Jumat, 23 November 2012

Menulislah...


“Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka MENULISLAH” (Al-Ghazali)
Sepenggal kalimat Al-Ghazali yang sarat makna, mengajarkan kita untuk senantiasa menulis dan menulis. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan bodoh dan memiliki ilmu sedikitpun. Hidup adalah proses pembelajaran tanpa henti, tak mengenal tempat, waktu, usia, dan cara. Segala apapun yang kita lakukan adalah proses pembelajaran yang memiliki hikmah di balik itu semua.
Belajar. Itu tugas utama bagi manusia, karena belajar adalah sebuah proses yang dinilai sebagai ibadah jika niat kita ikhlas karena Allah. Dalam Al-Quran Allah bersabda,
"Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Qur’an Al mujadalah 11)
Allah senantiasa meninggikan derajat orang-orang beriman yang memiliki ilmu yang mumpuni sehingga ia  bisa mengerti dan memahami apa yang ia kerjakan dalam kehidupannya sehari-hari. Orang-orang beriman dan berilmu juga akan senantiasa tahu bagaimana caranya melakukan ibadah dengan benar sehingga ia bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5)
Ayat Al-Quran diatas menjelaskan bahwa Allah mengajar manusia dengan dua perantara, yakni baca dan tulis. Hal pertama yang kita pelajari saat duduk di bangku sekolah adalah adalah membaca. Mengenali huruf-huruf dan menrangkainya menjadi kata per kata. Rajin membaca akan menambah banyak wawasan untuk kita mengerti dunia yang berada di luar kita. Dengan membaca segala hal yang tak kita ketahui menjadi hal yang tak lagi asing bagi kita. Buku adalah jendela dunia, tentu saja jika kita rajin untuk membacanya. Kita bisa mengetahui seluruh dunia dalam sekejap meskipun kita tidak pergi kemana-mana, hanya cukup duduk dan membaca.
Allah juga mengajar manusia dengan perantara tulis. Yah, menulis. Suatu hal yang tidak sulit, tapi juga tidak terlalu mudah. Menulis adalah hal kedua yang kita pelajari setelah kita bisa membaca. Mengenali huruf dan menuliskannya. Merangkaikannya hingga menjadi sebuah kata yang bermakna, menjadi sebuah kalimat yang indah.
Dunia menulis bukanlah merupakan hal yang baru bagi ku. Aku sudah mulai melakoninya dari saat masa SMP. Hanya saja waktu itu belum terlalu manfaat dari menulis dan menghasilkan sebuah karya, jadinya aktivitas itu berlangsung ketika aku mau saja. Akan tetapi belakangan ini, tepatnya satu tahun yang lalu aku bertemu dengan teman-teman yang aktif dalam menulis. Mereka yang membuatku mengerti akan pentingnya menulis. Tulis apa saja yang ada dalam pikiran. Tuangkan ia dalam untaian kalimat-kalimat yang lahir dari goresan pena tangan kita. Seberapapun bagusnya, atau bahkan seberapapun jeleknya, teruslah menulis karena itu adalah pembelajaran dan suatu saat nanti kita akan merasakan manfaatnya. Setahun aku lakukan, tak banyak memang dan tak juga bisa dibilang bagus, tapi aku hanya ingin menulis dan meski sedikit kini aku merasakan manfaatnya. Kemampuan menulisku bisa dengan lumayan cepat meningkat.
Kawan,
Jangan takut untuk menulis. Dengan menulis kita bebas mengekspresikan siapa diri kita. Saat kita butuh teman di saat sedih, tulislah di selembar kertas apa yang kita rasakan dan kesedihan itu juga akan hilang bersama datangnya kelegaan karena kita bisa menceritakan kesedihan itu walau dalam selembar kertas. Ketika kita bahagia, tulislah juga kisah itu dalam selembar kertas dan berikanlah kepada sahabat-sahabat kita sebagai rasa syukur, juga  motivasi kepada orang lain atas kebahagiaan yang kita raih.
