Rabu, 12 Oktober 2011

Siapa Temanmu???

Sesuai dengan judul diatas, aku ingin bertanya pada teman-teman pembaca semuanya, siapakah temanmu? Seperti apa sifat-sifat mereka? Apakah kamu bahagia berteman dengan mereka? Benarkah mereka temanmu ataukah hanya sebuah parasit dalam kehidupanmu yang hanya memanfaatkanmu untuk kepentingan pribadinya saja? Atau bahkan mereka membawamu ke dalam pergaulan yang tidak baik? Udah kayak wawancara aja saya... wkwkw :D
Sebelum melanjutkan membaca tulisan gaje saya ini, ada baiknya coba kalian renungkan dan jawab pertanyaan-pertanyaan di atas dalam hati kalian masing-masing. Kalian pasti bisa menjawabnya kan???

Manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya seorang manusia sepanjang hidupnya memerlukan kehadiran orang lain untuk melengkapi kehidupannya sehari-hari, simplenya seseorang yang hidup di dunia ini pastilah membutuhkan teman. Teman disini dalam artian banyak hal tentu saja. Teman bisa diperoleh dalam keluarga sendiri seperti ayah, ibu, kakak, adik, suami, istri, atau bahkan anak. Teman juga diperoleh di luar kelompok keluarga, seperti teman yang kita miliki dilingkungan sekolah atau lingkungan pergaulan kita. Bahasan yang akan saya angkat kali ini adalah teman diluar kelompok keluarga yang bisa dibilang sangat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Sebagai manusia, kita sepatutnya bisa bergaul dengan siapa saja. Tak perlu memandang derajat yang seperti saat ini kerap terjadi. Si Kaya ya hanya akan bergaul dengan si kaya yang lain, sedangkan si miskin juga bergaul dengan si miskin yang lain. Lantas yang gak kaya dan yang gak miskin temenan sama siapa dong? #ngasal
Tapi eh tetapi, dalam Islam yang Rahmatan Lil Alamin ini ada beberapa tuntunan dalam memilih teman-teman untuk bergaul. Biar gak hanya sekedar bergaul yang menimbulkan mudharat bagi orang lain dan diri kita sendiri, tetapi bergaul yang bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi diri kita dan agama kita. So, sepatutnyalah kita pandai memilih pada siapa saja kita bergaul dengan teman kita dalam lingkungan pergaulan yang luas.
Rasulullah SAW bersabda:
“Manusia itu menurut agama temannya. Aka hendaklah diperhatikan oleh seorang diantara kamu akan orang yang akan diambil menjadi temannya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi,dan AlHakim dari Abu Hurairah dengan sanad shahih)
Nah lho? Seperti kata Nabi SAW, diri kita itu dilihat dari bagaimana agama teman-teman kita. Kalau kita berteman dengan anak-anak bengal yang suka ngelawan orang tua dan selalu ngelakuin dosa, kita bisa tau tuh kayak gimana kita aslinya. Jawabannya ya kita sama seperti mereka. Sebaliknya, jika kita berteman dengan orang-orang yang shalih dan shalihah yang selalu melakukan kebaikan dimanapun mereka berada, maka itulah cerminan diri kita,Insya Allah. Seperti kata pepatah “Berdiri di dekat tukang besi akan terimbas panasnya, berdiri di dekat penjual minyak wangi akan terciprat wanginya.” Begitulah kira-kira... Bener gak ya? :p
Al-Ghazali, dakam tulisannya di buku Ihya’ Ulumiddin mengatakan bahwa ada lima perkara pada orang yang patut dipilih menjadi teman. Mau tau apa aja????? Yuk-yuk kita lihat penjelasan di bawah ini.... hehe... J
*      Berakal

Akal adalah pokok dan itulah asalnya. Maksud dari tidak berakal disni bukan hanya gila ya teman. Kalo dari yang saya baca, yang dimaksud dengan ‘orang “berakal” ialah orang yang memahami segala persoalan menurut yang sebenarnya. Adakalanya oleh dirinya sendiri dan adakalanya apabila diberi peringatan oleh orang lain.’ Menurut penafsiran saya sih, teman yang “berakal” itu adalah seseorang mengerti dan bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dia akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan yang benar, oleh kesadaran dia sendiri dan respek juga ketika ada orang lain yang mengingatkannya. Bingung ya? Saya juga bingung #plak

Di dalam artikel yang saya baca menyebutkan bahwa, “Tak ada kebajikan berteman dengan orang bengal. Kesudahannya akan kembali kepada keliaran hati dan putus silturrahim, walaupun persahabatan itu telah berjalan lama.”

