Sabtu, 24 Agustus 2013

New Family - IGTF Banjarnegara



“Selalu berani mencoba karna kesempatan itu takkan terulang ke-2 kalinya – mba yul”
(Rahma Nurina)

Kadang bahkan diri sendiri menjadi orang yang paling tidak mengenal. Terkadang malah orang lain yang lebih mengenal. Manusia seringkali berprasangka dan tak jarang prasangka itu adalah negatif yang membawa ketidakbaikan bagi dirinya sendiri. Berprasangka bahwa orang ini menganggap kita begini, orang itu menganggap kita begitu. Nyatanya lain prasangka, lain kenyataan. Maka cukuplah kita berprasangka positif bahwa setiap manusia itu adalah saudara, utamanya sesama muslim. Dan kemarin ada seseorang yang memberikan penilaian tentang diriku. Terimakasih untuk Rahma Nurina atas penilaian pada mbakmu yang kadang sok tau ini. Semoga penilaianmu bisa menjadi renungan bagi mbak dan jadi pelajaran berharga buatmu. 

Oh ya, apa kabar pembaca setia blog ? #ngayal - Berasa punya banyak pembaca aja, palingan juga yang buka diri sendiri, hehe... Tapi gak papalah toh aku juga nulis buat diri sendiri. Postinganku kali ini tentang IGTF yang baru sebulan kemarin selesai aku jalani. Dengan banyak alasan yang sudah aku sampaikan di postingan sebelumnya, baru kali inilah aku bisa memposting tulisan tentang IGTF ini. Yah,, meskipun sedikit kadaluarsa, tapi semoga tetap bisa dinikmati dan diambil pelajarannya.

Bermula dari keinginanku untuk ikut KKP atau kuliah kerja praktek, berhubung dari departemenku tidak mewajibkan KKP sehingga kalau mau ikut harus mendaftar terlebih dahulu. Sebenarnya aku telah mendaftar ke departemen untuk ikut KKP, kebetulan yang ikut hanya aku seorang karena teman-teman yang lain lebih tertarik untuk ikut magang di beberapa perusahaan. Namun karena ada beberapa hal membuatku akhirnya tidak terdaftar ikut KKP. Kesel sih awalnya, tapi kemudian beranggapan bahwa mungkin Allah tidak menghendaki aku ikut KKP dan nyatanya Dia memang menunjukkan padaku cara lain untuk aku bisa terjun ke masyarakat secara langsung, yakni melalui IPB Goes To Field (IGTF). Alhamdulillah, aku yakin ini memang jalan Allah yang terbaik untukku.

IGTF adalah kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB sebagai bentuk pengabdian dalam rangka ikut andil dalam kemajuan dan kesejahteraan masayarakat dan bangsa. Kali ini aku ikut andil dalam program tersebut, dengan tema program “Pengembangan Agrowisata Durian” di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kalo denger judul programnya sih setiap orang kayaknya bakal nyangka bahwa agrowisata itu sudah jadi dan tinggal dikembangin semisal dibidang pemasarannya, termasuk juga aku waktu pertama kali milih tema tersebut sebagai opsi pertama dari tiga opsi yang diberikan. Pemasaran adalah bidang penelitian yang insya Allah akan kujalani di semester yang akan datang, apalagi aku memang tertarik pada dunia ekowisata dan semacamnya, termasuk juga agrowisata sebagai objek penelitianku. Jadi, aku kira tema ini adalah pilihan yang tepat buatku. Oia, sebenarnya aku juga punya alasan kedua kenapa milih tema ini, aku doyan banget durian, hehe, karena judulnya pengembangan dan sudah berprasangka bahwa pohon duriannya sudah berbuah aku sudah membayangkan bisa makan banyak durian disana. Tapi usut punya usut, perkiraanku dan para peserta lain salah total. Karena saat kami ikut kuliah pembekalan dosen pembimbing menjelaskan bahwa kawasan tersebut masih dalam tahap perencanaan untuk dijadikan kawasan agrowisata durian. Misi utama kami, para peserta IGTF, adalah menyelesaikan pra-site plan yang telah dibuat oleh Pak Ian, dosen pembimbing kami, menjadi site plan. Mungkin bahasa sederhananya adalah membuat peta kawasan untuk mempermudah para petani setempat dalam membagi petak-petak tanaman pada kawasan. Dan ini adalah pekerjaan anak-anak arsitekstur lanskap yang aku tidak mengerti sama sekali. Mengerti sedikit mungkin iya, tapi kalo disuruh ngerjain aku bakal nyerah duluan, jauh diluar bidang keilmuanku saat ini di manajemen yang notabene tentang pemasaran, sdm, keuangan dan produksi hilir. Tapi aku tak kehilangan semangat meskipun ternyata 80% IGTF ini tidak sesuai dengan tujuan awalku, tapi toh aku tetap bisa mengabdi kan? J

