Subur, kesempatan langka yang kami dapatkan karena jarang sekali mahasiswa yang turun lapang bisa bertemu langsung dengan masyarakat poktan. Hal ini akan mempermudah kami dalam menganalisis permasalahan desa dan tentu saja dalam menyelesaikan tugas yang diberikan LPPM IPB kepada kami.

Tugas kami secara garis besar dibagi menjadi tiga, yakni pemetaan petakan lahan untuk pembuatan site plan, pemetaan profil lahan untuk irigasi, dan suvey social mapping. Pembagian tugas pun dilakukan oleh ketua kelompok. Pada minggu pertama kebanyakan teman-teman turun lapang untuk melakukan pemetaan lahan, namun ada sebagian kecil yang melakukan survey pemetaan sosial, mereka berkunjung ke Balai Penyuluhan dan juga ke rumah-rumah warga. Selain tiga hal tersebut, kami juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat di Desa Glempang seperti Sadranan atau Nyadran sebagaimana masayarakat setempat menyebutnya, pengajian ibu-ibu, pembuatan kerajinan tangan, pembuatan gula kelapa, pembuatan sriping pisang rajalawe dan banyak kegiatan lainnya. Minggu kedua adalah minggunya social mapping, dimana semua peserta berkeliling desa untuk melakukan wawancara dan bersosialisasi dengan tokoh masyarakat di desa. Di minggu kedua ini kami hanya ber-25 orang karena dua ketua kelompok kami kembali ke Bogor untuk mengurusi kepentingan lain. Yang satu wisuda namanya, yang lainnya ngurus jadwal sidang. Ketua kelompok di kelompok IGTF Banjarnegara ini memang ada dua orang, jangan tanya kenapa karena awalnya aku juga bingung. Tapi sudah diceritakan lengkap disini oleh salah satunya, Kak Najmi. Minggu terakhir adalah minggunya laporan. Di minggu ini kami merekap data yang sudah dikumpulkan untuk selanjutnya disatukan menjadi laporan, sehingga memang tidak terlalu menyibukkan kecuali yang datanya kurang dan harus kembali turun lapang untuk melengkapinya. Banyak kejadian selama tiga minggu kami bekerja melaksanakan tugas, yang serius sampai yang lucu, yang membahagiakan dan yang mengharukan, ada juga yang mengesalkan, mulai dari blusukan ke hutan hingga kekenyangan atas suguhan yang diberikan oleh warga desa yang sangat baik hati. Kami juga berkesempatan berkunjung ke datatan tinggi Dieng yang menjadi objek pariwisata di Banjarnegara. Agar ceritaku tak terlalu panjang lebar, Kak Najmi sudah menuliskannya disini dengan sangat lengkap, so silakan dibaca aja. Ada gunanya juga aku nulis belakangan, teman-teman yang lain udah pada nulisin juga soalnya, hehe...
Fariz Harindra - Ketua 1
Nurul Najmi - Ketua 2
Beralih ke hal berikutnya, aku ingin cerita tentang rumah tempat aku menginap, yang jelas beserta orang-orang yang tinggal didalamnya. Kami tinggal dirumah yang cukup besar aku bilang kalo ukurannya rumah di pedesaan, namun masih sederhana karena masih belum lengkap. Nama pemiliknya Pak Karmo, ia tinggal bersama anak perempuannya yang masih berumur sekitar enam tahun, namanya Aina. Istrinya seorang TKW di Korea. Seperti yang kami bilang sebelumnya, rumah yang kami tinggali belum lengkap, termasuk kamar mandi yang belum jadi, alhasil untuk keperluan mandi dan cuci kami menumpang dirumah depan yang juga ipar dari Pak Karmo, kami biasanya memanggil Bu Arif. Untuk makan sehari-hari kami juga makan didapur Bu Arif karena ia yang memasak makan untuk kami selama tiga minggu didesa. Pak Karmo dan Bu Arif adalah orang yang baik hati, mereka suka ngobrol dan gak bosan-bosannya ngobrol dengan kami, terutama sama salah satu dari kami, sebut saja Rahma. Rahma juga yang paling sering main bareng Aina, sepertinya dia yang paling disayang oleh Aina diantara ketujuh kakak-kakak yang lain, hehe. Yang menempati rumah Pak Karmo berjumlah delapan orang dengan personilnya Trini yang ngefans banget sama Korea, Dyah yang sering dibilang mirip artis, Rahma yang suka ngobrol dan supel abisss, Dian yang blak-blakan dan punya seabreg film, Lilis yang kadang rame kadang pendiam, Pelangi yang kadang narsis tapi selalu berhati-hati dalam bertindak, Atari yang kalem tapi tak terduga dan sering diguyonin sama si Arif yang baru masuk SMA (anaknya Bu Arif), dan aku yang beginilah, hehe... Geng Pak Karmo, begitulah kami sering disebut oleh teman-teman yang lain.

