Tak terasa, sungguh terasa begitu cepat, kini
Ramadhan telah berada di penghujung untuk tahun ini. Malam ini adalah malam
terakhir bulan penuh berkah ini dan aku merasa belum melakukan apa-apa yang
benar-benar berarti sejauh ini. Ramadhan terasa berlalu begitu cepat, secepat
kau hembuskan nafasmu. Oke, mungkin aku terlalu lebay, tapi coba deh kamu
rasakan sendiri. Bukankah baru kemarin rasanya kita tarawih malam pertama, eh
tau-tau sekarang tarawih malam terakhir Ramadhan tahun ini? Bukankan rasanya
amat cepat?
Ramadhan berlalu memang bukan tanpa alasan. Semua
memang telah ada waktunya. Ia pergi menjemput hari kemenangan, Aidil Fitri, hari
penuh kesucian. Dan tentu saja ia akan kembali pada waktunya di tahun depan. Semoga
saja kita semua masih bisa menyambut datangnya Ramadhan tahun depan dan
merasakan nikmatnya berpuasa dan berkah yang tak henti-hentinya Allah limpahkan
di tiap hari dan malam-malamnya... Amin...
Ngomongin masalah hari penuh kesucian, apakah
iya setelah menjalani ibadah puasa sebulan di bulan Ramadhan ini kita menjadi
suci? Sesuci kain putih bersih seperti yang ada di iklan-iklan? Jawabannya “Wallahu’alam bisshowab”. Kita tak pernah
tau karna hanya Allah yang tau. Manusia hanya bisa berusaha dan beribadah
sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Diterima atau tidaknya usaha dan
ibadah kita tentu saja itu semua urusan Allah. Yang jelas kita harus selalu
berprasangka baik pada Allah, karena Allah sesuai dengan prasangka
hamba-hamba-Nya...
Ramadhan kali ini, aku bingung menghadapi
beberapa hal. Tapi bukan masalah kesucian itu yang membingungkanku tentu saja. Hal
itu tentang yang namanya ‘Konser kemuliaan Ramadhan’, ‘Tabligh Akbar’, atau
apapunlah kegiatan semacamnya yang marak di tayangkan di berbagai stasiun TV
swasta Indonesia. Katanya konser kemuliaan, tapi kenapa isi acaranya yang
seolah-olah bukan memuliakan Ramadhan? Tidak ingin berprasangka buruk, hanya
melihat suatu kenyataan yang ada. Memang sih di dalam acara itu ada yang
namanya ceramah ramadhan yang di isi oleh para ustadz-ustadz kondang seperti
Ustadz Jefri Al-Bukhori, Ustadz Guntur Bumi, dan ustadz lainnya. Itu sisi
positif yang bisa kita ambil hikmah dan serap ilmu yang mereka sampaikan. Tapi coba
kita tilik sisi negatifnya, kalo aku bilang sih gak ada bedanya dengan konser dangdutan
atau pop atau konser apapun yang biasa ada di bulan selain ramadhan yang
menurut saya lebih banyak mudharat daripada pahalanya. Mending ketika lagu yang
dinyanyikan oleh para artis itu lagu nasyid atau lagu rohani yang mencerminkan
islam, setidaknya lagu netral yang berbicara masalah kedamaian atau kebersaman,
lah ini yang dinyanyikan malah lagu-lagu dangdut atau pop bernuansa cinta yang
sudah jelas tidak islami. Selain itu juga sempat aku melihat beberapa kali secara
tidak sengaja ketika aku mengubah channel TV, para pengisi acara alias para
artisnya (bukan ustadznya yang pasti) dan para penontonnya malah joget-joget
dangdutan. Pantaskah ramadhan dihormati dengan cara yang seperti itu?
Bagi individual yang mungkin belum mendapat
hidayah untuk bisa menghormati Ramadhan maka itu urusannya dengan Allah dan tak
mempengaruhi orang lain. Dan buatku acara-acara sosial seperti yang aku bilang
sebelumnya bukankah ditayangkan di media elektronik alias TV yang ditonton
ribuan bahkan jutaan orang. Jelas saja akan mempengarruhi orang lain. Alhamdulillah
ketika pengaruh yang mereka dapatkan adalah sisi positifnya, tapi jika sisi
negatif yang tertangkap oleh otak dan hati mereka bagaimana? Bukannya mereka
mendengarkan dan meresap ceramah yang disampaikan para ustadz tapi malah sibuk
menikmati merdunya suara artis dan joget-joget yang tak jelas juntrungannya. Dan
bukankah hal ini juga mengajarkan hal
yang tidak baik bagi anak-anak yang juga banyak nonton. Bisa saja mereka
akan beranggapan tak masalah jika ramadhan di isi oleh hal-hal semacam acara
tersebut. Padahal Ramadhan penuh berkah dan akan lebih berkah jika di isi
dengan ibadah kepada Allah, tilawah, sholat, dzikir, dan segala macam ibadah
lain yang jelas lebih sedikit bahkan tak memiliki mudharat.
Allah maha mengetahui segala sesuatu. Ia
tiada pernah melalaikan ciptaan-Nya. Dan Allah adalah sebaik-baik pemberi
balasan. Wallahu’alam bisshowab...
“ Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an,sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil)......” (QS. Al-Baqarah 185)
Berharap bertemu Ramadhan tahu depan... (ya)
Menjejak
Tapak Batas Cakrawala
---Yuli Astutik----
0 komentar:
Posting Komentar