Tampilkan postingan dengan label Semangat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Semangat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 September 2012

Menghayati Sebuah Peran


nyambung gak ya??? --a
Terbetiklah judul diatas suatu ketika, tepatnya satu minggu yang lalu setelah aku menyelesaikan sebuah amanah. Sudah seminggu yang lalu, tapi aku baru sempat untuk menulis dan mempostingnya sekarang. Jangan tanya alasannya kenapa, karena kalian pasti tahu kalo membaca postingan tentang diriku sebelumnya. Buat beberapa orang mungkin akan mengerti maksud kenapa aku  membuat postingan ini. Karena sebelumnya aku pernah berbicara tentang hal ini kepada mereka, dan mereka pun mungkin mengalami hal yang sama denganku.

Setiap manusia dalam kehidupan, sekecil apapun itu, pasti memiliki peran. Entah itu protagonis, antagonis, atau di antara keduanya. Ini bukan tentang sinetron ataupun film, tapi ini tentang peristiwa kehidupan. Kau pernah ikut kegiatan atau sebuah festival dimana kau menjadi salah satu pengisi acara? Anggaplah kau ikut sebuah pentas drama dan kau menjadi pemeran figuran, peran yang sama sekali tak diperhatikan orang, bahkan kau sendiri baru tahu bahwa ada peran itu. Mungkin kau senang karna tetap mendapat peran walau figuran daripada tak lolos seleksi, tapi bukankah kau juga bisa sedih karna tak bisa mendapatkan peran yang lebih baik, yang mungkin akan lebih dihargai oleh orang lain??? Kali ini anggap saja kau kecewa dengan hasil yang kau dapatkan meskipun akhirnya kau terima juga peranmu. Latihan demi latihan kau jalani meskipun dengan hati dongkol juga iri melihat orang lain memainkan peran yang kau inginkan. Akhirnya kau menjadi tak ikhlas dalam menjalani latihan. Ketak-ikhlasanmu berakibat pada kesalahan-kesalahan yang kau lakukan saat latihan yang membuat pelatih jadi geram dan kesal padamu. Tiap hari dia marah-marah karna kau selalu melakukan kesalahan dan tak becus dalam berakting. Hal ini tent saja semakin membuatmu kesal bukan? Dan puncaknya kau dimarahi habis-habisan saat gladi bersih pentas drama yang kau ikuti karena tak hafal dialog.

Merasa tak berguna dan tak dibutuhkan karna terlalu sering mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan, itulah yang kamu rasakan. Dan ketika puncak acara pentas drama itu tiba, kau memilih tidak datang dan membiarkan acara berjalan tanpa kamu yang berpikiran bahwa acara pentas drama itu akan tetap berjalan dengan mulus dan sempurna. Tapi bukankah itu hanya praduga yang ada dalam pikiranmu???

Kau tidak tau betapa gaduhnya pelatih mencarimu yang tak kunjung datang di backstage. Betapa bingungnya dia mencari penggantimu padahal dia sendiri tau hanya kamu yang paling ahli berperan disitu. Betapa paniknya teman-temanmu melihat pelatih yang mondar mandir menunggu kedatanganmu dengan muka cemas. Dan betapa kalang kabutnya pentas drama hanya karena tak ada pemeran figuran yang bahkan dianggap tak ada itu. Kau tak tau bahwa ternyata bahkan pemeran utama tak bisa melakukan perannya jika peran figuranmu tak berjalan. Kau begitu santainya meninggalkan pentas drama karna kau tak tau betapa pentingnya dirimu. Kau tak tau tanpa kau, acara pentas drama itu berjalan dengan kacau balau.

Tapi ah, sekali lagi kisah diatas hanya sekedar perumpamaan bukan. Hanya sekedar contoh yang bahkan mungkin tak pernah terjadi di dunia. Bahkan mungkin yang terjadi di dunia adalah yang lebih besar dari itu. Entahlah. Aku membaca sebuah filosofi yang di buat oleh kakak di sebuah lembaa. Tentang Air. Bukankah gedung tidak akan berdiri jika tak ada unsur air saat pembangunan. Pernahkan kita mengkalkulasi air saat kita mengkalkulasi bahan-bahan lain seperti pasir, bata, dan semen? Air seolah tak memiliki makna disana, tapi tanpa air kita takkan pernah bisa menyatukan pasir, semen, dan bata menjadi sebuah gedung yang kokoh.
 
