Tampilkan postingan dengan label Madura. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Madura. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Agustus 2012

Sekedar Cerita tentang CGTK *SMANSA 2010*


Malam semakin larut saja. Lagi-lagi kali ini aku insomnia, tidak bisa tidur. Atau karna aku memang sedang tidak ingin tidur? Entahlah. Jam di hp menunjukkan pukul 00.54 wib, di laptop 00.56 wib, dan jam dinding yang detak jarum detiknya menemaniku menunjukkan pukul 00.59 wib. Sudah error kali aku ya, sampe niat banget ngeliatin jam-jam yang ada dirumah.

Semakin malam semakin dingin. Nonton TV tapi filmnya bikin bingung. Lumayan seru sih, tentang dunia militer AS yang entahlah banyak hal yang aneh-aneh disitu. Yang ingatannya di hilangkanlah, diganti sama ingatan yang baru, yang kapten malah disuruh bunuh anak buahnyalah, dan sebagainya. Aku agak kurang berminat menontonnya. Hanya saja aku biarkan TV tetap dalam keadaan menyala agar rumah tidak terlalu sepi. Mau sholat atau tilawah lagi gak bisa. Mau main game udah bosan, dari tadi kerjaan maen game. Mau nulis sebenarnya bingung mau nulis apa, tapi ya dari pada gak ada kerjaan kan mending nulis? ya Kan... :D


Lokasi CGTK special Ramadhan

Kali ini aku ingin bercerita sedikit pengalamanku dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 11 Agustus hari sabtu kemarin. Pengalaman baru yang lumayan menyenangkan dan jujur juga melelahkan. Sabtu kemarin aku mengikuti kegiatan yang bertajuk “Campus goes to kampoeng” bersama teman-teman SMANSA Pamekasan alumni tahun 2010. Kalau tidak salah acara ini pertama kali di usulkan oleh Arya, mantan ketua Osis saat SMA dulu yang sekarang juga satu kampus denganku di IPB. Awalnya sih aku gak tau apa-apa, hanya di ajakin untuk ikut kumpul angkatan 2007. Menurutku sih acara ini lumayan dadakan karena waktu untuk mempersiapkan semuanya sembilan hari dari kumpul pertama hari kamis tanggal 2 Agustus. Kumpul pertama yang dihadiri sekitar 30 puluhan anak, atau mungkin lebih, atau kurang, membahas konsep kasar acara yang akan kami adakan. Kurang efektif sih karna waktunya cuma sejam gara-gara banyak yang telat dan waktunya hampir buka puasa. Akan tetapi kumpul selanjutnya berjalan cukup efektif sehingga acara tersebut bisa berjalan dengan cukup lancar. Ada tiga jenis acara, yakni baksos, mengajar, dan buka puasa bersama. Aku sendiri tidak membantu banyak atas terselenggaranya acara ini karena beberapa kali tidak bisa ikut kumpul ataupun ikut membantu persiapan, dan juga bisa sedikit membantu di hari H. Tapi aku seneng aku bisa berpartisipasi di acara yang sungguh luar biasa ini. Yah, aku senang.
 
CGTK dimulai dengan berkumpul di rumah salah satu teman bernama Esy jam tujuh pagi. Sambil menunggu teman-teman yang lain, persiapan berangkat pun di lakukan. Waktu itu aku sedikit telat karena masih ada yang harus dikerjakan dirumah. Sekitar jam delapan kami berangkat, ada yang pake mobil, ada juga yang naik motor, aku sendiri ikut mobil salah satu teman karena medannya yang cukup susah jadi yang naik motor cuma yang laki-laki. Sedikit insiden nyasar terjadi, sepertinya penunjuk jalan yang ada di mobil depan agak sedikit lupa jalan menuju lokasi CGTK kali ini. Kebablasan sampe ke pelosok-pelosok yang jauh dari rumah warga. Teman yang satu mobil dengan ku berceloteh, “ini mah bukan kebablasan lagi, tapi jalan-jalan” hahaha... emang bener sih, kita jalan-jalan karena lumayan jauh juga. Setelah berbalik arah kembali, untunglah ada Rafli, Kadiv acara, yang akhirnya jadi penunjuk jalan hingga bisa sampai ke lokasi. Oia, lokasi CGTK kali ini di daerah Plakpak, tepatnya MI Miftahul Ulum 2, Kebun Sari, Desa Plakpak, kecamatan Pagantenan, Pamekasan.

