Rabu, 16 Januari 2013

DIA


Aku masih ingat, tujuh bulan yang lalu saat akan pulang kampung karena liburan kenaikan tingkat, dia membuatku merasa terharu, merasa speechless, merasa entahlah campur aduk. Pagi-pagi entah jam berapa aku berangkat dari kontrakanku bareng Dila dan Dita saudara kembar yang akan bersamaku naik kereta untuk pulang kampung ke Madura. Kami berangkat ke stasiun Bogor untuk selanjutnya ke stasiun Jakarta Kota. Masih pagi saat kami sampai di stasiun Jakarta Kota, sedangkan kereta yang akan membawa kami ke Surabaya baru berangkat sekitar jam 12 siang nanti, masih agak lama untuk menunggu, mungkin rasanya akan sedikit bosan. Di Stasiun sudah ada Mbak Viska yang menunggu kami, dia juga akan bersama kami dalam perjalanan ke Madura nanti. Kebetulan karena paginya kami belum makan, meskipun kami tau restoran atau tempat makan di stasiun akan cukup mahal bagi kantong mahasiswa seperti kami, kami tidak ambil resiko lemas di perjalanan, jadinya kami akhirnya masuk ke salah satu resto.
Di saat itulah, di saat aku makan, Dila tiba-tiba keluar entah untuk apa tak terlalu aku perdulikan. Yang membuatku bingung adalah saat Dila masuk dia tak sendiri, dia masuk bersama dengan seseorang yang sudah aku kenal, sudah sangat aku kenal. Dia tersenyum begitu melihatku dan yah aku juga tidak tau harus bersikap bagaimana, hanya seulas senyum haru. Dia duduk disampingku dan memberiku sebuah tas jinjing berwarna merah tua, katanya sebagai kado miladku yang terlambat. Di dalamnya ada sekotak nasi goreng, sebuah CD, dan secarik kertas. Aku tidak langsung membacanya tentu saja, menyimpannya dulu, aku lebih tertarik mengobrol dengannya. Ah, rasanya hari itu takkan terlupakan, dia benar-benar membuatku merasa jadi saudari yang istimewa. :p
Muncullah celetukan-celetukan Dila dan Dita, “ah, kalian so sweet banget sih”. Haha, si Dila ada-ada aja, namanya juga sahabat kan harus so sweet ya, emang ke pasangan doang yang boleh so sweet – so sweet #loh #gubrak Ya, tidak heran memang Dila bilang seperti itu karena dia dengan ikhlasnya mengejarku sampai ke stasiun Jakarta Kota hanya untuk memberi kado milad buatku, meskipun sudah terlambat hampir seminggu. Ah, aku tidak pernah menganggap dia lupa tanggal miladku, karna aku tau dia pasti ingat seperti aku juga akan selalu ingat tanggal miladnya. Tapi yah seperti udah menjadi kebiaasaan bagi kami, jika salah satu dari kami milad pasti yang lainnya akan terlambat mengucapkan selamat milad dengan sengaja. Gak cuma dari Dila dan Dita aja celetukan itu muncul, entah aku atau dia yang bilang pertama kali “Aku mengejarmu sampai stasiun Jakarta Kota”,  aku lupa, tapi yang jelas aku juga nyeletuk, ‘kayaknya cocok tuh buat judul cerpen’ hehe... Dan dia bilang, ‘bener tuh Yul, cocok buat judul cerpen, ditunggu ya cerpennya’. Dan sampai saat ini aku belum buat cerpen itu, maaf ya, otakku lagi kurang jernih buat bikin cerpen, hehe, jadi aku buat tulisan ini aja ya... :p