 

Berdelapan kami menjadi rombongan yang seringkali tepat waktu telat saat kumpul dengan banyak alasan, antri kamar mandi-lah, sarapan belum jadi-lah, cucian setumpuk-lah, dan beragam alasan lainnya. Tapi meskipun begitu kami tetap semangat dalam melakukan tugas-tugas. #ngeles :p Ciri khas lain dari geng ini adalah tiap malam sehabis kumpul dengan yang lain pasti ada yang namanya “show time” dimulai dari mbak Trin yang nge-dance ala artis Korea dan yang paling sering nonton film di laptopnya Dian. Tapi yang paling mengharukan buatku adalah saat buka puasa di hari pertama (hari kedua untukku), teman-teman beserta pak Karmo dan Bu Arif memberikan surprise untukku, mereka merayakan miladku yang jatuh pada hari itu, 10 Juli. Walau sederhana, hanya dengan roti tawar yang di tulisi “Happy Birthday” menggunakan susu coklat, tapi itu benar-benar membuatku terharu. :’) Namun setelahnya jangan tanya, aku disuruh mencuci semua piring kotor yang ada, jadi inem sementara deh. Tapi gak papa, aku kerjain dengan sukacita :) Oia, selain Geng Pak Karmo, teman-teman yang lain juga pada ngucapin selamat, ada yang langsung, ada juga yang lewat sms karena hari itu ada sebagian anak yang pergi ke Jogja, dan ada juga yang sudah balik ke Bogor karena ada ujian perbaikan. Sayang, Pelangi gak ada diantara kami. Setelah tarawih, teman-teman semua berkumpul di rumah Pak Karmo untuk makan es degan, kebetulan gengnya pak Karmo baru dari desa sebelah untuk ngambil kelapa muda, sekalian deh mereka pada bilang ngerayain miladnya Kak Yuli. Alhamdulillah, makasih semuanya...

Sepertinya tulisanku kali ini sudah terlalu panjang yak? Maklumlah banyak hal-hal seru yang aku dapatkan di tiga minggu tersebut, baik dari kejadian-kejadiannya maupun dari orang-orangnya. Ke-26 orang anggota IGTF Banjarnegara (tentang bagaimana karakter mereka bisa dibaca disini) dan tentunya masyarakat desa Glempang, khususnya mereka yang rumahnya kami tinggali selama sekitar tiga minggu itu, menjadi keluarga baru bagiku. Keluarga yang meskipun tak ada ikatan darah, tapi ada ikatan yang terjalin karena-Nya. Aku senang mengenal mereka dan aku bahagia bisa menjadi bagian dari mereka. Semoga kami semua tetap memiliki semangat, semangat durian banjarnegara yang sedang kami tunggu waktu berbuahnya... :D (ya)



“Salam durian banjarnegara! Keras dan Kuat luarnya, Manis dan Lembut dalamnya!”
(Fariz Harindra Syam - Ketua Kelompok)

