Ketika sumpah telah terucap, maka tak ada
kompensasi pada setiap pelanggaran.
Ketika keputusan telah diambil, maka
berpegangteguhlah pada komitmen.
Ketika konsistensi dipertanyakan, maka keprofesionalanlah
yang harus di jaga.
|
Otakku dan tanganku yang berkoordinasi tiba-tiba saja
menciptakan tiga kalimat diatas. Karna berbagai hal dan mungkin dan salah
satunya adalah kejadian yang aku alami belakangan ini. Belakangan ini tiba-tiba
saja aku merasa seperti jadi peneror dan pengacau.
Aku mengacaukan rapat yang riang minggu kemaren dengan
berbagai permasalahan yang aku ungkapkan. Permasalahan itu berkaitan dengan
komiten, keprofesionalan, dan sumpah atau janji. Jujur saja aku sudah bosan memikirkan
masalah yang berlarut-larut di organisasi yang kini aku berada didalamnya.
Benar-benar diabaikan dan seolah terlupakan. Malam yang ceria itu berubah jadi
tegang saat aku menyampaikan segala unek-unek di akhir rapat, meskipun aku jadi
puas karena mereka akhirnya ingat akan permasalahan yang seolah terlupakan itu.
Dan akupun juga senang karena masalah itu menemui titik terang. Dan aku tau
saat itu aku jadi pengacau, meski bagiku pengacau yang bermanfaat.
Aku pun seolah melakukan teror kepada seseorang. Seorang
pemimpin yang bagus sebenarnya, hanya saja mungkin dia memang butuh seseorang
untuk mengingatkan. Jadilah aku tiap waktu meng-sms dia untuk mengingatkan dan
menanyakan berbagai hal. Sebelumnya dia sudah ada yang sering mengingatkan,
hanya saja aku melihat orang itu terlalu lelah dalam mengingatkan karna lumayan
bebalnya dia sebagai pemimpin yang kadang-kadang mengutamakan egonya. Melihat
itu aku hanya ingin membantunya saja sebisaku, agar dia bisa ingat akan
berbagai tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Yah,,, hitung-hitung sebagai caraku
untuk belajar menghadapi seorang pemimpin seperti dia yang selain egonya
tinggi, emosionalnya juga tinggi. Bukan hal yang mudah memang, hanya saja
memang harus dicoba dulu, ya kan???
Terlepas dari kedua kosa kata penggambaranku di atas, semoga
saja apa yang aku lakukan ini merupakan tindakan yang benar dan menimbulkan
dampak yang positif ke depannya. Manusia memang sepatutnya berusaha, terlepas
dari benar atau salah, baik atau buruk, hanya Allah yang tahu.
Sekarang kita fokuskan tulisan ini pada satu kata, yaitu
PEMIMPIN...
Singkat saja tentang pemimpin karena saya juga bingung kalau
membahas sesuatu terlalu panjang, bertele-tele dan bahkan mungkin jadinya
kemana-mana. So, Pemimpin adalah.....
Setiap manusia adalah pemimpin. Kalimat itu benar adanya dan
tak pernah bisa disanggah karna sudah termaktub dalam Al-Quran. Manusia
dilahirkan sebagai khalifah di dunia. Setidaknya manusia adalah pemimpin bagi
dirinya-sendiri. Dia seharusnya bisa mengatur dirinya sendiri dan mengendalikan
emosinya sendiri.
Bagiku seorang pemimpin adalah sosok yang seharusnya
bersahaja, bukan berkharisma. Karena ketika kebersahajaan tertanam dalam jiwa
seseorang, ia akan mencipta kharisma unik yang khas tentang dirinya. Dia akan
menjadi teladan bagi para anggotanya sehingga dia juga harus tampil sesempurna
mungkin didepan para anggotanya, meskipun sejatinya ia memang tak sempurna
karena dia memang hanyalah manusia biasa.
Pemimpin tak akan pernah takut. Dia akan menjadi orang yang
paling berani dari pada yang lain dan dia juga orang yang maju pertama kali dalam
menghadapi masalah. Tapi dia bukan tameng bagi anggotanya karena dia lagi-lagi
bukan dewa yang punya segala bentuk kekuatan. Dia tetap seorang manusia yang
memiliki titik terlemah dan kelemahan dalam dirinya.
Satu lagi, pemimpin tidak pernah mundur ataupun angkat
tangan dari tugasnya. Bukanlah pemimpin jika hanya karena egonya, dia
meninggalkan anggotanya yang ada dalam masalah. Manusia yang lari dari masalah
adalah manusia pengecut yang tak punya harga diri dan tak patut dihargai
ataupun dihormati. Sebaik-baik pemimpin adalah dia yang tetap maju dan tegar
dalam menghadapi setiap permasalahan, kecil ataupun besar, dan meskipun pada
akhirnya mengalami kegagalan. Dia sungguh pemimpin yang baik.
Subjektif mungkin. Tulisan ini benar terkesan subjektif karena
hanya menganut satu pendapat, hanyalah pendapat-pendapatku. Karena aku ingin
memiliki pemimpin seperti yang ada dalam bayanganku, seperti yang aku katakan
di atas. Dan pun aku ingin menjadi pemimpin itu. Pemimpin terbaik meskipun tak
sempurna.(ya)
Jejak Cinta di Tapak Batas
Cakrawala Biru
-Yuli Astutik-