 Yang ini pernah saya alami neh, saat SMA dulu. Saya punya teman namanya A, awalnya sih dia anak yang biasa aja menurutku, tapi makin lama makin aku kenal, dia seorang anak yang keras kepala dan bahkan berani melawan orang tua. Yang aku tahu dia bahkan sering kabur dari rumahnya. Saya berusaha untuk bisa merubah dia menjadi lebih baik lagi, tapi ternyata dia malah makin menjadi. Pergaulannya mulai bebas dan tak terkendali. Sejak saat kelas 3 akhir, hubungan kami merenggang, emang gak putus sih, tapi kalo dibandingkan dengan persahabatan kami dulu tuh rasanya jauh banget, apalagi sejak saya pindah ke Bogor setahun silam. Benar-benar tak ada komunikasi antara kami. Saya sih hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuknya, biar bagaimanapun dia adalah sahabat saya.
Kok saya jadi curhat sih? xD Lanjut ke topik yang seharusnya yuk....

“Orang bengal itu kadang-kadang mendatangkan kemelaratan bagimu, sedang maksudnya mendatangkan kemanfaatan kepadamu dan menolong kamu, dimana sebenarnya dia sama sekali tak tahu.”

Wah bahaya dong kalo gitu, bukannya bantu menyelesaikan masalah, malah nambah masalah ya?? Ckckck...

*      Baik Budi Pekertinya

Nah yang ini pasti ngerti dong apa maksudnya??? Jadi lanjut ke perkara berikutnya....
Enggak ding, bercanda, hehehe....

“Baik budi pekertinya tidak boleh tidak dimiliki oleh siapapun yang menjadi teman kita.”
Tidak boleh tidak artinya harus kan ya? :p lanjut....

“Karena banyaklah orang berakal, mengetahui segala sesuatu menurut yang sebenarnya. Tetapi apabila dia memiliki sifat pemarah, atau punya nafsu syahwat yang besar (serem), atau seorang pengecut, niscaya ia suatu saat akan mengikuti hawa nafsunya. Kalau sudah begini, ia akan melanggar apa yang sebenarnya diketahuinya. Hal ini terjadi akibat lemahnya kontrol dan pengendalian yang bersumber dari budi pekerti yang baik. Itu sebabnya patut bagi kita memperhatikan kebaikan budi pekerti teman kita.”
Ooh,,, jadi Budi itu teman kita??? #plak

*      Tidak Fasiq

“Dan janganlah engkau turut orang yang telah Kami lalaikan hatinya dri mengingat Kami dan ia menurutkan hawa nafsunya.” (QS Al-Kahfi:28)

“Oleh yang demikian itu, janganlah engkau dipalingkan daripada mempercayainya, oleh orang yang tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya.” (QS Thoha:16)

“Oleh karena itu, maka tinggalkanlah orang-orang yang berpaling dari mengingat Kami dan ia tidak ingin selain dari penghidupan yang rendah ini.”(QS An-Najm:29)

“Yang dimaksud dengan orang fasik disini adalah orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Tidak ada faedah berteman dengannya karena orang tidak akan merasa aman dari tipuannya serta tidak dipercayai dengan kebenarannya. Ia selalu berubah-ubah dengan perubahan maksud-maksudnya.”
Jadi takut, saya masih merasa selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan maksud. Semoga saja saya dan yang sedang membaca tulisan saya ini bukanlah golongan dari orang-orang fasik, amin.

“Dan turutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”(QS Luqman:15)

*      Tidak Berbuat Bid’ah

“Berteman dengan orang yang berbuat bid’ah, maka berteman dengan dia, terdapat bahaya menjalarnya bid’ah itu dan berkembang kutukan bid’ah kepadanya.”
Pembaca tau kan apa yang dimaksud dengan bid’ah? Bid’ah itu adalah perbuatan yanng mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam Islam.