Rabu, 16 Januari 2013

DIA


Aku masih ingat, tujuh bulan yang lalu saat akan pulang kampung karena liburan kenaikan tingkat, dia membuatku merasa terharu, merasa speechless, merasa entahlah campur aduk. Pagi-pagi entah jam berapa aku berangkat dari kontrakanku bareng Dila dan Dita saudara kembar yang akan bersamaku naik kereta untuk pulang kampung ke Madura. Kami berangkat ke stasiun Bogor untuk selanjutnya ke stasiun Jakarta Kota. Masih pagi saat kami sampai di stasiun Jakarta Kota, sedangkan kereta yang akan membawa kami ke Surabaya baru berangkat sekitar jam 12 siang nanti, masih agak lama untuk menunggu, mungkin rasanya akan sedikit bosan. Di Stasiun sudah ada Mbak Viska yang menunggu kami, dia juga akan bersama kami dalam perjalanan ke Madura nanti. Kebetulan karena paginya kami belum makan, meskipun kami tau restoran atau tempat makan di stasiun akan cukup mahal bagi kantong mahasiswa seperti kami, kami tidak ambil resiko lemas di perjalanan, jadinya kami akhirnya masuk ke salah satu resto.
Di saat itulah, di saat aku makan, Dila tiba-tiba keluar entah untuk apa tak terlalu aku perdulikan. Yang membuatku bingung adalah saat Dila masuk dia tak sendiri, dia masuk bersama dengan seseorang yang sudah aku kenal, sudah sangat aku kenal. Dia tersenyum begitu melihatku dan yah aku juga tidak tau harus bersikap bagaimana, hanya seulas senyum haru. Dia duduk disampingku dan memberiku sebuah tas jinjing berwarna merah tua, katanya sebagai kado miladku yang terlambat. Di dalamnya ada sekotak nasi goreng, sebuah CD, dan secarik kertas. Aku tidak langsung membacanya tentu saja, menyimpannya dulu, aku lebih tertarik mengobrol dengannya. Ah, rasanya hari itu takkan terlupakan, dia benar-benar membuatku merasa jadi saudari yang istimewa. :p
Muncullah celetukan-celetukan Dila dan Dita, “ah, kalian so sweet banget sih”. Haha, si Dila ada-ada aja, namanya juga sahabat kan harus so sweet ya, emang ke pasangan doang yang boleh so sweet – so sweet #loh #gubrak Ya, tidak heran memang Dila bilang seperti itu karena dia dengan ikhlasnya mengejarku sampai ke stasiun Jakarta Kota hanya untuk memberi kado milad buatku, meskipun sudah terlambat hampir seminggu. Ah, aku tidak pernah menganggap dia lupa tanggal miladku, karna aku tau dia pasti ingat seperti aku juga akan selalu ingat tanggal miladnya. Tapi yah seperti udah menjadi kebiaasaan bagi kami, jika salah satu dari kami milad pasti yang lainnya akan terlambat mengucapkan selamat milad dengan sengaja. Gak cuma dari Dila dan Dita aja celetukan itu muncul, entah aku atau dia yang bilang pertama kali “Aku mengejarmu sampai stasiun Jakarta Kota”,  aku lupa, tapi yang jelas aku juga nyeletuk, ‘kayaknya cocok tuh buat judul cerpen’ hehe... Dan dia bilang, ‘bener tuh Yul, cocok buat judul cerpen, ditunggu ya cerpennya’. Dan sampai saat ini aku belum buat cerpen itu, maaf ya, otakku lagi kurang jernih buat bikin cerpen, hehe, jadi aku buat tulisan ini aja ya... :p
Lima bulan berlalu dan sebentar lagi dia milad. Ah, kali ini aku ngasih kejutan apa ya? Ngasih kado apa ya? Kali ini harus ada yang beda dari dua tahun sebelumnya dan yang terpenting bukan kado. Dan terbersitlah ide itu :) Kebetulan aku sedang intens bertemu dengan Mbak Denok jadi aku ngajak mbak Denok buat ke rumah dia, dan tidak lupa juga ngajak si Ina Walia. Sayangnya si Ina gak bisa, jadinya aku cuma berdua dengan Mbak Denok. Sore itu kami berdua kerumah dia tanpa bilang-bilang dulu karena kami memang ingin memberikan surprise kepadanya. Sepertinya kami berhasil, dan aku yakin dia pasti senang dengan kehadiran kami berdua. Sepanjang sore dan malam (karena akhirnya kami menginap di rumahnya) kami mengobrol bertiga, sambil makan kue tart dan nonton TV.  Malam itu jadi malam yang membahagiakan. :)
Dan kemarin, tanggal 15 Januari 2013 adalah hari terakhir UAS di semester lima ini. Rasanya beban untuk semester ini sudah lepas setengahnya. Kenapa setengahnya? Karena aku juga belum tau bagaimana nilai-nilaiku di semester ini, jadi itu terasa masih jadi beban. Jadi curhat yak? :p tapi sebenarnya aku bukan mau ngomongin itu. Sore hari kemarin aku sedang membaca novel di depan TV, maklumlah sudah tidak ada ujian, hehe.. Sekitar jam lima sore Ulfi datang dan langsung menghampiriku, “Yul, ada titipan”.
Aku melongo tidak mengerti. “Titipan? Dari siapa, Fi?”
“Dari ‘dia’” (sebenarnya Ulfi nyebut nama tapi sengaja aku ganti dengan kata dia, biar jadi penasaran. Tuh kan penasaran? Haha :p)
Aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi dan langsung masuk ke kamar untuk membukanya. Bungkusan itu berisi sebuah buku. Sebuah buku yang memang sudah lama ingin aku baca, tapi belum ada kesempatan untuk meminjam dan membacanya. Ada pesan di atasnya dan pesan itu membuatku tersenyum haru, dan lagi lagi speechless. Apa katanya di pesan itu? Kalian mau tau?
“Yul, aku gak mau minjemin sirahku ah... Jadi kado sesi 2 aja ya.. Hihi :p”
Membaca pesan itu aku jadi ketawa sendiri. Sebelumnya aku memang berniat untuk pinjam buku itu pada dia, tepatnya buku Sirah Nabawiyah karangan Al-Mubarakfuri. Tapi sesuai pesannya tadi, dia tidak mau meminjamkannya tapi malah memberikan buku itu padaku sebagai kado sesi 2.
ini dia nih bukunya :D
 Kado sesi 2, haha, kedengaran aneh ya buat kalian. Aku sendiri tidak menyangka ternyata dia masih inget kado sesi 2 yang dia janjiin di selembar kertas yang dia berikan saat dia nganterin kado miladku ke stasiun Jakarta Kota tujuh bulan yang lalu. Jujur aja nih, saat kembali ke Bogor kemarin aku sempet nyinggung kado sesi 2 itu untuk bercanda, beneran, itu sebenarnya bercanda untuk jadi alasan aku mengucapkan terima kasih pada dia, karena setelahnya aku hampir saja lupa dengan kado sesi 2 itu. Sampai kemarin saat aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi, kado sesi 2 dari dia yang membuat aku kembali ingat.  Dan aku bahagia punya saudari seperti dia... :’)