Lima bulan berlalu dan sebentar lagi dia milad. Ah, kali ini aku ngasih kejutan apa ya? Ngasih kado apa ya? Kali ini harus ada yang beda dari dua tahun sebelumnya dan yang terpenting bukan kado. Dan terbersitlah ide itu :) Kebetulan aku sedang intens bertemu dengan Mbak Denok jadi aku ngajak mbak Denok buat ke rumah dia, dan tidak lupa juga ngajak si Ina Walia. Sayangnya si Ina gak bisa, jadinya aku cuma berdua dengan Mbak Denok. Sore itu kami berdua kerumah dia tanpa bilang-bilang dulu karena kami memang ingin memberikan surprise kepadanya. Sepertinya kami berhasil, dan aku yakin dia pasti senang dengan kehadiran kami berdua. Sepanjang sore dan malam (karena akhirnya kami menginap di rumahnya) kami mengobrol bertiga, sambil makan kue tart dan nonton TV.  Malam itu jadi malam yang membahagiakan. :)
Dan kemarin, tanggal 15 Januari 2013 adalah hari terakhir UAS di semester lima ini. Rasanya beban untuk semester ini sudah lepas setengahnya. Kenapa setengahnya? Karena aku juga belum tau bagaimana nilai-nilaiku di semester ini, jadi itu terasa masih jadi beban. Jadi curhat yak? :p tapi sebenarnya aku bukan mau ngomongin itu. Sore hari kemarin aku sedang membaca novel di depan TV, maklumlah sudah tidak ada ujian, hehe.. Sekitar jam lima sore Ulfi datang dan langsung menghampiriku, “Yul, ada titipan”.
Aku melongo tidak mengerti. “Titipan? Dari siapa, Fi?”
“Dari ‘dia’” (sebenarnya Ulfi nyebut nama tapi sengaja aku ganti dengan kata dia, biar jadi penasaran. Tuh kan penasaran? Haha :p)
Aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi dan langsung masuk ke kamar untuk membukanya. Bungkusan itu berisi sebuah buku. Sebuah buku yang memang sudah lama ingin aku baca, tapi belum ada kesempatan untuk meminjam dan membacanya. Ada pesan di atasnya dan pesan itu membuatku tersenyum haru, dan lagi lagi speechless. Apa katanya di pesan itu? Kalian mau tau?
“Yul, aku gak mau minjemin sirahku ah... Jadi kado sesi 2 aja ya.. Hihi :p”
Membaca pesan itu aku jadi ketawa sendiri. Sebelumnya aku memang berniat untuk pinjam buku itu pada dia, tepatnya buku Sirah Nabawiyah karangan Al-Mubarakfuri. Tapi sesuai pesannya tadi, dia tidak mau meminjamkannya tapi malah memberikan buku itu padaku sebagai kado sesi 2.
ini dia nih bukunya :D
 Kado sesi 2, haha, kedengaran aneh ya buat kalian. Aku sendiri tidak menyangka ternyata dia masih inget kado sesi 2 yang dia janjiin di selembar kertas yang dia berikan saat dia nganterin kado miladku ke stasiun Jakarta Kota tujuh bulan yang lalu. Jujur aja nih, saat kembali ke Bogor kemarin aku sempet nyinggung kado sesi 2 itu untuk bercanda, beneran, itu sebenarnya bercanda untuk jadi alasan aku mengucapkan terima kasih pada dia, karena setelahnya aku hampir saja lupa dengan kado sesi 2 itu. Sampai kemarin saat aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi, kado sesi 2 dari dia yang membuat aku kembali ingat.  Dan aku bahagia punya saudari seperti dia... :’)

“Aku tidak tau apa yang harus aku ucapkan saat aku membuka bungkusan yang kau berikan, benar-benar speechless dan yah terharu. Ah, aku saja hampir lupa kado sesi 2 itu dan kini kau mengingatkannya dengan buku Sirah itu. Alhamdulillah, karna itu aku bersyukur atas dua hal. Karna Allah mengizinkan aku memiliki buku itu lewat perantaramu dan yang paling penting adalah karna Allah telah memberiku saudari terbaik dari yang terbaik seperti kamu. Jazakillah khairan katsir, Ukhti Nisa sayang :) Kau memang saudari terbaik sedunia... :D”

Teruntuk dia, saudariku, Annisa Sophia --> “Blue Cloud”  :)