Sebelum melanjutkan membaca tulisan gaje saya ini, ada
baiknya coba kalian renungkan dan jawab pertanyaan-pertanyaan di atas dalam
hati kalian masing-masing. Kalian pasti bisa menjawabnya kan???
Manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya seorang
manusia sepanjang hidupnya memerlukan kehadiran orang lain untuk melengkapi
kehidupannya sehari-hari, simplenya seseorang yang hidup di dunia ini pastilah
membutuhkan teman. Teman disini dalam artian banyak hal tentu saja. Teman bisa
diperoleh dalam keluarga sendiri seperti ayah, ibu, kakak, adik, suami, istri,
atau bahkan anak. Teman juga diperoleh di luar kelompok keluarga, seperti teman
yang kita miliki dilingkungan sekolah atau lingkungan pergaulan kita. Bahasan
yang akan saya angkat kali ini adalah teman diluar kelompok keluarga yang bisa
dibilang sangat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Sebagai manusia, kita sepatutnya bisa bergaul dengan
siapa saja. Tak perlu memandang derajat yang seperti saat ini kerap terjadi. Si
Kaya ya hanya akan bergaul dengan si kaya yang lain, sedangkan si miskin juga
bergaul dengan si miskin yang lain. Lantas yang gak kaya dan yang gak miskin
temenan sama siapa dong? #ngasal
Tapi eh tetapi, dalam Islam yang Rahmatan Lil Alamin
ini ada beberapa tuntunan dalam memilih teman-teman untuk bergaul. Biar gak
hanya sekedar bergaul yang menimbulkan mudharat bagi orang lain dan diri kita
sendiri, tetapi bergaul yang bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi diri
kita dan agama kita. So, sepatutnyalah kita pandai memilih pada siapa saja kita
bergaul dengan teman kita dalam lingkungan pergaulan yang luas.
Rasulullah SAW bersabda:
“Manusia itu menurut agama temannya. Aka hendaklah
diperhatikan oleh seorang diantara kamu akan orang yang akan diambil menjadi
temannya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi,dan AlHakim dari Abu Hurairah dengan
sanad shahih)
Nah lho? Seperti kata Nabi SAW, diri kita itu dilihat
dari bagaimana agama teman-teman kita. Kalau kita berteman dengan anak-anak
bengal yang suka ngelawan orang tua dan selalu ngelakuin dosa, kita bisa tau
tuh kayak gimana kita aslinya. Jawabannya ya kita sama seperti mereka.
Sebaliknya, jika kita berteman dengan orang-orang yang shalih dan shalihah yang
selalu melakukan kebaikan dimanapun mereka berada, maka itulah cerminan diri
kita,Insya Allah. Seperti kata pepatah “Berdiri di dekat tukang besi akan
terimbas panasnya, berdiri di dekat penjual minyak wangi akan terciprat
wanginya.” Begitulah kira-kira... Bener gak ya? :p
Al-Ghazali, dakam tulisannya di buku Ihya’ Ulumiddin
mengatakan bahwa ada lima perkara pada orang yang patut dipilih menjadi teman.
Mau tau apa aja????? Yuk-yuk kita lihat penjelasan di bawah ini.... hehe... J
Berakal
Akal
adalah pokok dan itulah asalnya. Maksud dari tidak berakal disni bukan hanya
gila ya teman. Kalo dari yang saya baca, yang dimaksud dengan ‘orang “berakal”
ialah orang yang memahami segala persoalan menurut yang sebenarnya. Adakalanya
oleh dirinya sendiri dan adakalanya apabila diberi peringatan oleh orang lain.’
Menurut penafsiran saya sih, teman yang “berakal” itu adalah seseorang mengerti
dan bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dia akan melakukan segala
sesuatu sesuai dengan aturan yang benar, oleh kesadaran dia sendiri dan respek
juga ketika ada orang lain yang mengingatkannya. Bingung ya? Saya juga bingung
#plak
Di
dalam artikel yang saya baca menyebutkan bahwa, “Tak ada kebajikan berteman
dengan orang bengal. Kesudahannya akan kembali kepada keliaran hati dan putus
silturrahim, walaupun persahabatan itu telah berjalan lama.”
Yang ini pernah saya alami neh, saat SMA dulu.