“Aku tidak tau apa yang harus aku ucapkan saat aku membuka bungkusan yang kau berikan, benar-benar speechless dan yah terharu. Ah, aku saja hampir lupa kado sesi 2 itu dan kini kau mengingatkannya dengan buku Sirah itu. Alhamdulillah, karna itu aku bersyukur atas dua hal. Karna Allah mengizinkan aku memiliki buku itu lewat perantaramu dan yang paling penting adalah karna Allah telah memberiku saudari terbaik dari yang terbaik seperti kamu. Jazakillah khairan katsir, Ukhti Nisa sayang :) Kau memang saudari terbaik sedunia... :D”

Teruntuk dia, saudariku, Annisa Sophia --> “Blue Cloud”  :)

Sabtu, 07 Juli 2012

Ucapan yang Terlambat

Untuk sebuah ucapan yang sangat terlambat aku sampaikan...

Yah, seharusnya ucapan ini telah aku sampaikan dua minggu yang lalu. Entahlah, ucapan ini spesial atau tidak, wakltu itu aku sengaja untuk tidak mengucapkannya tepat waktu, seperti  kebiasaanku sebelumnya. Pura-pura lupa, tapi setelah beberapa hari baru mengucapkannya. Tapi inilah aku yang dasarnya emang pelupa, keterusan lupa untuk ngucapin, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya juga, hehehe :p 
Aku sih berharap mereka tidak kecewa karena waktu menyampaikan ucapan milad dariku kepada mereka yang mungkin tidak tepat karna amat sangat terlambat. Mereka? Yah, mereka. karena bukan hanya satu orang yang belum aku kasih ucapan selamat. Kali ini sebut saja mereka bocah, tapi bocah dewasa, tentunya...Hah, kok di sebut bocah??? --a jangan heran, mereka sendiri yang menyebut diri mereka bocah, mungkin sok pengen jadi bocah lagi :p, padahal sebenarnya dari sikap mereka sungguh amat dewasa, bahkan mungkin lebih dewasa dariku. Dan taukah kalian? kedua bocah yang aku maksud itu adalah pemimpin, pemimpin bagi ratusan teman-teman sebayanya di asrama, tepatnya asrama TPB IPB. Dan setelah menjadi pemimpin bagi teman-temannya dulu, kini mereka jadi pengayom, pengayom bagi adik-adik mahasiswa baru yang akan tinggal di asrama selama setahun kedepan. Meskipun mereka menyebut diri mereka bocah, tapi aku tau bahwa mereka bijak, cerdas, dan yang terpenting mereka sangat baik, cerminan kedewasaan yang patut untuk diteladani.