Umar ra berkata, “Haruslah kamu berteman dengan orang-orang yang benar! Kamu akan hidup dalam lindungan mereka. Sesungguhnya mereka itu, adalah hiasan di waktu senang dan perisai di waktu susah. Letakkanlah persoalan saudaramu (temanmu) dalam keadaan yang sebaik-baiknya! Sehingga ia membawa kamu, apa yang memenangkan kamu. Dan asingkanlah dirimu dari musuh-musuhmu, dan berhati-hatilah dari temanmu, kecuali yang kepercayaan dari kamu itu! Dan tidak ada yang kepercayaan, selain orang yang takut pada Allah. Maka janganlah engkau berteman dengn orang dzalim, nanti kamu akan memperoleh pengetahuan dari kedzalimannya! Dan janganlah engkau perlihatkan kepadanya rahasia engkau! Dan bermusyawarahlah tentang urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah!” (diriwayatkan oleh Sa’id bin Al-musayyab)

*      Tidak Loba kepada Dunia

“Adapun berteman dengan dia (orang yang loba pada dunia,red) adalah racun pembunuh. Karena tabiat (karakter) manusia ini, tertarik dan menyerupai. Duduk-duduk dengan orang yang loba kepada dunia itu, dapat menggerakkan kelobaan. Dan duduk bersama orang-orang zahid, dapat menggerakkan kezuhudan di dunia. Karena itulah, tiada disukai berteman dengan orang-orang yang mencari dunia. Dengan orang-orang yang gemar akan akhirat.”

Berkata Ali ra, “Hidupkanlah ketaatan dengan duduk bersama orang yang disegani.”
Berkata Lukman, “Hai anakku! Duduk-duduklah dengan ulama dan berdesak-desaklah kepada mereka dengan kedua lututmu. Karena sesungguhnya hati itu hidup, dengan pengetahuan tinggi (ilmu hikmah), sebagaimana tanah mati, hidup dengan banjir dari hujan.”

Redaksi lain, yakni Ja’far Ash Shadiq ra berkata, “Janganlah engkau berteman dengan lima orang:
*      Pendusta. Maka engkau berada dalam penipuannya. Dia adalah seumpama cahaya panas (fatamorgana), dekat kepadamu yang jauh dan jauh kepadamu yang dekat.
*       Orang dungu. Maka tidaklah engkau memperoleh daripadanya sesuatu. Ia mau mendatangkan manfaat kepadamu, lalu ia akan memelaratkan akan kamu.
*      Orang kikir. Maka ia putuskan daripada kamu, sesuatu yang kamu amat memerlukannya.
*       Orang pengecut. Maka ia akan menyerahkan kamu dan ia akan berlari menghadapi kesulitan.
*      Orang fasiq. Maka ia akan menjual kamu dengan sesuap makanan atau kurang dari itu!”

Wah... Ngeri juga ya kalo kita salah memilih teman atau sahabat. Ternyata memilih sahabat itu harus selektif, pilih yang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Islam. Seperti kata seorang teman, dekatilah seorang yang kau bermaksud jadi temannya dengan pendekatan hati, hati kita akan tau dia teman yang baik atau bukan untuk kita.
Tapi kalo menurutku, jangan menjauh dari teman-teman yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, tetaplah menjadi teman mereka, tetapi dalam batasaan-batasan yang menjaga kita agar tidak terseret dalam pergaulan mereka yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Karena kalo kita menjauhi mereka, pastilah kita akan menjadi sasaran empuk bagi pembicaraan mereka di belakang kita, iya bukan? Hanya sekedar pendapat loh... J
Seperti yang aku tulis di salah status jejaring sosial beberapa hari lalu tentang sahabat yag dinukil dari perkataan Ali bin Abi Thalib ra.
“Temanmu yang sebenarnya, ialah orang yang ada bersamamu.
Dan orang yang menyusahkan dirinya, supaya ia bermanfaat bagimu.
Pada waktu membimbangkan, Ia berkata terus terang kepadamu.
Dia sendiri pecah berantakan, supaya kamu terkumpulkan selalu.”



 


Semoga bermanfaat...! :D
Ingin tau cerita tentang sahabat yang benar-benar sahabat? Tunggu postingan saya selanjutnya... xD



13 Oktober 2011
Menyusuri Tapak Cinta di batas Cakrawala Biru

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Akan sangat bagus bila kita bisa merangkul orang-orang yang termasuk kategori 'tidak layak dijadikan teman' seperti di atas, dan bisa membawa mereka pada kebaikan. Meskipun sulit, pasti bisa dilakukan :D