Dengan serangkaian kuliah pembekalan yang kamu lakukan di minggu-minggu ujian, akhirnya waktu pemberangkatan tiba setelah sehari sebelumnya dilaksanakan pelepasan peserta IGTF oleh Rektor IPB, Bapak Herry Suhardianto, dan sedikit materi tentang pengabdian yang disampaikan oleh Rektor Universitas Paramadina,  Bapak Anis Baswedan. Oia, aku lupa menyampaikan bahwa pada kesempatan kali ini kegiatan IGTF bekerja sama dengan program “Mahasiswa Mengabdi”-nya UPM, itu mengapa Pak Anis ikut memberikan materi. Mau tau apa materinya? Mungkin lain kali kuposting materi yang disampaikan oleh rektor UPM tersebut. Tepatnya hari Minggu, tanggal 23 Juni 2013 kami ber-27 orang plus dosen pembimbing, Bapak Ian, berangkat dengan menggunakan bus dan tiba esoknya saat adzan subuh baru saja berkumandang dari masjid agung. Kami singgah sementara di masjid agung untuk sholat subuh dan bersih-bersih sebelum acara penyambutan di kantor Bappeda. Setelah penyambutan, kami kembali mobilisasi dari alun-alun kota ke desa dimana kami akan tinggal selama kurang lebih 21 hari, yakni desa Glempang, Kecamatan Mandiraja. So, perjalanan panjang pun dimulai... :D


Dimulai dari orientasi tapak dan orientasi desa, kami mulai menjalankan tugas-tugas kami di Desa Glempang ini. Saat pertama kali sampai di tapak, yang saat sebelumnya hujan deras mengguyur desa, membuat kami kewalahan berjalan menyusuri jalan setapak karena sebagian besar jalan yang kami lewati berupa tanah liat yang karena hujan jadi becek dan licin. Teman-teman yang kebanyakan pakai sandal jepit akhirnya lebih memilih dilepas dan akhirnya nyeker. Setelah sedikit bersosialisasi dengan penduduk yang tidak sengaja bertemu sedang panen gembili, sejenis ubi rambat, dan tentu saja ke pertapan yang menjadi tujuan kami. Inilah yang paling menakjubkan, pemandangan yang terhampar sepanjang perjalanan itu sangat indah. Mandiraja khususnya Glempang merupakan kawasan dengan kontur lahan yang berbukit di daerah pedesaannya, sejauh mata memandang terhampar bukit menghijau yang gak bakal bosan dipandang mata, ceilleee...  Tak lupa kami juga sempat berfoto-foto, jepret sana jepret sini, walau ala kadarnya menggunakan kamera hp, yang penting aku gak melewatkan pemandangan yang indah itu, berasa udah mau pergi padahal kami masih akan tinggal disana selama tiga minggu kedepan. Malamnya kami berkesempatan ikut dalam kumpul kelompok Tani Sido Subur, kesempatan langka yang kami dapatkan karena jarang sekali mahasiswa yang turun lapang bisa bertemu langsung dengan masyarakat poktan. Hal ini akan mempermudah kami dalam menganalisis permasalahan desa dan tentu saja dalam menyelesaikan tugas yang diberikan LPPM IPB kepada kami.