Sebelum mulai mengajar, panitia melakukan briefing terlebih dahulu dengan sesama panitia dan kepala MI Miftahul Ulum 2. Panitia yang ikut saat itu sekitar 20 orang lebih. sesi mengajar kali ini dibagi menjadi tiga kelas, yakni kelas kesehatan, agama, dan ilmu pengetahuan. Terjadi penggabungan kelas antara kelas 1 dan kelasm 2, kelas 3 dan kelas 4, serta kelas 5 dan kelas 6. Sistem pengajaran di rolling tiap kelas. Aku sendiri kebagian mengaja di kelas agama. Sebenarnya sih lebih banyak mainnya yang dimana main disini disisipi dengan materi-materi. Bahasa kerennya edukasi entertaiment atau edutainment. Nah, kelas pertama kali yang saya dan Dita (PJ kelas agama juga) adalah kelas 5-6. Disana aku isi dengan cerita tentang kisah-kisah di zaman Rasulullah, yakni tentang sahabat-sahabat Rasul seperti Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, dan Bilal. Anak-anak serius mendengarkan dan terlihat antusias karena banyak hal-hal baru yang beru mereka dengar. Saat aku cerita tentang Bilal yang seorang menjadi muadzin di jaman Rasulullah, mereka kebingungan saat aku bertanya apaitu muadzin. Mereka belum tau apa itu muadzin, dan akhirnya setelah mereka tau, mereka terlihat senang mengenal kosa kata baru dala kamus pendidikan mereka. Namanya anak kecil, saat aku minta salah satu dari mereka untuk mencontohkan adzan, mereka semua (yang laki-laki tentunya) pada tertunduk malu-malu. Pada gak mau kalo disuruh maju. Akhirnya yah terpaksa gak jadi meskipun pada akhirnya aku berhasil menarik salah satu dari mereka saat meteri agama hampir selesai. Hehehe... :D oia, Dita dan Tanti juga memberikan beberapa game buat mereka agar tidak terlalu bosan mendengarkan materi. Berlanjut ngajar di kelas gabungan kelas 1-2. Waduh, ini nih, jomplang banget dah.  Baru aja selesai ngajar di kelas 5-6 yang udah lumayan bisa dikontrol dan udah cukup mengerti, eh langsung masuk ke kelas 1-2 yang sangat sulit dikendalikan. Ada yang bicara sendiri dengan temannya, gak mendengarkan penjelasan. Waduh, aku sama Dita jadi kewalahan. Untung ada si Tanti, Hefdi ama Brom yang bantuin. Satu jam berlalu dengan main, nyanyi ala ala anak kecil menghafal (sifat wajib Allah, sifat mustahil Allah, rukun iman, nama-nama malikat, dll) dan membagikan banyak hadiah.  Jujur saja, saat itu aku kurang persiapan dalam meyiapkan materi pembelajaran. Jadinya kurang maksimal dalam mengajar. Tapi alhamdulillah semua berjalan lancar.

Setelah mengajar kelas 1-2, waktunya istirahat sholat dzuhur, dan selanjutnya mengajar di kelas 3-4. Berhubung aku dan Dita sudah kewalahan mengajar, aku minta Arya dan Ajang (yang juga PJ kelas Agama) untuk gantian mengajar. Dan taukah kalian apa yang di ajarkan Arya? Teman-teman yang lain termasuk juga aku sampe ketawa ngakak di luar kelas mendengar apa yang di ajarkan Arya. Arya sih cuma bercerita, sama kayak aku saat ngajar di kelas 5-6, tapi masalahnya yang diceritakan itu tentang perang salib. Jomplang banget kan? Kelas 5-6 aja gak tau apa artinya muadzin, ini udah belajar tentang perang salib, hahaha... Sebenarnya sih gak papa, kisah Muhammad Al-fatih sudah harus mereka dengar sejak dini. Alhasil, kami percaya deh sama apapun yang Arya sampein, semoga aja efektif dan melekat di otak anak-anak itu. Ajang juga mengajarkan tentang kebersamaan dalam bekerja, istilah asinganya Amal Jama’i, tapi versi anak-anak. Kalo dalam basa Madura , alakoh arèng-bhàrèng. Oia, ada juga neh panitia yang gak kebagian ngajar. entahlah siapa oknum yang memulainya, panitia yang gak ngajar ini malah maen game di posko alias kantor pengurus, ckckckck... #gelenggelengkepala

Setelah sesi mengajar selesai, agenda selanjutnya adalah baksos pada pukul dus siang. Tapi berhubung saya ada keperluan jadinya aku pergi sebentar ke rumah Tanti (adik angkatan di IPB) dan kembali saat teman-teman ternyata udah nyebar membagikan bahan pokok. Karena kami ceritanya ketinggalan, akhirnya aku dan Tanti keliling deh nyari teman-teman yang lain naik motor. Kebetulan tim pembagian sembako ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu yang di PJ-kan sama Andi (kalo anak-anak bilang sih tukan foto alias paparazzi, hehehe) naik motor, dan kelompok kedua jalan kaki yang di-PJ kan sama Deny. Nah, kebetulan aku dan Tanti juga naik motor, jadinya aku nyusul teman-teman yang juga naik motor. Meskipun agak ragu jalan yang kami lalui bener atau enggak, akhirnya kami bertemu juga dengan kelompok satu itu. Menyusuri daerah pedesaan untuk membagikan sembako ke rumah-rumah penduduk yang kurang mampu. Belum jam tiga kami sudah kembali ke sekolah yang menjadi posko sementara. Tepatnya di kantor pengurus MI Miftahul Ulum 2. Setelah istirahat dan sholat, acara kembali dilanjutkan dengan pemberian motivasi dari kakak-kakak kepada adik-adik MI Miftahul Ulum 2. Yah, gak aneh-aneh sih, motivasi seputar cita-cita mereka. Selain ada yang memberi motivasi, teman-teman yang lain sedang ribut nyiapin konsumsi untuk buka puasa bersama. 

Sekitar pukul 17.30 wib adzan berkumandang dan kami akhirnya berbuka puasa bersama di pelataran masjid yang ada di depan sekolah. Nama masijidnya aku lupa, hehehe :p namanya juga anak-anak, ya pasti ribut itu sudah biasa. Setelah sholat magrib berjama’ah, kami makan bersama-sama. Kebetulan ada beberapa anak yang tergesa-gesa mau pulang karena takut gak ada yng jemput. Maklum saja, daerah di sana kalo malam cukup gelap karena merupakan daerah persawahan yang jarang penduduk dan juga minim lampu penerangan.  Acara akhirnya selesai sekitar pukul 18.30 wib yang ditutup dengan  seremonial non-formal dengan kepala sekolah serta kades, yakni penyerahan bingkisan dari panitia serta sumbangan berupa baju-baju dan buku-buku, serta penyampaian kesan pesan juga ungkapan terimakasih. Panitia akhirnya pulang dan tiba dirumah Esy sekitar pukul 19.15 wib dan langsung ditutup ala pembubaran panitia. Wajah-wajah teman aku lihat sangat lelah, akan tetapi tersirat keceriaan di wajah mereka. Yah, tentu saja kami senang acara kali berjalan dengan baik dan lancar walau tak sempurna.

Foto-foto kegiatan CGTK Special Ramadhan... versi lengkapnya bisa diliat di album teman saya disini.
Hayo loh, pada maen game... :D

Olahraga siang-siang,,, jalan kaki nganter sembako...


Pak Guru Icang

Panitia Narsis dikit boleh lah... :p

sssttt,,, lagi serius...

Trio kesehatan... :D

Pak ketua CGTK

gaya dikit abis nganter baksos :D


briefing crew CGTK


Kadiv Acara


ngerangkap jadi tukang parkir pak? wkwkwk :p




LOL

ngajar kelas 1-2


begaya dikitlah...






adik-adik lagi belajar cuci tangan...
 

Kata Arya mengutip dari surah Ar-Rahman,
“Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Karena Allah telah memberikan karunia yang lebih pada kami untuk mengadakan menyuseskan acara CGTK Special Ramadhan kali ini. Maka seharusnyalah syukur selalu kita panjatkan atas kebesarannya. Semoga acara ini menjadi permulaan dari kuatnya ikatan tali silaturrahim antar panitia dan seluruh alumni SMANSA 2010, juga dengan para siswa MI Miftahul Ulum 2 dan segenap masyarakat  daerah Plakpak, serta semoga acara seperti ini tidak berhenti di tahun  ini saja, akan tetapi berlanjut untuk tahun-tahun selanjutnya nanti. Dan tentu saja semoga acara ini bermanfaat untuk semua elemen yang berpartisipasi, dan Allah selalu menertai kita...

Allah ma ‘ana...
Crew CGTK dan Siswa-siswi kela 3-4 Mi Miftahul Ulum 2

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan menggembirakan mereka denan memberikan Rahmat, keridaan, dan syurga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal didalamnya.  Mereka kekal di dalamnnya selama-lamanya. Sungguh di sisi Allah terdapat pahala yang besar.” (At Taubah : 20-22)

Amin.... :)

Dan sekarang di laptop sudah pukul 02.54, di Hp 02.52, sedangkan jam dinding pukul 02.57 wib. *bener-bener udah error* Yang lain udah pada bangun buat sahur, aku malah belum bisa tidur, huffftttt.... tapi tak apalah, setidaknya bisa bantu ibu nyiapan makan sahur... :D

Menjejak Batas Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---        

Selasa, 10 Juli 2012

Adakah yang masih bisa dibanggakan dari Indonesia???


Adakah yang masih bisa dibanggakan dari Indonesia? Pertanyaan itu mengusik hati dan pikiran kau muda di tengah hiruk-pikuk sosial politik di Tanah Air.

Minggu, 17 Juni 2012

Penyambutan dan Mahasiswa IPB


Setiap perjuangan memang butuh pengorbanan. Dan entah kenapa aku merasa aku merasa iri kepada mereka yang rela berkorban demi orang lain dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
Minggu ini adalah minggu-minggu yang lumayan melelahkan bagi anak-anak IPB karena kita harus menghadapi Ujian Akhir Semester kenaikan tingkat. Setiap hari mungkin akan berhadapan dengan buku dan tugas-tuas akhir sebelum masuk ruang ujian. Selain disibukkan dengan ujian, minggu-minggu ini IPB juga disibukkan dengan penyambutan kedatangan mahasiswa baru angkatan 49. Sebenarnya tidak ada penyambutan secara formal disini karena maba 49 itu hanya datang untuk mengikuti registrasi dan kuliah umum, sedangkan penyambutan formal dari IPB baru akan dilaksanakan nanti tangal 27 Juni saat mereka sudah mulai registrasi di asrama TPB IPB. Namun berbeda dari sebagian orang yang lebih fokus pada ujian, ada beberapa orang yang fokusnya terpecah untuk ujian dan penyambutan. Sebut saja panitia Open House dan Salam ISC yang di adakan oleh LDK Al-Hurriyah. Panitia Open House yang kesemuanya angkatan 48 harus sibuk mempersiapkan dan mendampingi adik-adik 49 untuk registrasi, padahal semua anak 48 juga masih dalam masa ujian. Sedangkan panitia Salam ISC juga tak kalah sibukknya mempersiapkan penyambutan untuk mahasiswa baru angkatan 49 yang akan menjadi Insya Allah akan menjadi mutiara islam yang cemerlang, sama saja dengan dengan panitia OH, semua panitia salam ISC adalah angkatan 47 yang juga sedang sibuk-sibuknya harus mempersiapkan ujian dan berbagai tugas tambahan lainnya.
Tak jauh berbeda dengan panitia OH ataupun Salam ISC, beberapa OMDA IPB juga sedang sibuk menyambut mahasiswa dan keluarga yang mengantar dari daerahnya yang akan tiba di Bogor ini untuk registrasi. Yang belum tau apa itu OMDA  adalah Organisasi Mahasiswa Daerah, semacam perkumpulan mahasiswa dari daerah yang sama. Contohnya saja OMDA Ikamusi dari Palembang, IKMM dari Minang dan sekitarnya, dan berbagai OMDA lainnya. Termasuk juga OMDA ku yang bernama Gasisma, Keluarga Mahasiswa Madura,  yang juga tak luput untuk mempersiapkan penyambutan.
Aku salut bagi mereka yang meskipun dalam masa ujian mereka masih mau berlelah-lelah menyambut adik-adik mahasiswa baru angkatan 49. Dan yang paling membuat aku iri pada mereka, karna mereka senantiasa ikhlas dalam melakukannya, mereka ikhlas dalam pengorbanan, demi sebuah perjuangan yang bernama persaudaraan, kekeluargaan, dan persahabatan.
Dan sungguh aku berharap, perjuangan dan pengorbanan yang walaupun cuma terasa secuil ini tak sia-sia. Benar-benar berharap angkatan 49 nantinya akan menjadi generasi mutiara nusantara yang terbaik...
SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU
Angkatan 49
Di Kampus Hijau Tercinta
Institut Pertanian Bogor

Jejak Cinta di Batas Cakrawala Biru

Rabu, 02 November 2011

Makrab??? –antara benar dan salah-


Malam Keakraban Keluarga Mahasiswa Madura (Makrab Gasisma)

Ketika aku mulai menulis catatan ini, jam di laptopku menunjukkan pukul 01.24 Wib. Aku baru saja selesai mengikuti salah satu sesi yang diadakan, yaitu semacam diskusi dan sharing untuk menciptakan Gasisma yang lebih baik. Berbeda dengan tahun lalu yang hanya sharing dan malah menambah masalah dengan perselisihan antar angkatan, sesi malam ini cukup kondusif dan menambah banyak pengetahuan.
Bentuk acara yang diberikan tadi adalah diskusi kelompok menganalisis sebuah gambar. Setiap peserta dan panitia ikut dalam diskusi ini kecuali dua orang yang menjadi moderator dan notulen, yakni ketua Gasisma dan mantan ketua Gasisma tahun lalu. Nah, kami anggota Gasisma yang ikut makrab berjumlah sekitar 43 orang ditambah moderator dan notulen, dibagi menjadi lima kelompok. Kami diberi satu kertas yang berisi enam gambar. Format gambarnya yaitu logo gasisma sebagai center dan ada lima tanda panah yang keluar dari logo tersebut menuju lima gambar lainnya yaitu foto presiden SBY, logo IPB, gambar tanda tanya –positif-negatif (?+-), sekumpulan orang dengan berbagai macam karakter, lalu gambar yang terakhir adalah gambar peta madura yang diatasnya ada gambar karapan sapi. Nah kebetulan kelompokku kebagian untuk menganalisis gambar yang terakhir. Kalian semua udah pasti tau apa itu karapan sapi kan? Yap, karapan sapi adalah budaya madura yang sudah terkenal dimana-mana bahkan mancanegara. Budaya ini memang sangat identik dengan Madura yang juga terkenal dengan satenya, yah walaupun gak semua orang Madura itu jago nyate, hhe...
Nah, aku bocorin nih sedikit hasil analisis kelompokku perihal Logo Gasisma dengan tanda panah menuju peta madura dengan gambar karapan sapinya. Gasisma adalah sebuah perkumpulan mahasiswa madura (yang kami anggap keluarga) yang merantau jauh ke Bogor untuk menuntut ilmu. Analisis ini kami kerucutkan hanya dibidang budaya saja agar tidak meluas dan semakin tak jelas hasilnya. Sebagai mahasiswa Madura, maka sepantasnyalah kami harus tetap membudayakan budaya Madura meskipun kami jauh dari kampung halaman, bukannya malah terbawa arus budaya kota yang sangat bertolak belakang. Di Gasisma sendiri kita melihat bahwa kita masih sering menggunakan bahasa ibu kami yaitu bahasa Madura, meskipun masih bahasa kasar, setidaknya kami masih fasih ketika berbicara. Sekedar bahasa, kami belum bisa mempopulerkan kebudayaan yang lain seperti tari pecut, karapan sapi, sapi sono’, deelel. Karapan sapi memang sudah populer tanpa kami populerkan lagi, tapi hanya sebatas populer saja, tanpa tau sejarah dan tetek bengek lainnya perihal karapan sapi. Disinilah kepedulian mahasiswa Madura khususnya anak-anak Gasisma dipertanyakan. Kami kurang peduli untuk mempopulerkan berbagai kebudayaan Madura yang sebenarnya sangat bagus dan unik dan mempunyai ciri khas tersendiri tersebut.
Selain itu budaya juga mempersatukan empat wilayah yang ada di Madura yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Kami mengakui adanya perbedaan dari keempat kabupaten tersebut, tapi kami bersatu melalui Madura, karena ternyata banyak orang yang hanya mengenal madura tanpa mengenal keempat kabupatennya yang mempunyai ciri khas masing-masing. Nah, kami di Gasisma yang anggotanya juga terdiri dari masyarakat keempat kabupaten tersebut masih merasa adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Istilah kelompokku tadi adalah “deskriminasi antar kabupaten”. Jadi menurut kami tak perlulah masing-masing dari kami menyombongkan prestasi kabupaten asalnya, karena sebenarnya kami adalah satu Madura. So, anak-anak Gasisma harus menghapuskan deskriminasi antar kabupaten tersebut. Setuju? :D
.
.
.
.
.
.
.
Nah akhirnya aku ngelanjutin lagi neh tulisan setelah sempat tertunda karna kemaren pas nulis, laptopnya dipinjam kakak kelas buat nonton film, alhasil akunya jadi ikutan nonton, hhe... :p
Kalo sebelumnya aku cerita tentang hasil diskusi kelompokku about Madura & Gasisma, sekarang aku ingin nulis tentang makrab dan fungsinya bagiku. Sebenarnya sih aku pengen nulis tema tentang makrab, tapi tak apalah sebelumnya aku berbagi cerita... Lets go about makrab... :)
Makrab bukanlah sesuatu yang asing didengar lagi bagi anak-anak IPB yang notabene tiap tahun mungkin akan mengalaminya, setidaknya ditingkat satu atau dua anak IPB pasti melakukan makrab. Baik itu makrab Omda –bagi yang punya Omda-, makrab kelas TPB, atau bahkan makrab departemen yang dianggap sebagai rangkaian kegiatan MPD yang harus dan wajib diikuti. (bahasaku gak baku banget ya?:p)
Bicara masalah makrab, khususnya makrab Gasisma yang baru saja aku ikuti ini menurutku cukup bagus dengan konten-konten acaranya yang mendidik. Selain diskusi kami juga melakukan senam pagi bareng, outbond disawah, dan menyusuri jalan yang cukup panjang untuk sampai di pemandian air panas. Oke, aku sebenarnya setuju dengan kegiatan positif seperti diskusi kelompok karena kegiatan seperti itu bermanfaat dan bisa membantu kita lebih intelek dalam melihat masalah dan mencari solusi akan masalah tersebut. Menambah keakraban antar anggota? Pasti. Senam dan outbond pun bisa dihitung olahraga yang bisa menyehatkan badan kita, ya nggak???
Tapi yang aku pertanyakan disini adalah kenapa ajang untuk melakukan hal-hal positif tersebut harus makrab? Malam keakraban? Kenapa harus malam coba, siang juga bisa kan??? Iyalah outbond pastinya siang.  Satu hal yang kurang aku setujui adalah diskusi tersebut harus malam bahkan hingga lewat tengah malam. Toh diskusi dari pagi sama aja kan, bahkan waktunya bisa lebih panjang dan bahasannya akan lebih luas dan lebih berbobot. Nah kalo malam? Waktunya mepet dan harus dipotong waktu tidur. Belum lagi kalo pesertanya pada ngantuk, gak bakal masuk tuh hasil diskusi ke otak mereka. Pasti mantul sebelum nyampe telinga. Selain itu, kalian juga pasti ngerti alasan kenapa aku tidak setuju adanya makrab ini. Yupz, karena pas malem saat tidur ada perempuan dan laki-laki dalam satu rumah. Kita tau kita udah dewasa dan udah tau yang mana yang benar dan mana yang salah, tapi coba ingat setan itu juga ada dimana-mana kan?
Hanya saja suaraku disini adalah bagian dari suara minoritas yang akhirnya tak bisa berkutik apa-apa. Aku mengikuti acara ini karena menurutku semakin aku tidak ikut, maka akan ada suara-suara sumbang yang tidak enak didengar dibelakang hari kemudian. Nah, aku juga ikut dengan alasan bahwa aku bukan siapa-siapa yang bisa memutuskan acara ini benar atau salah secara mutlak. Yah, aku hanya tak setuju dan berusaha menghilangkan, benar-benar menghilangkan, pikiran-pikiran negatif dari otakku. Setidaknya aku mengantisipasi diriku sendiri untuk mengantisipasi teman-temanku. (Kata-kataku ribet banget ya? Aneh lagi :D).
Dan saat perjalanan pulang dari pemandian air panas, seorang adik kelas 48, Faisal Rahman namanya, ia juga teman seperjuangan di PII saat SMA dulu. Dia bilang, “Kita sebagai muslim bukanlah hakim yang pantas menghakimi ini benar atau salah, kita sepantasnyalah menjadi penengah agar apa yang dilakukan menjadi benar bukan malah menjadi suatu kesalahan”. Begitu kira-kira kata-kata yang sebenarnya ia kutip dari Mentor atau Murobbinya, aku sedikit lupa. Tapi intinya adalah kita bukan hakim yang bisa mengatakan makrab ini benar atau salah selama tak disinggung di Al-Quran, Hadis, ataupun Ijma’. Kita seharusnya bisa ikut  menjadi penengah, membaur tapi tak melebur. Setuju sekali dengan adik yang satu itu. Ah, ada teman seperjuangan disini. :)
Akhirnya, inilah sedikit curhatan gaje dan mungkin sedikit tentang perdebatan hati selama ini tentang sebuah ajang yang bernama “malam keakraban”.
Tak benar dan juga tak sepenuhnya salah. Hanya bagaimana kita menyikapi dan menjalaninya secara benar. Tapi selama keakraban bisa dihadirkan tanpa ajang makrab, kenapa tidak??? :D
Makin ke belakang makin gaje n makin gak nyambung neh... Udahan aja ya :)

Catatan menuju tapak batas
...Cakrawala Biru...