Ikatlah ilmu dengan menulis.
Itu kata peribahasa. Manusia memang tempatnya lupa. Sekuat apapun daya ingat seorang manusia, suatu saat ia juga akan mengalami hal yang namanya lupa, dan hal yang paling efektif untuk mengatasi masalah lupa itu adalah dengan menulis, karena semuanya tersimpan rapi dalam berkas-berkas nyata, tidak abstrak yang hanya berupa ingatan. Maka darinya (menulis) kau akan belajar banyak hal.
Tulislah apa yang ada di otak kita, walau itu secuil. Secuil ilmu yang kita tulis dan dibaca serta dipahami oleh orang lain akan menjadi ladang amal bagi kita. Maka janganlah ragu untuk menulis dan berbagi kepada orang lain, bahkan kepada orang yang tak kita kenal. Amal jariyah menanti kita.
Menulislah dan kita akan menjelajah dunia. Tak hanya membaca yang menjadi jendela dunia. Kitalah yang menggenggam dunia karena setiap tempat yang kau tuliskan itu bergantung dari diri kita, terserah pada imaji yang hadir dalam otak kita. Menulislah maka dunia menjadi milik kita.
Sebuah cerita tentang seorang kawan. Ia begitu rajinnya menulis, menuangkan ide-ide briliannya dalam untaian kata-kata penuh makna. Menuliskan apapun yang ia temui dalam kehidupannya dan membagikannya bagi sahabatnya-sahabatnya. Hal ini membuatnya jadi pribadi yang disukai oleh para sahabatnya, menjadi seorang yang cerdas, dan tanggap dalam menangani masalah. Lain lagi dengan teman yang berbeda, yang karena karya yang ia tulis dapat membawanya terbang hingga ke dunia yang bahkan tak ada bayangannya. Menurut mereka itu adalah prestasi, walau pun tak bisa di nilai dengan uang. Kerena prestasi bukan hanya dinilai dari akademik ataupun memenangkan perlombaan bukan? Prestasi adalah mewujudkan apa yang dicitakan, dan mereka telah menggapai apa yang dicitakan. Aku pun juga ingin begitu, menggapai citaku, menciptakan karyaku. Kau juga begitu kan kawan? Tuliskanlah, dan kau akan menemui bahwa prestasi-prestasi itu sedang menunggu untuk kau raih....
Ah, iya. Ada satu hal yang sedikit menggangu pikiranku, mungkin agak sedikit tidak nyambung, tapi tak bisa untuk tidak aku tuliskan. Kawan, percayakah kalian bahwa dengan karya yang berasal dari goresan pena-pena kita bisa menjadi penentu kehidupan bangsa? Aku percaya, kawan, dan kebanyakan dari kalian juga percaya, bukan? Sebuah tulisan itu punya kekuatan, kekuatan yang bahkan tak bisa di bandingkan dengan kekuatan harta atau kekuasaan. Kekuatan itu berasal dari kita, dari sang penulis. Maka menulislah dan sebarkanlah kebenaran serta kebaikan, negeri ini sedang mebutuhkan kalian untuk mengalahkan uang dan jabatan...

Kawan, Menulislah....
Menulislah...   
Kau akan banyak belajar, tentang makna setiap inci kehidupan...
Menulislah...
Kau akan banyak mengajar, berbagi ilmu bahkan pada orang yang tak kau kenal...
Menulislah...
Kau akan bebas mengekspresikan dirimu, suka, duka, resah, bahagia, hingga seluruh rasa...
Menulislah...
Kau selalu bisa jadi dirimu sendiri, menjadi apa yang kau ingin dan kau impikan...
Menulislah...
Kau akan menjelajahi dunia, tak berbatas jarak dan waktu, hingga di ujung cakrawala...
Menulislah...
Dan prestasi-prestasi itu setia menunggu untuk kau raih...

Ayo menulis...
Ayo berprestasi...
Berkreasi tanpa batas...!!! :D
23:23 A.M
21-11-12
(yuli astutik)