Tugas kami secara garis besar dibagi menjadi tiga, yakni pemetaan petakan lahan untuk pembuatan site plan, pemetaan profil lahan untuk irigasi, dan suvey social mapping. Pembagian tugas pun dilakukan oleh ketua kelompok. Pada minggu pertama kebanyakan teman-teman turun lapang untuk melakukan pemetaan lahan, namun ada sebagian kecil yang melakukan survey pemetaan sosial, mereka berkunjung ke Balai Penyuluhan dan juga ke rumah-rumah warga. Selain tiga hal tersebut, kami juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat di Desa Glempang seperti Sadranan atau Nyadran sebagaimana masayarakat setempat menyebutnya, pengajian ibu-ibu, pembuatan kerajinan tangan, pembuatan gula kelapa, pembuatan sriping pisang rajalawe dan banyak kegiatan lainnya. Minggu kedua adalah minggunya social mapping, dimana semua peserta berkeliling desa untuk melakukan wawancara dan bersosialisasi dengan tokoh masyarakat di desa. Di minggu kedua ini kami hanya ber-25 orang karena dua ketua kelompok kami kembali ke Bogor untuk mengurusi kepentingan lain. Yang satu wisuda namanya, yang lainnya ngurus jadwal sidang. Ketua kelompok di kelompok IGTF Banjarnegara ini memang ada dua orang, jangan tanya kenapa karena awalnya aku juga bingung. Tapi sudah diceritakan lengkap disini oleh salah satunya, Kak Najmi. Minggu terakhir adalah minggunya laporan. Di minggu ini kami merekap data yang sudah dikumpulkan untuk selanjutnya disatukan menjadi laporan, sehingga memang tidak terlalu menyibukkan kecuali yang datanya kurang dan harus kembali turun lapang untuk melengkapinya. Banyak kejadian selama tiga minggu kami bekerja melaksanakan tugas, yang serius sampai yang lucu, yang membahagiakan dan yang mengharukan, ada juga yang mengesalkan, mulai dari blusukan ke hutan hingga kekenyangan atas suguhan yang diberikan oleh warga desa yang sangat baik hati. Kami juga berkesempatan berkunjung ke datatan tinggi Dieng yang menjadi objek pariwisata di Banjarnegara. Agar ceritaku tak terlalu panjang lebar, Kak Najmi sudah menuliskannya disini dengan sangat lengkap, so silakan dibaca aja. Ada gunanya juga aku nulis belakangan, teman-teman yang lain udah pada nulisin juga soalnya, hehe...
Fariz Harindra - Ketua 1
Nurul Najmi - Ketua 2
Beralih ke hal berikutnya, aku ingin cerita tentang rumah tempat aku menginap, yang jelas beserta orang-orang yang tinggal didalamnya. Kami tinggal dirumah yang cukup besar aku bilang kalo ukurannya rumah di pedesaan, namun masih sederhana karena masih belum lengkap. Nama pemiliknya Pak Karmo, ia tinggal bersama anak perempuannya yang masih berumur sekitar enam tahun, namanya Aina. Istrinya seorang TKW di Korea. Seperti yang kami bilang sebelumnya, rumah yang kami tinggali belum lengkap, termasuk kamar mandi yang belum jadi, alhasil untuk keperluan mandi dan cuci kami menumpang dirumah depan yang juga ipar dari Pak Karmo, kami biasanya memanggil Bu Arif. Untuk makan sehari-hari kami juga makan didapur Bu Arif karena ia yang memasak makan untuk kami selama tiga minggu didesa. Pak Karmo dan Bu Arif adalah orang yang baik hati, mereka suka ngobrol dan gak bosan-bosannya ngobrol dengan kami, terutama sama salah satu dari kami, sebut saja Rahma. Rahma juga yang paling sering main bareng Aina, sepertinya dia yang paling disayang oleh Aina diantara ketujuh kakak-kakak yang lain, hehe. Yang menempati rumah Pak Karmo berjumlah delapan orang dengan personilnya Trini yang ngefans banget sama Korea, Dyah yang sering dibilang mirip artis, Rahma yang suka ngobrol dan supel abisss, Dian yang blak-blakan dan punya seabreg film, Lilis yang kadang rame kadang pendiam, Pelangi yang kadang narsis tapi selalu berhati-hati dalam bertindak, Atari yang kalem tapi tak terduga dan sering diguyonin sama si Arif yang baru masuk SMA (anaknya Bu Arif), dan aku yang beginilah, hehe... Geng Pak Karmo, begitulah kami sering disebut oleh teman-teman yang lain.