Karena kedewasaan bukan masalah usia, kedewasaan itu merupakan sebuah pilihan, iyaa kaan kawan??? :)

Sebelum memberikan ucapan dan memberi tahu siapa kedua bocah yang aku maksud, aku ingin bercerita dulu tentang mereka. Bocah pertama, seorang wanita yang sangat cantik dan pandai menggoreskan tinta. Aku mulai mengenalnya sejak masuk dan tinggal di asrama TPB. pertama kali mengenalnya, menurutku dia terobsesi menjadi entrepreneur, karna bahkan ketika seorang Ammah (Sebutan SR A4) bertanya "Ketika kamu diberi sebuah pena, apa yang akan kamu lakukan?". Jawabannya saat itu sempat membuat aku dan teman-teman satu gedung tersenyum, dia akan menjadikannya sebagai modal usaha, contohnya dengan menghasilkan karya yang bisa dijual dengan pena tersebut, atau mungkin menjualnya sebagai modal usaha yang lebih besar lagi. Saat itu ada anak-anak yang tertawa mendengar jawabannya, mungkin termasuk aku, tapi aku melihat yang lain darinya, aku melihat semangat dan kesungguhan dalam dirinya.
Wanita yang satu ini begitu lembut dan penyabar. Ah, aku bahkan iri dengan senyumnya yang begitu menawan. kenapa begitu? Karena aku terkadang belum bisa se-ikhlas dia dalam tersenyum. Ketika dia tersenyum, seolah tak ada beban dan masalah pada dirinya, meskipun terkadang aku tau bahwa dia sedang mengalami masalah yang berat. Akan tetapi dia selalu tersenyum dan membuat orang lain juga ikut tersenyum. Karyanya begitu memesona, siapa yang tak terhenyak diam ketika dia sedang bersenandung petikan-petikan bait-bait ciptaannya, bukan nyanyian, melainkan puisi. Dia bisa membawa suasana hati orang lain jadi bahagia, sedih, terharu, dan bahkan marah dengan tulisan-tulisannya yang bergelora. *kenapa aku jadi nyastra gini ya?* Tapi memang benar sih, dia salah satu wanita luar biasa yang aku kenal semenjak aku kuliah di IPB ini. 

Bocah kedua, seorang laki-laki yang sangat apa adanya tapi justru dari kesederhanaan itulah yang membuat orang-orang suka padanya. Pertama kali kenal dengannya aku lupa kapan tepatnya, yang jelas kami mulai kenal saat banyak kegiatan dari asrama dan juga kerena aku yang suka nimbrung-nimbrung di kumpul Lurah Asrama TPB IPB. Dan yang membuat aku akrab dengannya karna kami ada di satu divisi untuk sebuah kepanitiaan besar setahun yang lalu. Bocah yang satu ini kadang suka ngasal, tapi dari kengasalannya itu, ada makna tersembunyi yang dia saja yang tau apa maksudnya. terkadang kurang memperhatikan situasi dan kondisi di sekitarnya alias nyablak apa-adanya #plak Dia begitu perhatian pada teman-temannya, suka bercerita apa saja yang bisa diceritakan untuk mencairkan suasana, dan juga suka mendengar curhatan orang, salah satunya aku yang dulu juga suka cerita berbagai hal (baca: kegalauan) saat masih satu divisi, dan kadang sampai sekarang juga masih cerita seputar hal yang umum. Karena seperti aku bilang sebelumnya, meskipun dia rada koplak tapi dia adalah orang yang kadang bisa bersikap sangat dewasa dan tentu saja, bijak. Apa lagi ya tentang dia??? ah, banyak-lah pokoknya, sampe-sampe aku bingung mau nulisin ciri khasnya yang mana, terlalu banyak ciri khas dalam dirinya yang malah jadi gak khas lagi... #plakplak :D
Tapi ada stu hal yang kocak neh, terjadi beberapa hari yang lalu saat aku bertemu dia di belakang gym. Dia bilang "Ih, bude jahat lupa ulang tahunku" hahahaha..... Aku cuma bisa ketawa menyadari kesalahanku saat itu yang pura-pura lupa dan gak ngucapin, eh malah keterusan lupa gak ngucapin, hehehe... 
Sekarang aku mau ngucapin...

SELAMAT HARI LAHIR, KAWAN....


 Uhibbukumfillah, Sahabatku...
Semoga Allah senantiasa mengiringi jalan kalian untuk meraih masa depan yang cemerlang menuju syurga-Nya... Amiiiieeennnnn.... :D

Semoga kita selalu ingat ya kawan, bahwa hidup ini bukan seberapa lama umur kita, tapi seberapa banyak hal-hal bermanfaat yang kita lakukan untuk orang lain, lingkungan, dan agama kita.... (kutipan #lirik Nisa) ^^v

Teruntuk Sahabatku,
Muhammad Takbir dan Kamiltussyafiqoh

#maap ya telat banget tapi masih di tunggu traktirannya ampe sekarang,hehehe :p



Menapaki Jejak-Jejak Cinta Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---