Saya punya teman namanya A, awalnya sih dia anak yang biasa aja menurutku, tapi
makin lama makin aku kenal, dia seorang anak yang keras kepala dan bahkan
berani melawan orang tua. Yang aku tahu dia bahkan sering kabur dari rumahnya.
Saya berusaha untuk bisa merubah dia menjadi lebih baik lagi, tapi ternyata dia
malah makin menjadi. Pergaulannya mulai bebas dan tak terkendali. Sejak saat
kelas 3 akhir, hubungan kami merenggang, emang gak putus sih, tapi kalo
dibandingkan dengan persahabatan kami dulu tuh rasanya jauh banget, apalagi
sejak saya pindah ke Bogor setahun silam. Benar-benar tak ada komunikasi antara
kami. Saya sih hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuknya, biar bagaimanapun
dia adalah sahabat saya.
Kok
saya jadi curhat sih? xD Lanjut ke topik yang seharusnya yuk....
“Orang
bengal itu kadang-kadang mendatangkan kemelaratan bagimu, sedang maksudnya
mendatangkan kemanfaatan kepadamu dan menolong kamu, dimana sebenarnya dia sama
sekali tak tahu.”
Wah
bahaya dong kalo gitu, bukannya bantu menyelesaikan masalah, malah nambah
masalah ya?? Ckckck...
Baik Budi
Pekertinya
Nah yang ini pasti
ngerti dong apa maksudnya??? Jadi lanjut ke perkara berikutnya....
Enggak ding,
bercanda, hehehe....
“Baik budi
pekertinya tidak boleh tidak dimiliki oleh siapapun yang menjadi teman kita.”
Tidak boleh tidak
artinya harus kan ya? :p lanjut....
“Karena banyaklah
orang berakal, mengetahui segala sesuatu menurut yang sebenarnya. Tetapi
apabila dia memiliki sifat pemarah, atau punya nafsu syahwat yang besar (serem),
atau seorang pengecut, niscaya ia suatu saat akan mengikuti hawa nafsunya.
Kalau sudah begini, ia akan melanggar apa yang sebenarnya diketahuinya. Hal ini
terjadi akibat lemahnya kontrol dan pengendalian yang bersumber dari budi
pekerti yang baik. Itu sebabnya patut bagi kita memperhatikan kebaikan budi
pekerti teman kita.”
Ooh,,, jadi Budi
itu teman kita??? #plak
Tidak Fasiq
“Dan janganlah engkau
turut orang yang telah Kami lalaikan hatinya dri mengingat Kami dan ia
menurutkan hawa nafsunya.” (QS Al-Kahfi:28)
“Oleh yang demikian
itu, janganlah engkau dipalingkan daripada mempercayainya, oleh orang yang
tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya.” (QS Thoha:16)
“Oleh karena itu, maka
tinggalkanlah orang-orang yang berpaling dari mengingat Kami dan ia tidak ingin
selain dari penghidupan yang rendah ini.”(QS An-Najm:29)
“Yang dimaksud
dengan orang fasik disini adalah orang yang tidak memiliki rasa takut kepada
Allah SWT. Tidak ada faedah berteman dengannya karena orang tidak akan merasa
aman dari tipuannya serta tidak dipercayai dengan kebenarannya. Ia selalu
berubah-ubah dengan perubahan maksud-maksudnya.”
Jadi takut, saya
masih merasa selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan maksud. Semoga saja
saya dan yang sedang membaca tulisan saya ini bukanlah golongan dari
orang-orang fasik, amin.
“Dan turutlah jalan
orang yang kembali kepada-Ku.”(QS Luqman:15)
Tidak Berbuat
Bid’ah
“Berteman dengan
orang yang berbuat bid’ah, maka berteman dengan dia, terdapat bahaya
menjalarnya bid’ah itu dan berkembang kutukan bid’ah kepadanya.”
Pembaca tau kan apa
yang dimaksud dengan bid’ah? Bid’ah itu adalah perbuatan yanng mengada-adakan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam Islam.