 

Berdelapan kami menjadi rombongan yang seringkali tepat waktu telat saat kumpul dengan banyak alasan, antri kamar mandi-lah, sarapan belum jadi-lah, cucian setumpuk-lah, dan beragam alasan lainnya. Tapi meskipun begitu kami tetap semangat dalam melakukan tugas-tugas. #ngeles :p Ciri khas lain dari geng ini adalah tiap malam sehabis kumpul dengan yang lain pasti ada yang namanya “show time” dimulai dari mbak Trin yang nge-dance ala artis Korea dan yang paling sering nonton film di laptopnya Dian. Tapi yang paling mengharukan buatku adalah saat buka puasa di hari pertama (hari kedua untukku), teman-teman beserta pak Karmo dan Bu Arif memberikan surprise untukku, mereka merayakan miladku yang jatuh pada hari itu, 10 Juli. Walau sederhana, hanya dengan roti tawar yang di tulisi “Happy Birthday” menggunakan susu coklat, tapi itu benar-benar membuatku terharu. :’) Namun setelahnya jangan tanya, aku disuruh mencuci semua piring kotor yang ada, jadi inem sementara deh. Tapi gak papa, aku kerjain dengan sukacita :) Oia, selain Geng Pak Karmo, teman-teman yang lain juga pada ngucapin selamat, ada yang langsung, ada juga yang lewat sms karena hari itu ada sebagian anak yang pergi ke Jogja, dan ada juga yang sudah balik ke Bogor karena ada ujian perbaikan. Sayang, Pelangi gak ada diantara kami. Setelah tarawih, teman-teman semua berkumpul di rumah Pak Karmo untuk makan es degan, kebetulan gengnya pak Karmo baru dari desa sebelah untuk ngambil kelapa muda, sekalian deh mereka pada bilang ngerayain miladnya Kak Yuli. Alhamdulillah, makasih semuanya...

Sepertinya tulisanku kali ini sudah terlalu panjang yak? Maklumlah banyak hal-hal seru yang aku dapatkan di tiga minggu tersebut, baik dari kejadian-kejadiannya maupun dari orang-orangnya. Ke-26 orang anggota IGTF Banjarnegara (tentang bagaimana karakter mereka bisa dibaca disini) dan tentunya masyarakat desa Glempang, khususnya mereka yang rumahnya kami tinggali selama sekitar tiga minggu itu, menjadi keluarga baru bagiku. Keluarga yang meskipun tak ada ikatan darah, tapi ada ikatan yang terjalin karena-Nya. Aku senang mengenal mereka dan aku bahagia bisa menjadi bagian dari mereka. Semoga kami semua tetap memiliki semangat, semangat durian banjarnegara yang sedang kami tunggu waktu berbuahnya... :D (ya)



“Salam durian banjarnegara! Keras dan Kuat luarnya, Manis dan Lembut dalamnya!”
(Fariz Harindra Syam - Ketua Kelompok)

