Mari mari marilah
Dengarlah ini kisah
silam, oh kawan
Sangatlah berguna
Moga hidup aman bahgia
Di malam yang pertama jumpa
mertua
Tersentak si jejaka
diberitakan
Istrinya tidak sempurna rupa
Anggota dzahirnya lumpuh
semua
Tiada upaya mengurus diri
Terkejut si jejaka penuh
persoalan dihatinya
Mungkinlah sudah jodoh
itulah istrinya
Ibanya rasa hati namun ridho
pada takdir
Asalkan punya iman itulah paling
penting
Saat-saat berjumpa
Terpesona memandang
Benarkah istrinya menawan
sungguh cantik
Cari cari carilah
Pasangan hidup betul-betul,
oh kawan
Bahgia berseri
Rumah tangga akan harmoni
Terhurai dijawablah oleh
mertua
Dzahirnya tak sempurna
kiasan saja
Memberi makna sucinya diri
Wanita shalihah terpelihara
Terharu jejaka tunduk bersyukur
Jangan mudah percaya harta
pangkat dan rupa
Indahnya di mata, berawaslah
Rasul sudah bersabda
Insan punya agama
Akhlaknya mulia, pahamilah
STOP...
Jangan
dulu berpikiran yang aneh tentang judul di catatan ini. Bukan karena judulnya
cari pasangan jadi penulisnya dipikir kebelet buat nyari pasangan dan pengen
nikah,hehehe... Itu hanya sekedar judul yang berhubungan dengan masalah yang
akan saya angkat kali ini. So, ayo dibaca... :D
Lirik
diatas adalah lirik sebuah lagu nasyid yang dinyanyikan oleh seorang grup
nasyid melayu. Saat SMA dulu saya sering mendengarkannya karna dirumah ada
kaset tape-nya yang seerig saya setel. Tapi semenjak kuliah dan tidak lagi
mendengarkan lagu ini, saya jadi terlupa. Lalu Desember kemarin saat saya
pulang kampun ke Pamekasan, kembali saya mendengar lagu ini dari tape
kesayangan saya. Saya juga menemukannya di laptop milik tante saya. Alhasil
saya mengkopinya ke memory HP saya. Entah kenapa tiba-tiba saya ingin
mengangkat kisah yang tersirat dalam lirik lagu ‘Cari Pasangan’ yang dibawakan
oleh grup nasyid asal Malaysia tersebut. Ada yang tau apa nama grupnya?
Nantilah saya kasih tau.
Nah
sesuai dengan judul catatan ini dan juga judul dari lirik lagu ini yaitu “Cari
Pasangan”, maka saya akan mengulas suatu kisah. Kisah penuh hikmah tentang
seorang pemuda seperti yang diceritakan dalam lirik lagu di atas. Sejauh ini
teman-teman bisa tidak nebak kisah di atas kisah siapa? Ayo, sebelum saya
ceritakan lebih lanjut teman harus bisa menebaknya. Saya tunggu sampai hitungan
ke-3 ya.... :p
Satu.....
Dua.....
Tiga....
Yak, kisah ini adalah kisah seorang pemuda bernama
Idris. Saya pernah membaca kisah ini dalam sebuah buku motivasi, hanya saja
buku itu kini entah ada dimana. Karna saya agak lupa rincian jalan ceritanya,
dari pada saya salah menceritakan sejarah ini, makanya saya cari-cari dulu
tentang kisah ini dan ini. Kisah ini Insya Allah menginspirasi kalian semua.
Idris,
pemuda shaleh ini suatu hari akan berangkat mengaji. Namun sebelum sampai
ditempat yang ditujunya, ia menemukan sebuah delima yang hanyut disungai yang
dilewatinya. Merah dan ranumnya delima membuat ia tergoda untuk merasakan
segarnya buah tersebut. Dengan sigap ia
mengambil dan tanpa pikir panjang ia mulai melahap gigitan demi gigitan buah
delima yang ia temukan tersebut. Namun tak lama kemudian, Idris baru menyadari
akan suatu hal. Dirinya mulai bertanya, “Siapakah pemilik delima yang aku makan
ini?” Idris lalu menyadari bahwa ia belum meminta izin kepada pemilik buah
delima tersebut berarti delia itu belumlah halal untuk ia makan. Terbersit rasa
penyesalan dalam hatinya karna telah khilaf memakan buah delima yang ia temukan
tanpa seizin dari pemiliknya. Lama Idris merenung, teringat akan ajaran yang
diberikan oleh gurunya, bahwa makanan haram yang masuk ke dalam badan dan
pakaian yang haram menutup badan dapat menyebabkan terhambatnya do’a. “Oh
Tuhan, ampunilah aku. Bagaimana caraku untuk membersihkan kesalahanku?” Dan penyesalan
yang tiada terbilangpun memenuhi hati Idris, sang pemuda beriman.
Setelah merenung bingung beberapa waktu
berselang, akhirnya diperoleh cara untuk menyelesaikannya, "Aku harus
mencari pemilik delima, untuk meminta keikhlasan atasnya." Akhirnya, Idris
menyusuri tepian sungai, berusaha mencari pemilik delima tadi. Delima yang
tinggal setengah masih pula di genggam sebagai bukti nanti kalau-kalau sang
pemilik meminta delimanya kembali.
Lama Idris berjalan menyusuri sungai
itu, hingga akhirnya ia bertemu dengan sebuah perkebunan yang ditumbuhi pohon
delima yang menjorok ke sungai. Setelah mengamati dan mencocokkan dengan delima
yang masih ada di pohon, Idris pun
menyangka dari pohon itulah delima yang ia makan berasal. Setelah ia yakin
benar, Idris lantas mencari pemilik sang pemilik kebun.
Setelah bertemu dengan pemilik kebun yang seorang lelaki paruh baya, Idris
berkata tenang, “Maaf pak, saya kesini untuk meminta keikhlasan bapak atas
kekhilafan yang telah saya lakukan.” Kata Idris membuka pembicaraan.
Lelaki paruh baya yang sudah ditumbuhi uban itu mengerutkan wajah, heran.
Pemuda asing yang datang ini langsung mengajukan permintaan maaf yang ia tak
tau apa kesalahannya.
"Apa gerangan yang membuat anda meminta maaf dan keikhlasan, padahal
kita baru saja berjumpa? Saya sangat yakin tak ada kekeliruan diantara kita
berdua." Jawab lelaki setengah baya.
"Begini pak,” Dijelaskanlah semua permasalahan yang telah menimpa
dirinya dari awal hingga pertemuan mereka. Mendengar penjelasan tersebut,
lelaki paruh baya tersebut terkejut, "Subhanallah", bibirnya sontak bergumam
memuji Allah.
Nah, saya potong dulu ceritanya. Sampai saat
ini apa hikmah yang terbetik dalam benak teman-teman sekalian setelah membaca
kisah diatas? Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia seperti Idris yang
sangat shaleh dan penuh tanggung jawab. Penyesalan yang tiada terkira serta
rasa berdosa karna memakan sebuah delima yang tak sengaja ia temukan hanyut di
sungai. Saya tekankan sekali lagi, ia memakan delima yang hanyut di sungai,
bukan delima yang ia temukan dibawah pohonnya apalagi masih bergelantungan di
pohonnya. Sedangkan kita? Terkadang kita menggunakan fasilitas yang sebenarnya
bukan milik kita. Terlebih saya yang terlalu sering melupakan perkara yang
sangat sepele tersebut. Kita dan terlebih saya, masih sangat jauh dari hal-hal
seperti yang di lakukan oleh Idris, pemuda yang penuh dengan tanggung jawab. Ia
benar-benar berusaha untuk tidak mencemari dirinya dengan dosa sekecil apapun.
Masalah yang mungkin menurut orang lain sangat sepele, tapi baginya perkara itu
sangat membebani hatinya karena dosa yang akan ditanggungnya.
Subhanallah...
Allahu Akbar...
Semoga mulai dari saat ini kita bisa
meneladani rasa tanggung jawab beliau. Amin...
Yuk, kita baca lanjutan kisahnya...
Beberapa saat laki-laki paruh baya itu terdiam, ia
seolah terhipnotis oleh akhlaq laki-laki asing yang kini berada di depannya.
"Baru kali ini aku melihat seorang laki-laki yang begitu bersemangat
menjaga dan mencegah diri dari dosa, padahal bisa saja ia melupakan perkara itu
begitu saja. Tapi laki-laki muda ini sangat aneh, dan jarang kutemui." Pak
Tua membatin.
Lain halnya dengan Idris,
Ia justru dilanda kekhawatiran tiada terkira, jangan-jangan Pak Tua tak mau
memaafkannya, "Bagaimana, Pak, bisakah aku dimaafkan dan delima yang aku
makan ini diikhlaskan?"
Pak
tua lantas memberi jawaban dengan wajah yang dibuat-buat agar menimbulkan
keangkeran, "Aku mau menerima maafmu, asal kamu mau menerima
persyaratanku."
"Oh
saya mau Pak, apapun persyaratan yang bapak ajukan, aku mau melakukan, asal
bapak mau mengikhlaskan, " sambut Idris berseri-seri, karena melihat
peluang untuk dapat diampuni.
"Begini
Nak, "kata Pak Tua mulai menjelaskan serius, "Aku punya seorang anak
perempuan tunggal yang tuli, bisu, buta, dan lumpuh."
"Lantas?"
tanya si Idris penasaran.
"Aku
menghendakimu menjadi menantuku, mengawini putriku. Itulah satu-satunya syarat
yang kuajukan agar delima yang telah engkau makan dapat aku ihklaskan," jelas
Pak Tua sejelas-jelasnya.
"Innalillah,"
desis hati si Idris ketika mendengar penjelasan dari pak tua di depannya,
"Bagaimana mungkin hanya untuk mendapatkan keikhlasan sebuah delima harus
aku tebus dengan mengawini wanita cacat segalanya. Apakah cara ini cukup
adil?" Kelihatan sekali kening pemuda Idris berkerut, mempertimbangkan dan
memikirkan keputusan yang sangat berat.
Pak
Tua memperlihatikan pemuda Idris dengan seksama lantas bertanya malah terkesan
setengah memaksa, "Bagaimana Nak?" Memang itu saja
persyaratanku."
Idris
terdiam, tampak memikirkan dengan begitu mendalam. Sejenak kemudian ia
mengangkat wajah, mendesah berat, lantas memberikan jawaban, "Kalau memang
hanya cara itu yang bisa membuat Bapak memaafkan kesalahanku maka aku harus
menyanggupinya wahai Pak Tua."
Sebenarnya saya pengen berkomentar di penggalan kisah
ini, tapi saya benar-benar spechless bacanya, jadi bingung mau berkomentar apa.
Yah, silahkan teman-teman meresapi kisah ini dengan sungguh-sungguh, betapa
luasnya hati pemuda baik bernama Idris tersebut. Demi mendapatkan sebuah maaf dari
kesalahan yang mungkin menurut kita amat sangat sepele, ia rela menerima apapun
permintaan yang di ajukan oleh pak tua pemilik kebun. Yah, semua yang ia
lakukan hanya untuk satu tujuan yaitu mendapat pengampunan dosa dari Sang
Mahapengampun, Allah SWT.
Mendengar
jawaban Idris, lelaki paruh baya itu tersenyum bahagia lantas bicara, "Aku
ikhlas memberi ampunan, aku harap kaupun ikhlas menerima persyaratan."
"Aku
ikhlas," tukas Idris lugas, sambil menyodorkan sebuah jabat tangan.
"Kalau
begitu, sebelum aku mengawinkanmu, kupersilakan kau melihat calon istrimu
dahulu.” Kata Pak Tua, sambil mempersilakan pemuda Idris melihat calon istrinya
di ruang tengah. Idris segera beranjak, menuju ruang yang ditunjukkan. Dengan
tangan sedikit kaku, didorongnya gagang pintu dengan hati berdebar tak menentu
karena matanya akan segera menatap calon istri yang cacat segala rupa.
"Bagaimana
bentuk wanita calonku ini, yang cacat segalanya, buta, tuli, lumpuh,
bisu?" Beberapa saat pintu terbuka hampir tak berbunyi. Di lihatnya sorang
wanita jelita yang tampaknya sedang merenda. Hanya dia dan tak ada lagi wanita
lainnya. Bingung. Pintu ditutup kembali sama pelannya ketika ia membuka lantas
menemui pak tua, Ayah dari calon istrinya. "Pak, aku tak melihat orang
lain di dalam sana,kecuali hanya seorang wanita yang sedang merenda."
Pak
Tua tersenyum lantas berujar, "Dialah calon istrimu."
"Oh
Tuhan, bagaimana bisa begitu? Bukankah Bapak tadi menyebut calonku
seorang buta, tuli, lumpuh, dan bisu? Sedangkan yang didalam sana seorang
wanita yang sangat jelita dengan muka ranum bak delima?" tanya pemuda
Idris setengah tak percaya. Hatinya berdebar kencang.
"Begini
anakku. Dia memang buta dalam soal
melihat kemaksiatan. Dia memang tuli
dalam mendengar pembicaraan yang dapat menimbulkan murka Allah. Dia memang bisu untuk mengucapkan makian dan lumpuh
karena tidak melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat, lokasi berkumpulnya
syetan. Dia tak pernah bersentuhan
dengan segala kemaksiatan, Itulah yang kumaksud bahwa dia buta, tuli,
lumpuh, bisu. Karena itulah, tak ada pemuda yang layak menjadi suaminya
kecuali orang sepertimu, yang juga menjaga diri dari segala hal yang berkaitan
dengan dosa, haram, dan kemaksiatan.
Merekapun
dinikahkan. Kebahagian dan ketidakpercayaan masih hadir kala perjalan pasangan
ini mengarungi bahtera rumah tangga. Karena niatan Lillah Billah dan Fillah, halangan
demi halangan hanya Allah tempat terbaik dalam meminta dan berlindung.
Subhanallah, Mahasuci Allah yang Mahapengasih lagi
Mahapenyayang. Yang selalu memberikan balasan yang setimpal dengan amalan yang
di lakukan oleh setiap makhluknya. Sekecil apapun amalan baik manusia, maka ia
akan mendapatkan balasannya. Sebaliknya, sekecil apapun amalan buruk manusia,
maka azab Allah sangatlah pedih.
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
(Q.S. Al Zalzalah: 7-8)
Dan atas kesabaran Idris serta rasa tanggung jawabnya
yang sangat luar biasa, Allah telah memberikan kebaikan baginya.
Dari
pasangan suami-istri yang terjaga dari dosa dan maksiat, haram dan kemungkaran
ini, kemudian lahir seorang anak shaleh teladan, yang bahkan dalam umur enam
tahun telah hafal Al-Quran. Dialah Muhammad bin Idris Assyafi'i yang tak lain
adalah Imam Syafi'i Itulah kesabaran dari ayah seorang ulama besar sepanjang
masa ini. Sang ayah begitu sabar dalam menahan dan menghindari makanan yang
haram demi memperoleh anak yang saleh. Allah pun mengabulkannya.
Dari kisah di atas terdapat begitu banyak hikmah yang
bisa kita ambil. Diantaranya adalah bagaimana kita harus bertanggung jawab atas
apa yang telah kita lakukan. Kita juga harus selalu memperhatikan setiap
makanan yang kita makan, apakah makanan tersebut halal atau haram untuk kita
makan. Karena setiap apapun yang kita lakukan dan kita makan, akan diminta
pertanggungjawabannya oleh Sang Pemberi balasan.
Kembali ke judul postingan ini, yakni tentang cari
pasangan. Hikmah yang bisa saya ambil dari kisah dan lirik lagu diatas adalah
bahwa dalam mencari pasangan kita haruslah benar-benar jeli. Bukan hanya
dilihat dari segi harta, pangkat, ataupun rupa. Tapi yang paling penting adalah
keimanan dan akhlaqnya yang mulia. Wanita siapa yang tidak ingin menikah dengan
seorang seorang pemuda yang menjaga dirinya dari dosa? Yang bahkan demi sebuah
maaf ia ikhlas menikah dengan wanita yang cacat segala, demi sebuah ampunan
dari Allah SWT. Meskipun akhirnya ia tau bahwa calon istrinya cacat karena
tidak pernah bersentuhan dalam segala kemaksiatan.
Dan lelaki mana yang tidak ingin menikah dengan seorang
wanita yang terjaga dari dosa dan maksiat. Wanita yang bisu, tuli, buta, dan
lumpuh untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT. Wanita seperti calon istri
Idris yang shalehah. Saya pernah mendengar bahwa untuk mencari pasangan
perhatikanlah tiga hal, yaitu hartanya, rupanya, dan akhlaqnya. Saat itu saya
heran dan bingung dengan maksud pernyataan diatas, hingga akhirnya saya
mengerti. Saya mengerti bahwa dengan adanya harta bisa menjadi sarana kita
dalam beribadah kepada Allah dengan cara menyedekahkannya di jalan Allah.
Dengan rupa yang elok dan menawan, maka akan membuat senang serta bahagia
pasangan kita. Meskipun sebenarnya walau tanpa kedua hal tersebut, yakni harta
dan rupa. Kenapa? Karena ada satu pondasi yang mampu membuat kita khusuk dalam
beribadah serta membahagiakan pasangan kita, pondasi itu adalah iman dan
akhlak. Dengan adanya harta yang banyak dan rupa yang elok, tapi tanpa akhlak
yang baik, maka hancurlah mereka. Tapi dengan akhlak yang mulia meskipun tanpa
harta dan rupa, Allah akan selalu ridho kepada makhluknya yang senantiasa berpegang
kepada sabda-Nya dan berjalan di jalan-Nya.
Wallahu’alam bisshawab
Hanya Allah yang Mahatahu. Karena aku hanyalah manusia
yang terbatas, terbatas ilmu pengetahuannya. Semoga Allah mengampuni kesalahan
atas tulisan-tulisan yang saya buat. Dan semoga tulisan yang saya buat ini
bermanfaat bagi orang lain. Amin...
#oh iya, hampir lupa. Nama Grup nasyid asal Malaysia yang menyanyikan lagu mencari pasangan itu namanya "Rabbani".
*mirip-mirip sama nama teman saya -.-"