Minggu, 10 Juli 2011

Catatan Renungan Ku

Tua itu adalah sebuah kepastian, namun kedewasaan itu merupakan sebuah pilihan.
Sering aku dengar kalimat itu di lontarkan, oleh para motivator, para dosen, murobbi, dan juga sahabat-sahabatku. Nyatanya,usia memang tak bisa dijadikan patokan kedewasaan seseorang karena ketika tua seseorang seolah kembali menjadi seperti anak-anak. Dan mereka yang masih belum cukup umur, bisa bersikap dewasa melebihi orang-orang yang usianya jauh lebih tua darinya. Banyak yang juga bilang zaman sudah berubah, anak kecil menjadi sok dewasa karena mode dan tata cara pergaulan yang telah bergeser dari adab yang seharusnya. Tapi kali ini aku tidak ingin membicarakan masalah perubahan zaman dan pergeseran adab itu. Kini aku ingin mengungkapkan bagaimana diriku sendiri. Mengungkapkan semua yang aku jalani, yang aku hadapi, dan yang aku lakukan hingga saat ini. Yah, hingga di usiaku yang ke-20 saat ini.
Dua puluh tahun sudah aku hidup di dunia ini sejak aku di lahirkan oleh Emakku tercinta, Ibunda Hasirah, 10 Juli 1991 lalu. Beliau bersama Eppa’ tercinta Abd Karim senantiasa merawatku dengan baik, perhatian, serta penuh kasih sayang. Begitu banyak yang telah mereka berikan padaku, dengan segala kesederhanaannya, serba pas-pasan, mereka membimbingku untuk terus melanjutkan sekolah. Meskipun mereka hanya mengecap bangku SD, mereka ingin aku terus melanjutkan hingga menjadi seorang sarjana yang hebat, tapi hingga kini aku masih belum bisa memberikan apa-apa untuk mereka.Tak ada suatu yang patut dibanggakan dariku. Aku masih menjadi seseorang yang biasa saja di mata orang lain.Dan aku pun belum bisa menjadi seseorang yang mereka inginkan. Tapi aku yakin suatu saat nanti, aku akan memberikan yang terbaik bagi mereka. Kebanggan yang takkan pernah mereka lupakan,meskipun aku belum tahu kapan harapan itu akan terwujud.
Masa-masa sekolah aku jalani, dari SD di SDN Kangenan 2 Pamekasan hingga kini aku di Institut Pertanian Bogor (IPB).Saat ingin melanjutkan kuliah di IPB sempat orang meragukan bahkan tak percaya bahwa aku dengan begitu mudahnya masuk IPB dengan tanpa biaya sepeserpun, tapi tak pernah aku ambil pusing.Ini jalanku yang telah digariskan oleh-Nya, tak ada urusan dengan anggapan orang lain, itu pikiranku dulu. IPB memang bukanlah impianku, karena sejak SMP dulu aku ingin masuk Teknik Elektro ITS.Tapi begitu masuk SMA, impian itu menghilang dengan sendirinya. Terlalu banyak yang aku inginkan saat itu, bimbang memilih universitas yang akan aku tuju, juga bingung apakah kedua orang tuaku sanggup membiayai kuliahku nanti. Sempat terbersit hatiku untuk memilih Jurusan Akuntansi di UNIBRAW atau UNAIR, tapi kembali aku bingung, aku tak bisa ikut jalur tanpa tes karena aku di jurusan IPA saat itu. Allah memang sutradara terbaik yang selalu ku percaya, Ia mengantarkanku ke Manajemen IPB dengan beasiswa sudah di tangan, bahkan sebelum aku bergelar sebagai mahasiswa. Skenario Allah memang lebih indah dari apa yang klita bayangkan.
Tentunya di IPB inilah aku menemukan sosok dewasa itu.sosok yang begitu menyenangkan, membuatku senantiasa tersenyum, meskipun terkadang juga membuatku meneteskan air mata. Saat itu masih sembilan belas tahun usiaku, lebih tua dari teman-teman yang rata-rata masih berumur delapan belas atau bahkan tujuh belas tahun.Terbersit sesaat rasa minder menjadi bagian minoritas yakni lebih tua. Tapi apalah artinya usia, hal itu bukanlah menjadi masalah. Setahun aku jalani, aku seolah menemukan makna dari kedewasaan yang sebenarnya.Aku bertemu dengan Annisa Sophia atau biasa dipanggil “Nisoph”, usianya setahun empat bulan di bawahku. Tapi aku sangat kagum padanya, dia bisa