Jumat, 09 Agustus 2013

Minal Aidzin Wal Faidzin :D



Setelah lima bulan hilang dari dunia per-blog-an, akhirnya aku kembali dengan berbagai kisah yang ingin ku ceritakan untuk semuanya, mulai dari yang bahagia juga yang sedih. Tapi sebelum ku ceritakan kisah-kisah itu, aku akan cerita tentang alasan kenapa aku menghilang selama lima bulan ini. Simpel saja sebenarnya. Ada dua hal yang membuat aku menghilang, laptop yang rusak dan susahnya koneksi internet di laptopku yang baru sembuh dari kerusakan. Beberapa waktu lalu laptopku mengalami kerusakan harddisk yang menyebabkan seluruh data di laptop menjadi terancam hilang. Saat dibawa ke bengkel komputer, teknisinya bilang akan diusahkan agar data-data yang ada di harddisk lama bisa dipindahkan, membuatku sedikit bernafas lega. Karena harddisk rusak, alhasil aku harus mengganti harddisk internal laptop yang notabene harganya cukup mahal, jadilah aku harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Masalah dana alhamdulillah bisa teratasi dengan adanya sedikit tabungan dan pemberian dari om dan tante. Tapi masalah belum selesai, setelah itu laptop aku ambil dan bawa pulang, aku mengecek data-data yang sudah dipindahkan. Ternyata tidak semua data bisa diselamatkan, tapi yang membuat sedikit shock adalah data yang terselamatkan adalah data-data yang sebenarnya tidak penting, folder yang isinya hanya film dan game saja, sedangkan seluruh data penting baik itu materi-materi kuliah, data organisasi, tulisan-tulisan yang aku buat, dan banyak lagi data hilang tak berbekas. Aku kembali ke bengkel dan meminta teknisinya untuk sebisa mungkin memindahkan sisa data yang ada di harddisk lama, namun hasilnya nihil. Nasi sudah jadi bubur, percuma juga disesali, yang bisa dilakukan hanya bisa bersabar dan berusaha cari rekapan data yang ada di teman-teman.
Oke, cerita tentang laptop rusak selesai, kita beralih ke cerita sesi lainnya :) Oia, sekitar sebulan yang lalu aku mengikuti kegiatan yang diselenggarakan LPPM IPB dengan nama kegiatan IPB Goes To Field (IGTF) 2013 yang intinya hampir sama dengan kegiatan KKP yang menjadi beban SKS bagi beberapa departemen di IPB, bedanya peserta IGTF ini adalah peserta sukarela atau volunteer yang tidak masuk SKS. Tentang bagaimana kegiatan yang berlangsung tiga minggu ini insyaAllah akan aku ceritakan di postingan yang berbeda. Intinya adalah saat aku mengikuti kegiatan IGTF ini aku ditempatkan di Banjarnegara, tepatnya di desa Glempang yang susah koneksi internet lewat modem dan laptop. Jurnal harian kegiatan yang sudah aku tuliskan dan siap posting akhirnya terbengkalai akibat susahnya koneksi. Untuk mengirim email saja susahnya minta ampun, harus lewat hp biar bisa dikirim. Lewat dari kegiatan IGTF aku pulang ke kampung halaman di Madura, koneksi internet di rumah tidak terlalu sulit, tapi satu yang membuat aku tetap tidak bisa koneksi internet yakni laptopku yang entah kenapa seolah bermusuhan dengan modemku, gak bisa connect. Okelah, sepertinya memang harus direparasi lagi laptopku itu, hehe :p