Menjadi apapun dirimu. Peran apapun yang kau sandang, maka itulah dirimu. Kau mungkin tak suka, kau mungkin tak ingin, tapi mungkin saja kau orang tepat mengisi peran itu. Kau merasa tak bisa, kau merasa bodoh, tapi mungkin saja kau lebih ahli dari pada yang lain untuk memerankan peran itu. Kau hanya berprasangka yang mungkin saja kenyataannya tak sesuai dengan prasangka yang ada di pikiran dan hatimu.

Maka hayatilah peranmu, jalanilah peranmu. Berikan yang terbaik yang kau bisa dan ikhlaslah dalam menjalaninya. Karena kau tahu, kau pasti akan mendapatkan balasan atas apa yang kau kerjakan. (ya)


*Kini aku disini, berperan di tempat ini, tak seperti dulu. Susah memang, tapi aku ingin mencoba menghayatinya. Berat memang, tapi aku ingin mencoba ikhlas menjalaninya. Mereka bilang aku harusnya disini, yang lain juga bilang aku pantasnya disana. Tapi aku tau, hatiku mengerti, bahwa dimana pun aku berada, aku harus bisa menjalankan peranku dengan sebaik mungkin. Dan kau tau kawan, kini aku berhasil menjalankan peran itu, meski penuh dengan ketaksempurnaan. Dan kau tau, kini aku bahagia, walau dulu tak suka, walau dulu terasa susah, walau terlalu berat, kini aku bahagia. Bahagia bersama mereka. ASEF AIR yang selalu bersemangat :D*

Bahagia menapaki jejak langkah baru
Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---

Kamis, 23 Agustus 2012

Diangkatnya Amanah

Sebelum berangkat ke Bogor, iseng-iseng mindahin catatan dari sebuah media sosial yang dulu aku tulis karena suatu sebab.  Tentang Amanah. Amanah yang harus di jaga karna ia akan diminta pertanggungjawabannya...

Minggu, 06 Mei 2012

Tentang Pemimpin dan Sebuah Tindakan


Ketika sumpah telah terucap, maka tak ada kompensasi pada setiap pelanggaran.
Ketika keputusan telah diambil, maka berpegangteguhlah pada komitmen.
Ketika konsistensi dipertanyakan, maka keprofesionalanlah yang harus di jaga.