menjadi sangat bijaksana dalam menyikapi suatu masalah, suatu bukti akan kedewasaannya. Dia selalu bisa tersenyum, bahkan di saat ia sedang sedih sekalipun. Tujuannya hanya agar saudara-saudaranya merasakan bahagia saat bertemu dengannya.Dia pernah menangis di depanku, tapi itu hanya sebentar, hanya untuk meluapkan emosi yang sudah membuncah. Sesaat kemudian ia bisa kembali tersenyum. Annisa adalah contoh wanita yang Insya Allah shalihah karna ia tak pernah melalaikan Tuhannya serta keluarga dan para sahabatnya. Ia selalu bertindak dan bersikap sesuai dengan koridor yang seharusnya. Itulah ciri kedewasaan yang aku temukan padanya, tapi belum aku temukan pada diriku sendiri.Kadang aku iri pada kebijaksanaannya yang belum mampu aku terapkan dalam keseharianku, pada kebersahajaannya pada setiap orang sedangkan aku masih dengan sikap egois dan ketaksabaranku.Tapi, Annisa selau berkata, “Jangan bilang tidak bisa, suatu saat Yuli pasti bisa.”Annisa, kau adik yang sudah seperti kakakku, Uhibbukin Fillah Ukhti.
Masih ku temukan di IPB, tepatnya di Asrama TPB IPB tercinta yang telah selama setahun ini aku tempati.Dia adalah Senior Resident bernama Ita Nita Amaliya.Beliau lebih tua dariku setahun, tapi masalah kedewasaan tak perlu di tanyakan. Ammah Ita biasa aku memanggilnya adalah orang yang sangat baik hati. Ia pun sangat bijaksana mengahadapi adik-adik lorongnya yang begitu, yah taulah seperti apa. Dia seolah menjadi pengganti ibuku di asrama, tapi dia juga bisa jadi kakak dan sahabat yang baik untuk aku ajak mengobrol seputar permasalahanku di kampus. Yah meskipun tak semuanya, karena aku lebih sering memendam masalah dari orang lain. Tak jauh-jauh, masih di asrama dan juga Senior Resident di Rusunawa.Namanya Intan Islamiah Mavirlian. Ammah Intan adalah mahasiswa angkatan 45 seperti Ammah Ita, bedanya Ia jauh lebih muda dari Ammah Ita, tiga tahun di bawah ammah Ita yang berarti dua tahun di bawahku. Namun dia sudah menjadi kakak kelas dua tingkat di atasku.Yang aku kagumi darinya adalah dia bisa bersikap jauh lebih dewasa dariku di saat dan tempat yang tepat. Dia juga bisa bersikap jauh kebih kekanak-kanakan dariku saat ia jenuh dengan berbagai kesibukannya. Dalam hati aku sering berkata, ammahku yang satu ini, kadang-kadang kayak bocah juga. –peace ammah, J-Dewasa memang tak memandang usia.
Masih banyak figur-figur dewasa di sekitarku, Kamilatussyafiqoh (Ibu Lurahku tersayang dengan seyuman mungilnya), Sahesti Fitria (teman seperjuangan RT lorong 3), Anita Julaikha (Saudariku terkasih yang selalu menemani saat berjuang di Liqo’ mingguan, J), Sarah Ayu A (Saudariku dengan anu-nya yg kocak), Nailatul Karomah (Ibu ketua Demush A4 yang selalu aku tegur gara-gara gigitin kuku mulu :p), Tatar, Melly, dan Venty (Teman sekamar 308 yang rame, tapi sekarang gak bisa sekamar lagi, aku kangen kalian L), Indah Tri Riantika (GDA A4 yang super sibuk tapi masih selalu tersenyum), Suwarti (Lurah A2 n Kadiv Humas FP yang mantap tegasnya :D), serta yang lainnya yang tak bisa ku sebutkan satu persatu. Oia satu lagi, Bu Nur Hepsanti Hasanah yang selalu Happy (Lurah A1 & rumah sejahtera, serta Sekdiv KPK yang saat ini seolah jadi soulmateku, kemana aja bareng mulu :D).
Dari tadi aku menceritakan mereka yang bisa menunjukkan sikap dewasa. Aku belum menceritakan mereka-mereka yang meskipun umurnya sama sepertiku atau seperti orang yang aku ceritakan tadi, bersikap childish atau kekanak-kanakan serta tak menunjukkan kedewasaan.Sebagian aku kenal, namun tak perlulah aku sebutkan namanya, tak perlu aku ceritakan secara rinci.Yang pasti mereka ada dan aku juga mengenal mereka.Bahkan mungkin, aku masih salah satu dari mereka menurut penilaianku.