Wah, ternyata aku sudah cerita panjang kali lebar ya, gak bosan kan bacanya? #halah sudah tiga minggu ini aku dirumah, kerjaan dirumah gak jauh-jauh dari yang namanya makan (buka dan sahur, kan lagi puasa :p), ngerujak, nyapu rumah, nyuci, bantuin ibu masak, dan tidur, hehe… Kalau sudah dirumah rasanya mau ngapa-ngapain itu males banget, alhasil jadi gabut deh, apalagi di Madura itu panas banget. Sebenarnya sih panasnya gak jauh beda dari Bogor, bedanya panas di Madura itu bikin kulit jadi kering banget, ditambah angin kenceng yang bukannya malah bikin adem tapi malah bikin tambah panas, udah gak ngerti deh cuaca di madura ini, jauh beda sama tiga tahun lalu sebelum aku pindah ke Bogor buat kuliah. Oia, kemarin juga bapak dan ibu abis panen padi, jadinya halaman depan rumah penuh dengan padi yang dijemur, nambah panas suasana dirumah plus ancaman gatal-gatal, tapi berhubung dulu aku udah biasa jemur padi jadi gak terlalu masalah. Kegiatan diluar rumah juga gak terlalu banyak aku kerjain, gak sebanyak tahun lalu yang hampir tiap hari keluar rumah. Ada kegiatan Bedug SMANSA, yakni kegiatan bakti sosial dan buka puasa bersama yang dilakukan oleh para alumni SMAN 1 Pamekasan dari empat angkatan terakhir. Tahun lalu kegiatan ini juga dilakukan, tapi hanya dari angkatanku saja yakni angkatan 2007 dan sudah pernah aku posting di sini. Acaranya berlangsung tiga hari, dua hari baksos di desa, hari terakhir bagi-bagi takjil dipusat kota dan buka puasa bersama alumni di aula sekolah. Sebenarnya aku jadi panitia dalam acara tersebut, tapi aku hanya berkesempatan ikut dua kali rapat dan dua hari pertama kegiatan karena beberapa alasan. Allhamdulillah kegiatan itu berjalan dengan lancar dan cukup sukses.
Sedikit kejadian menegangkan sehari sebelum lebaran yang aku alami. Sore hari sambil ngabuburit aku nganterin adik-adikku ke pusat kota buat main disana. Ada penyewaan scooter dan becak semacam odong-odong dimana penumpangnya yang empat orang sama-sama ngegowes. Awalnya adik-adik main scooter dan mereka bermain aman-aman saja, tapi saat mereka naik itu odong-odong, tabrakan pun terjadi. Sebenarnya sih gak terlalu parah, karena yang ditabrak sama itu odong-odong adalah sepeda motor yang sedang parkir. Namanya juga anak-anak, yang nyetir alias adikku lupa mana rem sedangkan penumpang yang lain yakni adik sepupu malah menggowes dengan cepat. Motor yang ditabrak juga gak rusak-rusak amat, hanya tergores dibagian depannya saja,  tapi pemiliknya ngotot minta ganti rugi untuk mengganti bagian depan motornya, ya jelas aja aku nolak, tergores dikit aja minta diganti semua, kan lumayan mahal itu bagian motor. Entahlah, masalah itu bisa terselesaikan dengan bantuan si pemilik odong-odong yang mengambil alih masalah. Bukannya mau lari dari tanggung jawab, tapi karena pemilik motor gak bisa diajak kompromi jadinya aku hanya meninggalkan uang ganti rugi ke pemilik odong-odong untuk disampaikan ke pemilik motor dan aku disuruh pulang olehnya. Belum selesai keterkejutanku akibat insiden tabrakan itu, sesampainya dirumah aku dapat kabar bahwa ipar mbakku meninggal dunia, jantung jadinya berdetak gak karuan. Saat adzan berkumandang, aku yang biasanya semangat berbuka puasa bareng keluarga jadi lemas dan gak nafsu makan. Gak cuma aku tapi seluruh keluarga di rumah juga jadi banyak pikiran. Pertama kali neh ngalamin kejadian kematian keluarga di malam lebaran, tapi kami hanya yakin bahwa apa yang terjadi adalah suratan dari-Nya.
Yah, dengan berbagai suka dan duka yang aku alami ini pasti ada hikmah yang terkandung didalamnya. Hanya bisa berdo’a semoga diri ini bisa kembali fitri, menjadi pribadi yang baru dengan belajar dari pengalaman-pengalaman berbagai peristiwa yang terjadi tersebut. Amin…


