Kau pernah melakukan suatu kesalahan kepada seseorang? Atau kau pernah merasa sakit hati karna kesalahan orang lain padamu? Atau mungkin kau pernah merasakan keduanya? Aku pernah merasakan keduanya. Membuat kesalahan yang membuat orang lain kecewa bahkan sakit hati. Juga pernah merasakan sakit hati hanya karena kesalahan seorang teman yang tidak disengaja. Kau juga pasti pernah merasakannya bukan? Setidaknya aku yakin kau pernah merasakan salah satunya.
Kau mungkin bingung kenapa aku tiba-tiba bertanya seperti
itu, tiba-tiba menyangkamu mengalami hal tersebut. Sebenarnya bukan apa-apa,
hanya sedang terpikir tentang sebuah kesalahan, tentang rasa kecewa, tentang
sakit hati, yah, tentang MAAF dan MEMAAFKAN...
Saat kau melakukan suatu kesalahan dan sadar bahwa kau
salah, pastilah kau akan meminta maaf kepada siapapun yang mungkin akan merasa
sakit hati dan kecewa akan kesalahanmu. Sebaliknya, jika kau merasa kecewa dan
tersakiti oleh perilaku dan kesalahan orang lain padamu, pastinya kau juga
mengharap permintaan maaf darinya bukan?
Tentang maaf dan memaafkan mungkin mudah saja kita lakukan,
tepatnya mudah saja kita ucapkan.
“Aku minta maaf ya teman, kemarin aku tidak sengaja
melakukannya.” Katamu sambil tersenyum.
“Iya, gak papa kok, udah aku maafin. Lain kali jangan begitu
ya!” Jawabku, tentu saja dengan senyum yang lebih sumringah.
Tetapi yang terjadi juga mungkin sebaliknya. Jika aku yang
melakukan kesalahan padamu, aku minta maaf dan kau memaafkan. Selesai. Mudah
bukan? Terlalu mudah kurasa. Sehingga ada satu hal yang terlupa. Kau tahu apa? Yang
terlupa itu adalah IKHLAS.
Aku takkan akan pernah tau apakah kau ikhlas dalam meminta
maaf ataupun saat memaafkan, sebaliknya kau pun takkan pernah tau isi hatiku,
yang tau hanya Allah dan tentu saja diri kita sendiri. Yang terberat dari
meminta maaf ataupun memaafkan itu adalah rasa ikhlas. Tak berguna kita meminta
maaf atau memaafkan jika ternyata di hati kita masih tersimpan sepercik bahkan
setitik rasa tidak ikhlas dan tidak suka. Lisan kita mungkin saja bisa dengan
manis mengucapkannya, tapi bagaimana dengan hati kita?
Kau tentu saja tak mau hati kita terkotori dengan setitik
rasa tidak ikhlas itu bukan? Maka janganlah terlalu mudah mengucapkan maaf jika
hatimu masih belum bisa memafkan. Bicarakan. Biarkan ia bersih agar tak ada
setitik noda yang mengotori rasa maaf itu.
Percuma jika kau bisa bermuka manis hanya di depan, tapi di
belakangnya kau hatimu mendongko. Percuma saja kau tersenyum, jika ternyata
senyum itu senyum yang di buat-buat. Percuma saja kau meminta maaf atau
memaafkan, jika ternyata maaf itu hanya di lisan saja, bukan di hatimu...(ya)
Menjejak Cinta di Batas Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---
1 komentar:
Bude.... Maaaaf... X(
Posting Komentar