Sabtu, 24 Agustus 2013

New Family - IGTF Banjarnegara



“Selalu berani mencoba karna kesempatan itu takkan terulang ke-2 kalinya – mba yul”
(Rahma Nurina)

Kadang bahkan diri sendiri menjadi orang yang paling tidak mengenal. Terkadang malah orang lain yang lebih mengenal. Manusia seringkali berprasangka dan tak jarang prasangka itu adalah negatif yang membawa ketidakbaikan bagi dirinya sendiri. Berprasangka bahwa orang ini menganggap kita begini, orang itu menganggap kita begitu. Nyatanya lain prasangka, lain kenyataan. Maka cukuplah kita berprasangka positif bahwa setiap manusia itu adalah saudara, utamanya sesama muslim. Dan kemarin ada seseorang yang memberikan penilaian tentang diriku. Terimakasih untuk Rahma Nurina atas penilaian pada mbakmu yang kadang sok tau ini. Semoga penilaianmu bisa menjadi renungan bagi mbak dan jadi pelajaran berharga buatmu. 

Oh ya, apa kabar pembaca setia blog ? #ngayal - Berasa punya banyak pembaca aja, palingan juga yang buka diri sendiri, hehe... Tapi gak papalah toh aku juga nulis buat diri sendiri. Postinganku kali ini tentang IGTF yang baru sebulan kemarin selesai aku jalani. Dengan banyak alasan yang sudah aku sampaikan di postingan sebelumnya, baru kali inilah aku bisa memposting tulisan tentang IGTF ini. Yah,, meskipun sedikit kadaluarsa, tapi semoga tetap bisa dinikmati dan diambil pelajarannya.

Bermula dari keinginanku untuk ikut KKP atau kuliah kerja praktek, berhubung dari departemenku tidak mewajibkan KKP sehingga kalau mau ikut harus mendaftar terlebih dahulu. Sebenarnya aku telah mendaftar ke departemen untuk ikut KKP, kebetulan yang ikut hanya aku seorang karena teman-teman yang lain lebih tertarik untuk ikut magang di beberapa perusahaan. Namun karena ada beberapa hal membuatku akhirnya tidak terdaftar ikut KKP. Kesel sih awalnya, tapi kemudian beranggapan bahwa mungkin Allah tidak menghendaki aku ikut KKP dan nyatanya Dia memang menunjukkan padaku cara lain untuk aku bisa terjun ke masyarakat secara langsung, yakni melalui IPB Goes To Field (IGTF). Alhamdulillah, aku yakin ini memang jalan Allah yang terbaik untukku.

IGTF adalah kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB sebagai bentuk pengabdian dalam rangka ikut andil dalam kemajuan dan kesejahteraan masayarakat dan bangsa. Kali ini aku ikut andil dalam program tersebut, dengan tema program “Pengembangan Agrowisata Durian” di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kalo denger judul programnya sih setiap orang kayaknya bakal nyangka bahwa agrowisata itu sudah jadi dan tinggal dikembangin semisal dibidang pemasarannya, termasuk juga aku waktu pertama kali milih tema tersebut sebagai opsi pertama dari tiga opsi yang diberikan. Pemasaran adalah bidang penelitian yang insya Allah akan kujalani di semester yang akan datang, apalagi aku memang tertarik pada dunia ekowisata dan semacamnya, termasuk juga agrowisata sebagai objek penelitianku. Jadi, aku kira tema ini adalah pilihan yang tepat buatku. Oia, sebenarnya aku juga punya alasan kedua kenapa milih tema ini, aku doyan banget durian, hehe, karena judulnya pengembangan dan sudah berprasangka bahwa pohon duriannya sudah berbuah aku sudah membayangkan bisa makan banyak durian disana. Tapi usut punya usut, perkiraanku dan para peserta lain salah total. Karena saat kami ikut kuliah pembekalan dosen pembimbing menjelaskan bahwa kawasan tersebut masih dalam tahap perencanaan untuk dijadikan kawasan agrowisata durian. Misi utama kami, para peserta IGTF, adalah menyelesaikan pra-site plan yang telah dibuat oleh Pak Ian, dosen pembimbing kami, menjadi site plan. Mungkin bahasa sederhananya adalah membuat peta kawasan untuk mempermudah para petani setempat dalam membagi petak-petak tanaman pada kawasan. Dan ini adalah pekerjaan anak-anak arsitekstur lanskap yang aku tidak mengerti sama sekali. Mengerti sedikit mungkin iya, tapi kalo disuruh ngerjain aku bakal nyerah duluan, jauh diluar bidang keilmuanku saat ini di manajemen yang notabene tentang pemasaran, sdm, keuangan dan produksi hilir. Tapi aku tak kehilangan semangat meskipun ternyata 80% IGTF ini tidak sesuai dengan tujuan awalku, tapi toh aku tetap bisa mengabdi kan? J