Otakku dan tanganku yang berkoordinasi tiba-tiba saja menciptakan tiga kalimat diatas. Karna berbagai hal dan mungkin dan salah satunya adalah kejadian yang aku alami belakangan ini. Belakangan ini tiba-tiba saja aku merasa seperti jadi peneror dan pengacau.
Aku mengacaukan rapat yang riang minggu kemaren dengan berbagai permasalahan yang aku ungkapkan. Permasalahan itu berkaitan dengan komiten, keprofesionalan, dan sumpah atau janji. Jujur saja aku sudah bosan memikirkan masalah yang berlarut-larut di organisasi yang kini aku berada didalamnya. Benar-benar diabaikan dan seolah terlupakan. Malam yang ceria itu berubah jadi tegang saat aku menyampaikan segala unek-unek di akhir rapat, meskipun aku jadi puas karena mereka akhirnya ingat akan permasalahan yang seolah terlupakan itu. Dan akupun juga senang karena masalah itu menemui titik terang. Dan aku tau saat itu aku jadi pengacau, meski bagiku pengacau yang bermanfaat.
Aku pun seolah melakukan teror kepada seseorang. Seorang pemimpin yang bagus sebenarnya, hanya saja mungkin dia memang butuh seseorang untuk mengingatkan. Jadilah aku tiap waktu meng-sms dia untuk mengingatkan dan menanyakan berbagai hal. Sebelumnya dia sudah ada yang sering mengingatkan, hanya saja aku melihat orang itu terlalu lelah dalam mengingatkan karna lumayan bebalnya dia sebagai pemimpin yang kadang-kadang mengutamakan egonya. Melihat itu aku hanya ingin membantunya saja sebisaku, agar dia bisa ingat akan berbagai tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Yah,,, hitung-hitung sebagai caraku untuk belajar menghadapi seorang pemimpin seperti dia yang selain egonya tinggi, emosionalnya juga tinggi. Bukan hal yang mudah memang, hanya saja memang harus dicoba dulu, ya kan???
Terlepas dari kedua kosa kata penggambaranku di atas, semoga saja apa yang aku lakukan ini merupakan tindakan yang benar dan menimbulkan dampak yang positif ke depannya. Manusia memang sepatutnya berusaha, terlepas dari benar atau salah, baik atau buruk, hanya Allah yang tahu.
Sekarang kita fokuskan tulisan ini pada satu kata, yaitu PEMIMPIN...
Singkat saja tentang pemimpin karena saya juga bingung kalau membahas sesuatu terlalu panjang, bertele-tele dan bahkan mungkin jadinya kemana-mana.  So, Pemimpin adalah.....
Setiap manusia adalah pemimpin. Kalimat itu benar adanya dan tak pernah bisa disanggah karna sudah termaktub dalam Al-Quran. Manusia dilahirkan sebagai khalifah di dunia. Setidaknya manusia adalah pemimpin bagi dirinya-sendiri. Dia seharusnya bisa mengatur dirinya sendiri dan mengendalikan emosinya sendiri.
Bagiku seorang pemimpin adalah sosok yang seharusnya bersahaja, bukan berkharisma. Karena ketika kebersahajaan tertanam dalam jiwa seseorang, ia akan mencipta kharisma unik yang khas tentang dirinya. Dia akan menjadi teladan bagi para anggotanya sehingga dia juga harus tampil sesempurna mungkin didepan para anggotanya, meskipun sejatinya ia memang tak sempurna karena dia memang hanyalah manusia biasa.
Pemimpin tak akan pernah takut. Dia akan menjadi orang yang paling berani dari pada yang lain dan dia juga orang yang maju pertama kali dalam menghadapi masalah. Tapi dia bukan tameng bagi anggotanya karena dia lagi-lagi bukan dewa yang punya segala bentuk kekuatan. Dia tetap seorang manusia yang memiliki titik terlemah dan kelemahan dalam dirinya.
Satu lagi, pemimpin tidak pernah mundur ataupun angkat tangan dari tugasnya. Bukanlah pemimpin jika hanya karena egonya, dia meninggalkan anggotanya yang ada dalam masalah. Manusia yang lari dari masalah adalah manusia pengecut yang tak punya harga diri dan tak patut dihargai ataupun dihormati. Sebaik-baik pemimpin adalah dia yang tetap maju dan tegar dalam menghadapi setiap permasalahan, kecil ataupun besar, dan meskipun pada akhirnya mengalami kegagalan. Dia sungguh pemimpin yang baik.
Subjektif mungkin. Tulisan ini benar terkesan subjektif karena hanya menganut satu pendapat, hanyalah pendapat-pendapatku. Karena aku ingin memiliki pemimpin seperti yang ada dalam bayanganku, seperti yang aku katakan di atas. Dan pun aku ingin menjadi pemimpin itu. Pemimpin terbaik meskipun tak sempurna.(ya)

Jejak Cinta di Tapak Batas Cakrawala Biru
-Yuli Astutik-                         

Selasa, 24 April 2012

No title.....


Tentang sebuah pemikiran
Pemikiran yang selalu berbeda bagi tiap orangnya
Anngapan yang pun tak selalu sama tiap individu manusia
Entah negatif atau pun bahkan positif...
Dan aku tak habis pikir
Pemikiran yang susah dibangun
Perlu perjuangan yang lumayan berat
Dan mungkin baru setengahnya jadi
Tapi kini malah dibiarkan bak anak ayam kehilangan induknya...
Ah,,,,
Apakah aku bisa???
Aku memang tak sepenuhnya sendiri dalam membangun pemikiran itu
Tapi jika jadi minoritas
Sanggupkah kami tak tergoyahkan???
Aku sendiri takut
Takut bila pemikiran ini ikut tergoyah
Retak dan akhirnya runtuh tak berbekas
Berubah menjadi yang sebenarnya tak aku inginkan
Aku takut...
Dan itu membuatku terpikir untuk MUNDUR
Aku ingin MUNDUR...
Entahlah...

#mengingat masa bersama mereka saat membangun idealisme dan pemikiran bersama untuk menjadi lebih baik... rasanya tanpa mereka, aku tak bisa...

Senin, 23 April 2012

Nulis lagi....