Setahun bersama mereka (yang selalu bersikap dewasa.red), aku mulai untuk merubah diriku sendiri untuk bisa bersikap lebih bijak dalam mengarungi bahtera kehidupan (udah kayak pernikahan aja, :p). memang belum bisa seperti mereka, karna aku memang tak ingin menjadi orang lain. Aku ingin tetap menjadi diriku sendiri, apa adanya, sesuai dengan keinginan hatiku. Tapi disinilah ternyata kedewasaanku seolah tertahan untuk tumbuh dalam jiwaku.Aku masih bersifat egois dan mau menang sendiri.Annisa bilang aku adalah orang yang koleris.Mungkin itu benar, tapi aku bukanlah seorang pemimpin yang baik.Aku masih menjadi seorang yang melankolis ketika aku sendiri. Dengan mudahnya aku akan menangis ketika menghadapi sebuah masalah kecil, untuk meluapkan semua kekesalan dan kesedihan yang melanda hati, ketika aku sendiri.
Aku masih dengan segala sifat burukku.Ceroboh dalam melakukan apapun.Terlalu sering menunda untuk melakukan sesuatu hanya karna alasan malas, juga melakukan suatu hal setengah-setengah, tak pernah bisa memberikan yang terbaik.Bertindak tanpa pikir panjang.Dan mungkin selalu merasa benar, tak mau di salahkan. Kedisiplinan yang masih sangat sangat tidak disiplin menurutku. Ya inilah aku yang belum bisa berpikir dewasa, tak seperti umurku yang orang bilang sudah dewasa.
Setahun sudah aku menjadi seorang mahasiswa dan hidup jauh dari orang tua, dalam setahun itu aku bertemu dengan orang hebat yang mengajarkanku makna kedewasaan.Setahun itu hanya sebagian, karna sembilas tahun sebelumnya pun aku juga bertemu bayak karakter manusia.Karakter-karakter yang begitu berbeda yang membuatku mengerti makna dan tujuan kehidupan.
Terima kasih untuk sahabat sahabat ku semasa SMA s.d. sekarang : Atin Hasanah (my best friend forever), Anis Masruroh (aku kangen kamu say? Lama tak jumpa L), anak2 RC(Ana Khairunnisa, Oning Nastiti, Mannan, Risal, Mz Dadang, Mz Irwan, Mz Yayak, Pak Taka, Mz Birri, dan yang lain lah pokoknya… :p), Alm Mz Dedi S (semoga tenang di sana L), Siska Jufia P.(teman sebangku pas SMA), anak2 XeniX dan Twice, Nabila “Bee” (Si tomboy yang menjadi inspirasiku untuk menulis), anak2 PII Pamekasan (Mz Inol, Mbak Titik, Mz Arif, Mz Tommy, Denny, Arya, Qorin, Alif, Faisal, Mita, Meri, serta yang lainnya), PW PII Jatim (Mbak Rahma, Mbak Tika, Mbak Linda, Mz Chotieb, Mz Khaidar, dan kakak2 yang lain), dan semua orang yang kukenal selama ini.
Terima kasih pula pada sahabat-sahabatku di IPB : Lorong 3A Rusunawa (Alfi, Dian, Rina, Wulan, Leni si Bu Benlong, Silmi, Asih, kebanyakan neh kalo disebut semua :p), B.15 Friendship, Rohis 1516 (Zulfa, Nunu, Lena, Masyitah, Teki, Ridho, Arif, dll), pastinya juga anak-anak Gasisma (Dila, Dita, Utari, Ulfi, Risal, Syafi’i, Dian, Arif, Nova-Novi, Mz Ivan, Mz Sukirman, dan yang lainnya), Demush A4 dan KIA seluruhnya, Dewan Gedung A4 serta Asrama TPB IPB, serta para Senior Resident Asrama TPB IPB. Terima kasih atas pelajaran hidup yang telah kalian berikan padaku selama ini.
Yah, dua puluh tahun bukanlah waktu sebentar, tapi selama dua puluh tahun itu aku belum bisa menjadi apa-apa.Setidaknya aku ingin berubah dan bertekad untuk berusaha mengubah keburukan diri menjadi yang lebih baik.Dua puluh tahun aku hidup di dunia, kian hari kian berkurang jatah umurku.Di sisa waktu yang begitu pendek ini, yang tak tau kapan akhirnya, aku tahu Allah selalu berada di sampingku untuk senantiasa mencintai dan membimbingku untuk terus berjalan.Berjalan sesuai dengan rencana indah-Nya, karna Indah-Nya menantiku di ujung jalan sana. Di umurku yang ke-20 tahun ini semoga bisa menjadi awal untukku menjadi seseorang yang orangtuaku, sahabat-sahabatku serta aku sendiri inginkan.
Amin... ^^