Dengan serangkaian kuliah pembekalan yang kamu lakukan di minggu-minggu ujian, akhirnya waktu pemberangkatan tiba setelah sehari sebelumnya dilaksanakan pelepasan peserta IGTF oleh Rektor IPB, Bapak Herry Suhardianto, dan sedikit materi tentang pengabdian yang disampaikan oleh Rektor Universitas Paramadina,  Bapak Anis Baswedan. Oia, aku lupa menyampaikan bahwa pada kesempatan kali ini kegiatan IGTF bekerja sama dengan program “Mahasiswa Mengabdi”-nya UPM, itu mengapa Pak Anis ikut memberikan materi. Mau tau apa materinya? Mungkin lain kali kuposting materi yang disampaikan oleh rektor UPM tersebut. Tepatnya hari Minggu, tanggal 23 Juni 2013 kami ber-27 orang plus dosen pembimbing, Bapak Ian, berangkat dengan menggunakan bus dan tiba esoknya saat adzan subuh baru saja berkumandang dari masjid agung. Kami singgah sementara di masjid agung untuk sholat subuh dan bersih-bersih sebelum acara penyambutan di kantor Bappeda. Setelah penyambutan, kami kembali mobilisasi dari alun-alun kota ke desa dimana kami akan tinggal selama kurang lebih 21 hari, yakni desa Glempang, Kecamatan Mandiraja. So, perjalanan panjang pun dimulai... :D


Dimulai dari orientasi tapak dan orientasi desa, kami mulai menjalankan tugas-tugas kami di Desa Glempang ini. Saat pertama kali sampai di tapak, yang saat sebelumnya hujan deras mengguyur desa, membuat kami kewalahan berjalan menyusuri jalan setapak karena sebagian besar jalan yang kami lewati berupa tanah liat yang karena hujan jadi becek dan licin. Teman-teman yang kebanyakan pakai sandal jepit akhirnya lebih memilih dilepas dan akhirnya nyeker. Setelah sedikit bersosialisasi dengan penduduk yang tidak sengaja bertemu sedang panen gembili, sejenis ubi rambat, dan tentu saja ke pertapan yang menjadi tujuan kami. Inilah yang paling menakjubkan, pemandangan yang terhampar sepanjang perjalanan itu sangat indah. Mandiraja khususnya Glempang merupakan kawasan dengan kontur lahan yang berbukit di daerah pedesaannya, sejauh mata memandang terhampar bukit menghijau yang gak bakal bosan dipandang mata, ceilleee...  Tak lupa kami juga sempat berfoto-foto, jepret sana jepret sini, walau ala kadarnya menggunakan kamera hp, yang penting aku gak melewatkan pemandangan yang indah itu, berasa udah mau pergi padahal kami masih akan tinggal disana selama tiga minggu kedepan. Malamnya kami berkesempatan ikut dalam kumpul kelompok Tani Sido Subur, kesempatan langka yang kami dapatkan karena jarang sekali mahasiswa yang turun lapang bisa bertemu langsung dengan masyarakat poktan. Hal ini akan mempermudah kami dalam menganalisis permasalahan desa dan tentu saja dalam menyelesaikan tugas yang diberikan LPPM IPB kepada kami.