Akhirnya.....
Berjumpa lagi dengan saya yang seorang penulis amatir. Sudah sangat lama rasanya tidak posting di blog ini, postingan terakhir hanya berupa kutipan sebuah syair tentang dakwah bukan tulisan yang lahir dari tangan saya sendiri. Maka benar-benar matirlah saya ini. Udah tulisannya belum cukup bermutu, ditambah gak produktif juga dalam menulis. Entah karena saya mulai disibukkan dengan dinamika kampus atau saya yang sok sibuk di kampus. Kalau bilang saya sibuk, saya belum sesibuk seperti Alkadri yang aktif di berbagai kegiatan dan komunitas dan juga disibukkan dengan berbagai tugas kuliah tapi dia tetap poduktif dalm menulis dan posting di blognya yang bisa dilihat disini atau disini. Saya juga belum seperti teman-teman saya yang lainnya yang meskipun dilimpahi amanah yang begitu banyak tapi tetap berusaha untuk produktif dalam bidang baik itu menulis, gambar, bahkan nyanyi sekalipun. Nah saya hanya sok sibuk di kampus, padahal sebenarnya dengan berbagai kesibukan itu, waktu-waktu senggang yang saya rasakan masih sangat sering. Dan ternyata saya masih belum bisa mengefektifkan waktu senggang saya itu untuk menulis. Alasan utamanya adalah sifat saya yang masih suka malas untuk mengerjakan sesuatu, sifat buruk yang harus segera dihilangkan, dan ternyata belum hilang-hilang juga sampai sekarang.
Nah, sekarang kita kembali ke topik yang sebenarnya ingin saya ceritakan. Ini tentang beberapa orang teristimewa dalam hidup saya, tentang pengalaman-pengalaman yang saya alami dan tentang sebuah releksi dan hikmah yang saya dapatkan selama saya menghilang dan tidak posting di blog ini. Kemungkinan postingan ini akan sangat panjang, jadi jangan bosan yak... XD
Awal tahun 2012 saya mulai disibukkan dengan beberapa hal, terutama mulai disibukkan dengan kuliah di semester empat yang dimulai pada bulan februari. Gak terasa saya sudah 1,5 tahun di IPB, rasanya baru kemarin menjalani masa-masa MPKMB, entah disambut ataupun menyambut. Nah, selain kesibukan di kuliah, sejak januari saya mulai disibukkan dengan agenda organisasi yang saya ikuti. Tingkat dua di IPB saya isi denga mengikuti dua organisasi yakni DPM Fakultas Ekonomi Manajemen dan menjadi utusan DPM FEM untuk menjadi anggota MPM KM IPB dimana saya juga terpilih enjadi BPH di organisasi tersebut. Dua organisasi tersebut merupakan ranah yang sangat baru bagi saya dimana pada tingkat satu saat di asrama saya tidak ikut organisasi apapun di kampus, hanya sekedar jadi pengurus gedung asrama. Maka jadilah saya harus banyak belajar tentang dunia legislatif dan konstitusi yang memang banyak menyita waktu untuk rapat, rapat, dan rapat. Memang itulah tugas seorang DPM dan MPM, rapat.
Selain disibukkan dengan kuliah dan organisasi, saya juga disibukkan dengan sebuah kewajiban. Kewajiban seorang muslim untuk mensyi’arkan ISLAM. Gak muluk-muluk sih, saya hanya ingin mengaktifkan rohis kelas departemen saya di departemen Manajemen IPB. Alhamdulillah, sejauh ini selama kurang lebih sembilan bulan sejak masuk departemen, Rohis kelas manajemen sudah mulai hidup dengan berbagai kegiatan syiar dan semoga saja akan terus berkembang seiring berjalannnya waktu.
Dengan berbagai kesibukan itu, hampir saja saya melupakan sesuatu. Ulang tahun salah seorang teman terbaik saya yang jatuh pada bulan februari yang juga merupakan puncak kesibukanku meskipun masih dalam  masa liburan UAS semester ganjil. Sebenarnya sih bukan lupa kalau dia ulang tahun pada tanggal 9 Februari kemarin, tepatnya lupa dan gak sempet saking (sok) sibuknya untuk memberikan ucapan. Alhasil dengan rencana memberi  kejutan untuk memberi hadiah sebuah tulisan pendek tentang dia, tapi lagi-lagi saking (sok) sibuknya hadiah tulisan itu belum terealisasikan sampai saat ini, dua bulan telah lewat dari hari ulang tahunnya. Dan dalam dua bulan itu saya sungguh benar-benar membuat dia kecewa karena saya cuekin, tiap kali dia sms sering saya abaikan secara sengaja untuk surprise, tapi bukannya bikin surprise malah bikin dia kesal sama saya. Saya jadi benar-benar gak enak sama teman saya itu, seolah-olah saya teman yang melupakan teman terbaiknya, yah lagi-lagi alasan yang saya berikan kemarin adalah kesibukan, sok sibuk –lagi-.
Kemarin saat saya pulang kampung ke Madura dikarenakan ada acara nikahan, yang jelas bukan saya yang nikah,hehe. Nah saat pulang itulah kesempatan saya untuk ngasih kejutan buat teman saya itu, jadinya sebelum pulang saya udah beliin hadiah neh buat dia. Sayangnya dia ternyata gak pulang ke Pamekasan karna UTS katanya, jadinya saya hanya berniat untuk mengantarkan hadiah yang saya beli itu kerumahnya untuk dititipkan ke ibunya saja biar ntar jadi kejutan tersendiri. Masalahnya, saya kalo dirumah bawaannya makin malas ngapa-ngapain, jangankan untuk keluar rumah, dirumah aja kerjaannya cuma makan ama tidur. Alhasil, karna kemalasan saya itulah yang membuat saya mengantarkan hadiah kerumah teman saya itu pada hari terakhir sebelum saya ke Bogor dan tanpa sepatah pesan apapun. Kalo seandainya buka saya titipkan hadiah itu sama ibunya, itu hadiah bisa dianggap hadiah kaleng yang misterius, hehehe... XD
Dan sepatah pesan itu ingin saya sampaikan disini, semoga yang bersangkutan membacanya...

Kawan, tak terasa tujuh tahun telah kita lewati bersama dalam suka maupun duka. Dari zaman SMP yang masih ingusan, sampai masa SMA yang mulai kenal arti cinta, hingga kuliah dan proses menuju dewasa yang matang. Meski terpisah jarak, kau tau hati kita selalu bersama. Do'aku akan selalu  bersamamu, karna kau telah menempati ruang istimewa dalam hatiku. Dan kau akan selalu menjadi sahabat terbaik dalam hidupku.
Atin Hasanah,,,, I Miss You Forever... :D hehehe

Oke, untuk teman-teman pembaca postingan ini, tunggu postingan selanjutnya.... :)

Sabtu, 11 Februari 2012

N.E.K.A.T


Nekat
Satu kata yang telah membuatku berani.
Berani melakukan apa yang tidak berani mereka lakukan.
Berani untuk berkarya dan berkreatifitas seluas-luasnya.
Juga berani menjadi apa yang aku mau.
Nekat
Satu kata yang membuatku percaya.
Percaya bahwa kehidupan berpihak padaku.
Percaya pada kekuatan dan kelemahan diri.
Juga percaya akan kuasa-Nya yang tak terbatas.
Nekat
Satu kata yang membuatku dipercaya.
Dipercaya bahwa aku bisa.
Dipercaya bahwa aku sanggup melakukannya.
Juga dipercaya untuk mengemban apa yang disebut amanah.
Nekat
Satu kata yang slalu membuatku tersenyum.
Tersenyum karna berada ditengah orang-orang hebat.
Tersenyum bersama perjuangan yang tak pernah henti.
Dan tersenyum bangga saat kesuksesan telah sama-sama kita genggam.

Aku tau di balik rasa NEKAT itu, Dia ada di belakangku.
Tak pernah sedetikpun meninggalkan kesendirianku.
Karna-Nya, rasa nekat itu menempel lekat di hatiku.
Untuk membuatku bisa tegar dalam menjalani kehidupan.
Untuk membuatku kuat meniti alur kisahku yang penuh kerumitan.
Atas izin-Nya aku berdiri disini untuk menghadapi  apa yang disebut kenyataan.
Kenyataan yang manis atau bahkan yang sangat pahit.
Semuanya, seluruhnya, seantero hidup, sepanjang waktu, dan seluas jagad.
Karna Mu, ya Rabb...
Sungguh itu karna Mu...

Catatan Singkat Hatiku^^

Semburat Jejak Cinta
di Batas Cakrawala Biru