Umar ra berkata,
“Haruslah kamu berteman dengan orang-orang yang benar! Kamu akan hidup dalam
lindungan mereka. Sesungguhnya mereka itu, adalah hiasan di waktu senang dan
perisai di waktu susah. Letakkanlah persoalan saudaramu (temanmu) dalam keadaan
yang sebaik-baiknya! Sehingga ia membawa kamu, apa yang memenangkan kamu. Dan
asingkanlah dirimu dari musuh-musuhmu, dan berhati-hatilah dari temanmu,
kecuali yang kepercayaan dari kamu itu! Dan tidak ada yang kepercayaan, selain
orang yang takut pada Allah. Maka janganlah engkau berteman dengn orang dzalim,
nanti kamu akan memperoleh pengetahuan dari kedzalimannya! Dan janganlah engkau
perlihatkan kepadanya rahasia engkau! Dan bermusyawarahlah tentang urusanmu
dengan orang-orang yang takut kepada Allah!” (diriwayatkan oleh Sa’id bin
Al-musayyab)
Tidak Loba kepada
Dunia
“Adapun berteman
dengan dia (orang yang loba pada dunia,red) adalah racun pembunuh. Karena
tabiat (karakter) manusia ini, tertarik dan menyerupai. Duduk-duduk dengan
orang yang loba kepada dunia itu, dapat menggerakkan kelobaan. Dan duduk
bersama orang-orang zahid, dapat menggerakkan kezuhudan di dunia. Karena
itulah, tiada disukai berteman dengan orang-orang yang mencari dunia. Dengan
orang-orang yang gemar akan akhirat.”
Berkata Ali ra,
“Hidupkanlah ketaatan dengan duduk bersama orang yang disegani.”
Berkata Lukman,
“Hai anakku! Duduk-duduklah dengan ulama dan berdesak-desaklah kepada mereka
dengan kedua lututmu. Karena sesungguhnya hati itu hidup, dengan pengetahuan
tinggi (ilmu hikmah), sebagaimana tanah mati, hidup dengan banjir dari hujan.”
Redaksi lain, yakni Ja’far Ash Shadiq ra berkata,
“Janganlah engkau berteman dengan lima orang:
Pendusta. Maka engkau berada
dalam penipuannya. Dia adalah seumpama cahaya panas (fatamorgana), dekat
kepadamu yang jauh dan jauh kepadamu yang dekat.
Orang
dungu. Maka tidaklah engkau memperoleh daripadanya sesuatu. Ia mau
mendatangkan manfaat kepadamu, lalu ia akan memelaratkan akan kamu.
Orang kikir. Maka ia putuskan
daripada kamu, sesuatu yang kamu amat memerlukannya.
Orang
pengecut. Maka ia akan menyerahkan kamu dan ia akan berlari menghadapi
kesulitan.
Orang fasiq. Maka ia akan
menjual kamu dengan sesuap makanan atau kurang dari itu!”
Wah... Ngeri juga ya kalo kita salah memilih teman atau
sahabat. Ternyata memilih sahabat itu harus selektif, pilih yang sesuai dengan
ketentuan yang telah diberikan oleh Islam. Seperti kata seorang teman,
dekatilah seorang yang kau bermaksud jadi temannya dengan pendekatan hati, hati
kita akan tau dia teman yang baik atau bukan untuk kita.
Tapi kalo menurutku, jangan menjauh dari teman-teman
yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, tetaplah menjadi teman mereka,
tetapi dalam batasaan-batasan yang menjaga kita agar tidak terseret dalam
pergaulan mereka yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Karena kalo kita
menjauhi mereka, pastilah kita akan menjadi sasaran empuk bagi pembicaraan mereka
di belakang kita, iya bukan? Hanya sekedar pendapat loh... J
Seperti yang aku tulis di salah status jejaring sosial
beberapa hari lalu tentang sahabat yag dinukil dari perkataan Ali bin Abi
Thalib ra.
“Temanmu
yang sebenarnya, ialah orang yang ada bersamamu.
Dan
orang yang menyusahkan dirinya, supaya ia bermanfaat bagimu.
Pada
waktu membimbangkan, Ia berkata terus terang kepadamu.
Dia
sendiri pecah berantakan, supaya kamu terkumpulkan selalu.”
Semoga bermanfaat...! :D
Ingin tau cerita tentang sahabat yang benar-benar sahabat? Tunggu postingan saya selanjutnya... xD
13 Oktober 2011
Menyusuri Tapak Cinta di batas Cakrawala Biru
1 komentar:
Akan sangat bagus bila kita bisa merangkul orang-orang yang termasuk kategori 'tidak layak dijadikan teman' seperti di atas, dan bisa membawa mereka pada kebaikan. Meskipun sulit, pasti bisa dilakukan :D
Posting Komentar