Tugas kami secara garis besar dibagi menjadi tiga, yakni pemetaan petakan lahan untuk pembuatan site plan, pemetaan profil lahan untuk irigasi, dan suvey social mapping. Pembagian tugas pun dilakukan oleh ketua kelompok. Pada minggu pertama kebanyakan teman-teman turun lapang untuk melakukan pemetaan lahan, namun ada sebagian kecil yang melakukan survey pemetaan sosial, mereka berkunjung ke Balai Penyuluhan dan juga ke rumah-rumah warga. Selain tiga hal tersebut, kami juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat di Desa Glempang seperti Sadranan atau Nyadran sebagaimana masayarakat setempat menyebutnya, pengajian ibu-ibu, pembuatan kerajinan tangan, pembuatan gula kelapa, pembuatan sriping pisang rajalawe dan banyak kegiatan lainnya. Minggu kedua adalah minggunya social mapping, dimana semua peserta berkeliling desa untuk melakukan wawancara dan bersosialisasi dengan tokoh masyarakat di desa. Di minggu kedua ini kami hanya ber-25 orang karena dua ketua kelompok kami kembali ke Bogor untuk mengurusi kepentingan lain. Yang satu wisuda namanya, yang lainnya ngurus jadwal sidang. Ketua kelompok di kelompok IGTF Banjarnegara ini memang ada dua orang, jangan tanya kenapa karena awalnya aku juga bingung. Tapi sudah diceritakan lengkap disini oleh salah satunya, Kak Najmi. Minggu terakhir adalah minggunya laporan. Di minggu ini kami merekap data yang sudah dikumpulkan untuk selanjutnya disatukan menjadi laporan, sehingga memang tidak terlalu menyibukkan kecuali yang datanya kurang dan harus kembali turun lapang untuk melengkapinya. Banyak kejadian selama tiga minggu kami bekerja melaksanakan tugas, yang serius sampai yang lucu, yang membahagiakan dan yang mengharukan, ada juga yang mengesalkan, mulai dari blusukan ke hutan hingga kekenyangan atas suguhan yang diberikan oleh warga desa yang sangat baik hati. Kami juga berkesempatan berkunjung ke datatan tinggi Dieng yang menjadi objek pariwisata di Banjarnegara. Agar ceritaku tak terlalu panjang lebar, Kak Najmi sudah menuliskannya disini dengan sangat lengkap, so silakan dibaca aja. Ada gunanya juga aku nulis belakangan, teman-teman yang lain udah pada nulisin juga soalnya, hehe...
Fariz Harindra - Ketua 1
Nurul Najmi - Ketua 2
Beralih ke hal berikutnya, aku ingin cerita tentang rumah tempat aku menginap, yang jelas beserta orang-orang yang tinggal didalamnya. Kami tinggal dirumah yang cukup besar aku bilang kalo ukurannya rumah di pedesaan, namun masih sederhana karena masih belum lengkap. Nama pemiliknya Pak Karmo, ia tinggal bersama anak perempuannya yang masih berumur sekitar enam tahun, namanya Aina. Istrinya seorang TKW di Korea. Seperti yang kami bilang sebelumnya, rumah yang kami tinggali belum lengkap, termasuk kamar mandi yang belum jadi, alhasil untuk keperluan mandi dan cuci kami menumpang dirumah depan yang juga ipar dari Pak Karmo, kami biasanya memanggil Bu Arif. Untuk makan sehari-hari kami juga makan didapur Bu Arif karena ia yang memasak makan untuk kami selama tiga minggu didesa. Pak Karmo dan Bu Arif adalah orang yang baik hati, mereka suka ngobrol dan gak bosan-bosannya ngobrol dengan kami, terutama sama salah satu dari kami, sebut saja Rahma. Rahma juga yang paling sering main bareng Aina, sepertinya dia yang paling disayang oleh Aina diantara ketujuh kakak-kakak yang lain, hehe. Yang menempati rumah Pak Karmo berjumlah delapan orang dengan personilnya Trini yang ngefans banget sama Korea, Dyah yang sering dibilang mirip artis, Rahma yang suka ngobrol dan supel abisss, Dian yang blak-blakan dan punya seabreg film, Lilis yang kadang rame kadang pendiam, Pelangi yang kadang narsis tapi selalu berhati-hati dalam bertindak, Atari yang kalem tapi tak terduga dan sering diguyonin sama si Arif yang baru masuk SMA (anaknya Bu Arif), dan aku yang beginilah, hehe... Geng Pak Karmo, begitulah kami sering disebut oleh teman-teman yang lain.

