|
nyambung gak ya??? --a |
Terbetiklah judul diatas suatu ketika, tepatnya satu minggu
yang lalu setelah aku menyelesaikan sebuah amanah. Sudah seminggu yang lalu,
tapi aku baru sempat untuk menulis dan mempostingnya sekarang. Jangan tanya
alasannya kenapa, karena kalian pasti tahu kalo membaca postingan tentang
diriku sebelumnya. Buat beberapa orang mungkin akan mengerti maksud kenapa
aku membuat postingan ini. Karena
sebelumnya aku pernah berbicara tentang hal ini kepada mereka, dan mereka pun
mungkin mengalami hal yang sama denganku.
Setiap manusia dalam kehidupan, sekecil apapun itu, pasti
memiliki peran. Entah itu protagonis, antagonis, atau di antara keduanya. Ini
bukan tentang sinetron ataupun film, tapi ini tentang peristiwa kehidupan. Kau
pernah ikut kegiatan atau sebuah festival dimana kau menjadi salah satu pengisi
acara? Anggaplah kau ikut sebuah pentas drama dan kau menjadi pemeran figuran,
peran yang sama sekali tak diperhatikan orang, bahkan kau sendiri baru tahu
bahwa ada peran itu. Mungkin kau senang karna tetap mendapat peran walau
figuran daripada tak lolos seleksi, tapi bukankah kau juga bisa sedih karna tak
bisa mendapatkan peran yang lebih baik, yang mungkin akan lebih dihargai oleh
orang lain??? Kali ini anggap saja kau kecewa dengan hasil yang kau dapatkan
meskipun akhirnya kau terima juga peranmu. Latihan demi latihan kau jalani
meskipun dengan hati dongkol juga iri melihat orang lain memainkan peran yang
kau inginkan. Akhirnya kau menjadi tak ikhlas dalam menjalani latihan.
Ketak-ikhlasanmu berakibat pada kesalahan-kesalahan yang kau lakukan saat
latihan yang membuat pelatih jadi geram dan kesal padamu. Tiap hari dia
marah-marah karna kau selalu melakukan kesalahan dan tak becus dalam berakting.
Hal ini tent saja semakin membuatmu kesal bukan? Dan puncaknya kau dimarahi
habis-habisan saat gladi bersih pentas drama yang kau ikuti karena tak hafal
dialog.
Merasa tak berguna dan tak dibutuhkan karna terlalu sering
mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan, itulah yang kamu rasakan. Dan ketika
puncak acara pentas drama itu tiba, kau memilih tidak datang dan membiarkan
acara berjalan tanpa kamu yang berpikiran bahwa acara pentas drama itu akan
tetap berjalan dengan mulus dan sempurna. Tapi bukankah itu hanya praduga yang
ada dalam pikiranmu???
Kau tidak tau betapa gaduhnya pelatih mencarimu yang tak
kunjung datang di backstage. Betapa bingungnya dia mencari penggantimu padahal
dia sendiri tau hanya kamu yang paling ahli berperan disitu. Betapa paniknya teman-temanmu
melihat pelatih yang mondar mandir menunggu kedatanganmu dengan muka cemas. Dan
betapa kalang kabutnya pentas drama hanya karena tak ada pemeran figuran yang
bahkan dianggap tak ada itu. Kau tak tau bahwa ternyata bahkan pemeran utama
tak bisa melakukan perannya jika peran figuranmu tak berjalan. Kau begitu
santainya meninggalkan pentas drama karna kau tak tau betapa pentingnya dirimu.
Kau tak tau tanpa kau, acara pentas drama itu berjalan dengan kacau balau.
Tapi ah, sekali lagi kisah diatas hanya sekedar perumpamaan
bukan. Hanya sekedar contoh yang bahkan mungkin tak pernah terjadi di dunia. Bahkan
mungkin yang terjadi di dunia adalah yang lebih besar dari itu. Entahlah. Aku membaca
sebuah filosofi yang di buat oleh kakak di sebuah lembaa. Tentang Air. Bukankah
gedung tidak akan berdiri jika tak ada unsur air saat pembangunan. Pernahkan kita
mengkalkulasi air saat kita mengkalkulasi bahan-bahan lain seperti pasir, bata,
dan semen? Air seolah tak memiliki makna disana, tapi tanpa air kita takkan
pernah bisa menyatukan pasir, semen, dan bata menjadi sebuah gedung yang kokoh.
Menjadi apapun dirimu. Peran apapun yang kau sandang, maka
itulah dirimu. Kau mungkin tak suka, kau mungkin tak ingin, tapi mungkin saja
kau orang tepat mengisi peran itu. Kau merasa tak bisa, kau merasa bodoh, tapi
mungkin saja kau lebih ahli dari pada yang lain untuk memerankan peran itu. Kau
hanya berprasangka yang mungkin saja kenyataannya tak sesuai dengan prasangka
yang ada di pikiran dan hatimu.
Maka hayatilah peranmu, jalanilah peranmu. Berikan yang
terbaik yang kau bisa dan ikhlaslah dalam menjalaninya. Karena kau tahu, kau
pasti akan mendapatkan balasan atas apa yang kau kerjakan. (ya)
*Kini aku disini, berperan di tempat ini, tak seperti dulu. Susah
memang, tapi aku ingin mencoba menghayatinya. Berat memang, tapi aku ingin
mencoba ikhlas menjalaninya. Mereka bilang aku harusnya disini, yang lain juga
bilang aku pantasnya disana. Tapi aku tau, hatiku mengerti, bahwa dimana pun
aku berada, aku harus bisa menjalankan peranku dengan sebaik mungkin. Dan kau
tau kawan, kini aku berhasil menjalankan peran itu, meski penuh dengan
ketaksempurnaan. Dan kau tau, kini aku bahagia, walau dulu tak suka, walau dulu
terasa susah, walau terlalu berat, kini aku bahagia. Bahagia bersama mereka.
ASEF AIR yang selalu bersemangat :D*
Bahagia menapaki jejak
langkah baru
Cakrawala Biru
---Yuli Astutik---