Masih dalam suasana lebaran kan ya? Taqobbalallahu minna wa minkum,, minal aidzin wal faidzin,, mohon maaf atas khilaf  dan salah diantara kita, semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mempertemukan kita dengan ramadhan berikutnya… Amin…

Iedul Mubarok 1434 H


Menjejak luasnya Cakrawala Biru
~yuli astutik~

Kamis, 07 Maret 2013

Random #2


Kadang kau tidak mengerti seperti apa saat dia sendiri
Kau tidak selalu tau ada perbedaan antara yang tampak dan yang tersembunyi di hati
Kaupun takkan menyangka dia bisa saja bertindak diluar bayanganmu
Kau mungkin akan kaget atau bahkan tertawa terbahak-bahak
Tapi dia taka peduli, tak pernah peduli
Dia hanya sibuk dengan pikiran dan hatinya sendiri
Tentang kamu, tentang dia, dan tentang mereka

*edisi kacau minggu ini*

Rabu, 16 Januari 2013

DIA


Aku masih ingat, tujuh bulan yang lalu saat akan pulang kampung karena liburan kenaikan tingkat, dia membuatku merasa terharu, merasa speechless, merasa entahlah campur aduk. Pagi-pagi entah jam berapa aku berangkat dari kontrakanku bareng Dila dan Dita saudara kembar yang akan bersamaku naik kereta untuk pulang kampung ke Madura. Kami berangkat ke stasiun Bogor untuk selanjutnya ke stasiun Jakarta Kota. Masih pagi saat kami sampai di stasiun Jakarta Kota, sedangkan kereta yang akan membawa kami ke Surabaya baru berangkat sekitar jam 12 siang nanti, masih agak lama untuk menunggu, mungkin rasanya akan sedikit bosan. Di Stasiun sudah ada Mbak Viska yang menunggu kami, dia juga akan bersama kami dalam perjalanan ke Madura nanti. Kebetulan karena paginya kami belum makan, meskipun kami tau restoran atau tempat makan di stasiun akan cukup mahal bagi kantong mahasiswa seperti kami, kami tidak ambil resiko lemas di perjalanan, jadinya kami akhirnya masuk ke salah satu resto.
Di saat itulah, di saat aku makan, Dila tiba-tiba keluar entah untuk apa tak terlalu aku perdulikan. Yang membuatku bingung adalah saat Dila masuk dia tak sendiri, dia masuk bersama dengan seseorang yang sudah aku kenal, sudah sangat aku kenal. Dia tersenyum begitu melihatku dan yah aku juga tidak tau harus bersikap bagaimana, hanya seulas senyum haru. Dia duduk disampingku dan memberiku sebuah tas jinjing berwarna merah tua, katanya sebagai kado miladku yang terlambat. Di dalamnya ada sekotak nasi goreng, sebuah CD, dan secarik kertas. Aku tidak langsung membacanya tentu saja, menyimpannya dulu, aku lebih tertarik mengobrol dengannya. Ah, rasanya hari itu takkan terlupakan, dia benar-benar membuatku merasa jadi saudari yang istimewa. :p
Muncullah celetukan-celetukan Dila dan Dita, “ah, kalian so sweet banget sih”. Haha, si Dila ada-ada aja, namanya juga sahabat kan harus so sweet ya, emang ke pasangan doang yang boleh so sweet – so sweet #loh #gubrak Ya, tidak heran memang Dila bilang seperti itu karena dia dengan ikhlasnya mengejarku sampai ke stasiun Jakarta Kota hanya untuk memberi kado milad buatku, meskipun sudah terlambat hampir seminggu. Ah, aku tidak pernah menganggap dia lupa tanggal miladku, karna aku tau dia pasti ingat seperti aku juga akan selalu ingat tanggal miladnya. Tapi yah seperti udah menjadi kebiaasaan bagi kami, jika salah satu dari kami milad pasti yang lainnya akan terlambat mengucapkan selamat milad dengan sengaja. Gak cuma dari Dila dan Dita aja celetukan itu muncul, entah aku atau dia yang bilang pertama kali “Aku mengejarmu sampai stasiun Jakarta Kota”,  aku lupa, tapi yang jelas aku juga nyeletuk, ‘kayaknya cocok tuh buat judul cerpen’ hehe... Dan dia bilang, ‘bener tuh Yul, cocok buat judul cerpen, ditunggu ya cerpennya’. Dan sampai saat ini aku belum buat cerpen itu, maaf ya, otakku lagi kurang jernih buat bikin cerpen, hehe, jadi aku buat tulisan ini aja ya... :p
Lima bulan berlalu dan sebentar lagi dia milad. Ah, kali ini aku ngasih kejutan apa ya? Ngasih kado apa ya? Kali ini harus ada yang beda dari dua tahun sebelumnya dan yang terpenting bukan kado. Dan terbersitlah ide itu :) Kebetulan aku sedang intens bertemu dengan Mbak Denok jadi aku ngajak mbak Denok buat ke rumah dia, dan tidak lupa juga ngajak si Ina Walia. Sayangnya si Ina gak bisa, jadinya aku cuma berdua dengan Mbak Denok. Sore itu kami berdua kerumah dia tanpa bilang-bilang dulu karena kami memang ingin memberikan surprise kepadanya. Sepertinya kami berhasil, dan aku yakin dia pasti senang dengan kehadiran kami berdua. Sepanjang sore dan malam (karena akhirnya kami menginap di rumahnya) kami mengobrol bertiga, sambil makan kue tart dan nonton TV.  Malam itu jadi malam yang membahagiakan. :)
Dan kemarin, tanggal 15 Januari 2013 adalah hari terakhir UAS di semester lima ini. Rasanya beban untuk semester ini sudah lepas setengahnya. Kenapa setengahnya? Karena aku juga belum tau bagaimana nilai-nilaiku di semester ini, jadi itu terasa masih jadi beban. Jadi curhat yak? :p tapi sebenarnya aku bukan mau ngomongin itu. Sore hari kemarin aku sedang membaca novel di depan TV, maklumlah sudah tidak ada ujian, hehe.. Sekitar jam lima sore Ulfi datang dan langsung menghampiriku, “Yul, ada titipan”.
Aku melongo tidak mengerti. “Titipan? Dari siapa, Fi?”
“Dari ‘dia’” (sebenarnya Ulfi nyebut nama tapi sengaja aku ganti dengan kata dia, biar jadi penasaran. Tuh kan penasaran? Haha :p)
Aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi dan langsung masuk ke kamar untuk membukanya. Bungkusan itu berisi sebuah buku. Sebuah buku yang memang sudah lama ingin aku baca, tapi belum ada kesempatan untuk meminjam dan membacanya. Ada pesan di atasnya dan pesan itu membuatku tersenyum haru, dan lagi lagi speechless. Apa katanya di pesan itu? Kalian mau tau?
“Yul, aku gak mau minjemin sirahku ah... Jadi kado sesi 2 aja ya.. Hihi :p”
Membaca pesan itu aku jadi ketawa sendiri. Sebelumnya aku memang berniat untuk pinjam buku itu pada dia, tepatnya buku Sirah Nabawiyah karangan Al-Mubarakfuri. Tapi sesuai pesannya tadi, dia tidak mau meminjamkannya tapi malah memberikan buku itu padaku sebagai kado sesi 2.
ini dia nih bukunya :D
 Kado sesi 2, haha, kedengaran aneh ya buat kalian. Aku sendiri tidak menyangka ternyata dia masih inget kado sesi 2 yang dia janjiin di selembar kertas yang dia berikan saat dia nganterin kado miladku ke stasiun Jakarta Kota tujuh bulan yang lalu. Jujur aja nih, saat kembali ke Bogor kemarin aku sempet nyinggung kado sesi 2 itu untuk bercanda, beneran, itu sebenarnya bercanda untuk jadi alasan aku mengucapkan terima kasih pada dia, karena setelahnya aku hampir saja lupa dengan kado sesi 2 itu. Sampai kemarin saat aku menerima bungkusan yang diberikan Ulfi, kado sesi 2 dari dia yang membuat aku kembali ingat.  Dan aku bahagia punya saudari seperti dia... :’)

“Aku tidak tau apa yang harus aku ucapkan saat aku membuka bungkusan yang kau berikan, benar-benar speechless dan yah terharu. Ah, aku saja hampir lupa kado sesi 2 itu dan kini kau mengingatkannya dengan buku Sirah itu. Alhamdulillah, karna itu aku bersyukur atas dua hal. Karna Allah mengizinkan aku memiliki buku itu lewat perantaramu dan yang paling penting adalah karna Allah telah memberiku saudari terbaik dari yang terbaik seperti kamu. Jazakillah khairan katsir, Ukhti Nisa sayang :) Kau memang saudari terbaik sedunia... :D”

Teruntuk dia, saudariku, Annisa Sophia --> “Blue Cloud”  :)