 

Berdelapan kami menjadi rombongan yang seringkali tepat waktu telat saat kumpul dengan banyak alasan, antri kamar mandi-lah, sarapan belum jadi-lah, cucian setumpuk-lah, dan beragam alasan lainnya. Tapi meskipun begitu kami tetap semangat dalam melakukan tugas-tugas. #ngeles :p Ciri khas lain dari geng ini adalah tiap malam sehabis kumpul dengan yang lain pasti ada yang namanya “show time” dimulai dari mbak Trin yang nge-dance ala artis Korea dan yang paling sering nonton film di laptopnya Dian. Tapi yang paling mengharukan buatku adalah saat buka puasa di hari pertama (hari kedua untukku), teman-teman beserta pak Karmo dan Bu Arif memberikan surprise untukku, mereka merayakan miladku yang jatuh pada hari itu, 10 Juli. Walau sederhana, hanya dengan roti tawar yang di tulisi “Happy Birthday” menggunakan susu coklat, tapi itu benar-benar membuatku terharu. :’) Namun setelahnya jangan tanya, aku disuruh mencuci semua piring kotor yang ada, jadi inem sementara deh. Tapi gak papa, aku kerjain dengan sukacita :) Oia, selain Geng Pak Karmo, teman-teman yang lain juga pada ngucapin selamat, ada yang langsung, ada juga yang lewat sms karena hari itu ada sebagian anak yang pergi ke Jogja, dan ada juga yang sudah balik ke Bogor karena ada ujian perbaikan. Sayang, Pelangi gak ada diantara kami. Setelah tarawih, teman-teman semua berkumpul di rumah Pak Karmo untuk makan es degan, kebetulan gengnya pak Karmo baru dari desa sebelah untuk ngambil kelapa muda, sekalian deh mereka pada bilang ngerayain miladnya Kak Yuli. Alhamdulillah, makasih semuanya...

Sepertinya tulisanku kali ini sudah terlalu panjang yak? Maklumlah banyak hal-hal seru yang aku dapatkan di tiga minggu tersebut, baik dari kejadian-kejadiannya maupun dari orang-orangnya. Ke-26 orang anggota IGTF Banjarnegara (tentang bagaimana karakter mereka bisa dibaca disini) dan tentunya masyarakat desa Glempang, khususnya mereka yang rumahnya kami tinggali selama sekitar tiga minggu itu, menjadi keluarga baru bagiku. Keluarga yang meskipun tak ada ikatan darah, tapi ada ikatan yang terjalin karena-Nya. Aku senang mengenal mereka dan aku bahagia bisa menjadi bagian dari mereka. Semoga kami semua tetap memiliki semangat, semangat durian banjarnegara yang sedang kami tunggu waktu berbuahnya... :D (ya)



“Salam durian banjarnegara! Keras dan Kuat luarnya, Manis dan Lembut dalamnya!”
(Fariz Harindra Syam - Ketua Kelompok)

0 komentar: