Rabu, 12 September 2012

Percaya


 
Percaya...
Cukup percaya bahwa kau bisa...
Cukup percaya saja bahwa dia juga bisa...
Susah memang, jika ternyata tak sesuai dengan yang kau harapkan
Tapi jika terus seperti ini, bukankah kau sendiri yang selalu tak tenang?
Kau pikir hanya kau yang bisa?
Kau pasti salah
Mereka juga pasti mampu, bahkan lebih baik darimu
Nyatanya terkadang mereka malah lebih bertanggung jawab daripada kamu
Jangan hanya omonganmu yang besar
Tapi tunjukkanlah bahwa kerjamu juga besar...

Saat kau tak percaya mereka bisa
Kau akan merasa kaulah yang paling tau...
Saat hanya kau yang paling tau
Semuanya kau kerjakan sendirian saja...
Percayalah...
Sesungguhnya itu hanya akan membuatmu merasa susah hati dan susah pikiran...
Kalau kau ingin dipercaya saat mengerjakan sesuatu
Maka percayalah juga kalau mereka bisa melakukannya...
Kalau kau ingin pekerjaanmu dihargai
Maka hargai juga kerja mereka...

Sekali lagi, Percayalah...
Cukup saja percaya bahwa semua akan baik-baik saja...
Cukup saja percaya bahwa ada Dia yang selalu mengerti kita...

*Hanya sedang ingin mengingatkan diri sendiri*
    Tapak Batas Cakrawala Biru                    
                                                          ---Yuli Astutik---                                     

Senin, 10 September 2012

Random


Hanya sedang bahagia...
Semuanya berawal dari hati...
Dan ukhuwah itu terjalin hingga kini...
Cukup dengan bertemu dan melihat senyum mereka...
Rasanya memang sungguh berbeda...
Terimakasih untuk semua, kalian telah mengisi relung-relung kosong dalam hatiku...
Bagiku itu sudah cukup, jalin ukhuwah dengan cinta...
Sahabatku... :D

(Sempada-XeniX-TwicE-ResaCita-PII-3A-218-A4-B15-KPK-MAN47-Formasi-MPM-DPM-‘n my lovely friend)

Sabtu, 08 September 2012

Tentang Maaf dan Memaafkan


Kau pernah melakukan suatu kesalahan kepada seseorang? Atau kau pernah merasa sakit hati karna kesalahan orang lain padamu? Atau mungkin kau pernah merasakan keduanya? Aku pernah merasakan keduanya. Membuat kesalahan yang membuat orang lain kecewa bahkan sakit hati. Juga pernah merasakan sakit hati hanya karena kesalahan seorang teman yang tidak disengaja. Kau juga pasti pernah merasakannya bukan? Setidaknya aku yakin kau pernah merasakan salah satunya.

Kau mungkin bingung kenapa aku tiba-tiba bertanya seperti itu, tiba-tiba menyangkamu mengalami hal tersebut. Sebenarnya bukan apa-apa, hanya sedang terpikir tentang sebuah kesalahan, tentang rasa kecewa, tentang sakit hati, yah, tentang MAAF dan MEMAAFKAN...

Saat kau melakukan suatu kesalahan dan sadar bahwa kau salah, pastilah kau akan meminta maaf kepada siapapun yang mungkin akan merasa sakit hati dan kecewa akan kesalahanmu. Sebaliknya, jika kau merasa kecewa dan tersakiti oleh perilaku dan kesalahan orang lain padamu, pastinya kau juga mengharap permintaan maaf darinya bukan?

Tentang maaf dan memaafkan mungkin mudah saja kita lakukan, tepatnya mudah saja kita ucapkan.
“Aku minta maaf ya teman, kemarin aku tidak sengaja melakukannya.” Katamu sambil tersenyum.

“Iya, gak papa kok, udah aku maafin. Lain kali jangan begitu ya!” Jawabku, tentu saja dengan senyum yang lebih sumringah.

Tetapi yang terjadi juga mungkin sebaliknya. Jika aku yang melakukan kesalahan padamu, aku minta maaf dan kau memaafkan. Selesai. Mudah bukan? Terlalu mudah kurasa. Sehingga ada satu hal yang terlupa. Kau tahu apa? Yang terlupa itu adalah IKHLAS.

Aku takkan akan pernah tau apakah kau ikhlas dalam meminta maaf ataupun saat memaafkan, sebaliknya kau pun takkan pernah tau isi hatiku, yang tau hanya Allah dan tentu saja diri kita sendiri. Yang terberat dari meminta maaf ataupun memaafkan itu adalah rasa ikhlas. Tak berguna kita meminta maaf atau memaafkan jika ternyata di hati kita masih tersimpan sepercik bahkan setitik rasa tidak ikhlas dan tidak suka. Lisan kita mungkin saja bisa dengan manis mengucapkannya, tapi bagaimana dengan hati kita?

Kau tentu saja tak mau hati kita terkotori dengan setitik rasa tidak ikhlas itu bukan? Maka janganlah terlalu mudah mengucapkan maaf jika hatimu masih belum bisa memafkan. Bicarakan. Biarkan ia bersih agar tak ada setitik noda yang mengotori rasa maaf itu.

Percuma jika kau bisa bermuka manis hanya di depan, tapi di belakangnya kau hatimu mendongko. Percuma saja kau tersenyum, jika ternyata senyum itu senyum yang di buat-buat. Percuma saja kau meminta maaf atau memaafkan, jika ternyata maaf itu hanya di lisan saja, bukan di hatimu...(ya)

Menjejak Cinta di Batas Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---                  

Kamis, 06 September 2012

Quote #3

 Sesungguhnya usaha seorang wanita mencari jodoh itu adalah dengan cara menjaga kesucian dirinya. Karena wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.Dan yakinlah, suatu saat nanti laki-laki yang baik itu akan menjemputmu untuk meraih syurga bersama...

(ITS ME, FORMASI, 07092012)

Senin, 03 September 2012

Quote #2












Hidup ini adalah kesempatan
Kesempatan bagi manusia untuk belajar
Belajar dari setiap sisi kehidupan
"Iqra" "Bacalah"
Allah senantiasa memerintahkan kita untuk belajar
Membaca setiap sudut makna kehidupan

Minggu, 02 September 2012

Menghayati Sebuah Peran


nyambung gak ya??? --a
Terbetiklah judul diatas suatu ketika, tepatnya satu minggu yang lalu setelah aku menyelesaikan sebuah amanah. Sudah seminggu yang lalu, tapi aku baru sempat untuk menulis dan mempostingnya sekarang. Jangan tanya alasannya kenapa, karena kalian pasti tahu kalo membaca postingan tentang diriku sebelumnya. Buat beberapa orang mungkin akan mengerti maksud kenapa aku  membuat postingan ini. Karena sebelumnya aku pernah berbicara tentang hal ini kepada mereka, dan mereka pun mungkin mengalami hal yang sama denganku.

Setiap manusia dalam kehidupan, sekecil apapun itu, pasti memiliki peran. Entah itu protagonis, antagonis, atau di antara keduanya. Ini bukan tentang sinetron ataupun film, tapi ini tentang peristiwa kehidupan. Kau pernah ikut kegiatan atau sebuah festival dimana kau menjadi salah satu pengisi acara? Anggaplah kau ikut sebuah pentas drama dan kau menjadi pemeran figuran, peran yang sama sekali tak diperhatikan orang, bahkan kau sendiri baru tahu bahwa ada peran itu. Mungkin kau senang karna tetap mendapat peran walau figuran daripada tak lolos seleksi, tapi bukankah kau juga bisa sedih karna tak bisa mendapatkan peran yang lebih baik, yang mungkin akan lebih dihargai oleh orang lain??? Kali ini anggap saja kau kecewa dengan hasil yang kau dapatkan meskipun akhirnya kau terima juga peranmu. Latihan demi latihan kau jalani meskipun dengan hati dongkol juga iri melihat orang lain memainkan peran yang kau inginkan. Akhirnya kau menjadi tak ikhlas dalam menjalani latihan. Ketak-ikhlasanmu berakibat pada kesalahan-kesalahan yang kau lakukan saat latihan yang membuat pelatih jadi geram dan kesal padamu. Tiap hari dia marah-marah karna kau selalu melakukan kesalahan dan tak becus dalam berakting. Hal ini tent saja semakin membuatmu kesal bukan? Dan puncaknya kau dimarahi habis-habisan saat gladi bersih pentas drama yang kau ikuti karena tak hafal dialog.

Merasa tak berguna dan tak dibutuhkan karna terlalu sering mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan, itulah yang kamu rasakan. Dan ketika puncak acara pentas drama itu tiba, kau memilih tidak datang dan membiarkan acara berjalan tanpa kamu yang berpikiran bahwa acara pentas drama itu akan tetap berjalan dengan mulus dan sempurna. Tapi bukankah itu hanya praduga yang ada dalam pikiranmu???

Kau tidak tau betapa gaduhnya pelatih mencarimu yang tak kunjung datang di backstage. Betapa bingungnya dia mencari penggantimu padahal dia sendiri tau hanya kamu yang paling ahli berperan disitu. Betapa paniknya teman-temanmu melihat pelatih yang mondar mandir menunggu kedatanganmu dengan muka cemas. Dan betapa kalang kabutnya pentas drama hanya karena tak ada pemeran figuran yang bahkan dianggap tak ada itu. Kau tak tau bahwa ternyata bahkan pemeran utama tak bisa melakukan perannya jika peran figuranmu tak berjalan. Kau begitu santainya meninggalkan pentas drama karna kau tak tau betapa pentingnya dirimu. Kau tak tau tanpa kau, acara pentas drama itu berjalan dengan kacau balau.

Tapi ah, sekali lagi kisah diatas hanya sekedar perumpamaan bukan. Hanya sekedar contoh yang bahkan mungkin tak pernah terjadi di dunia. Bahkan mungkin yang terjadi di dunia adalah yang lebih besar dari itu. Entahlah. Aku membaca sebuah filosofi yang di buat oleh kakak di sebuah lembaa. Tentang Air. Bukankah gedung tidak akan berdiri jika tak ada unsur air saat pembangunan. Pernahkan kita mengkalkulasi air saat kita mengkalkulasi bahan-bahan lain seperti pasir, bata, dan semen? Air seolah tak memiliki makna disana, tapi tanpa air kita takkan pernah bisa menyatukan pasir, semen, dan bata menjadi sebuah gedung yang kokoh.
 
Menjadi apapun dirimu. Peran apapun yang kau sandang, maka itulah dirimu. Kau mungkin tak suka, kau mungkin tak ingin, tapi mungkin saja kau orang tepat mengisi peran itu. Kau merasa tak bisa, kau merasa bodoh, tapi mungkin saja kau lebih ahli dari pada yang lain untuk memerankan peran itu. Kau hanya berprasangka yang mungkin saja kenyataannya tak sesuai dengan prasangka yang ada di pikiran dan hatimu.

Maka hayatilah peranmu, jalanilah peranmu. Berikan yang terbaik yang kau bisa dan ikhlaslah dalam menjalaninya. Karena kau tahu, kau pasti akan mendapatkan balasan atas apa yang kau kerjakan. (ya)


*Kini aku disini, berperan di tempat ini, tak seperti dulu. Susah memang, tapi aku ingin mencoba menghayatinya. Berat memang, tapi aku ingin mencoba ikhlas menjalaninya. Mereka bilang aku harusnya disini, yang lain juga bilang aku pantasnya disana. Tapi aku tau, hatiku mengerti, bahwa dimana pun aku berada, aku harus bisa menjalankan peranku dengan sebaik mungkin. Dan kau tau kawan, kini aku berhasil menjalankan peran itu, meski penuh dengan ketaksempurnaan. Dan kau tau, kini aku bahagia, walau dulu tak suka, walau dulu terasa susah, walau terlalu berat, kini aku bahagia. Bahagia bersama mereka. ASEF AIR yang selalu bersemangat :D*

Bahagia menapaki jejak langkah baru
Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---

Sabtu, 01 September 2012

Quote #1


Hidup ini adalah permainan
Adakalanya kau menang dan adakalanya pula kau kalah
Tapi hidup ini bukan tentang menang atau kalah
Hidup ini tentang seberapa besar rasa syukur yang kau panjatkan pada-Nya ketika berada di puncak kemenangan
Hidup ini tentang seberapa sabarkah kamu ketika jatuh dalam jurang kekalahan
Hidup ini juga tentang seberapa besarkah perjuanganmu untuk kembali bangkit dari jurang kekalahan menuju puncak kemenangan