“Jika
kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka MENULISLAH”
(Al-Ghazali)
Sepenggal
kalimat Al-Ghazali yang sarat makna, mengajarkan kita untuk senantiasa menulis
dan menulis. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan bodoh dan
memiliki ilmu sedikitpun. Hidup adalah proses pembelajaran tanpa henti, tak
mengenal tempat, waktu, usia, dan cara. Segala apapun yang kita lakukan adalah
proses pembelajaran yang memiliki hikmah di balik itu semua.
Belajar.
Itu tugas utama bagi manusia, karena belajar adalah sebuah proses yang dinilai
sebagai ibadah jika niat kita ikhlas karena Allah. Dalam Al-Quran Allah
bersabda,
"Niscaya
Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Qur’an Al
mujadalah 11)
Allah
senantiasa meninggikan derajat orang-orang beriman yang memiliki ilmu yang
mumpuni sehingga ia bisa mengerti dan
memahami apa yang ia kerjakan dalam kehidupannya sehari-hari. Orang-orang
beriman dan berilmu juga akan senantiasa tahu bagaimana caranya melakukan
ibadah dengan benar sehingga ia bisa membedakan antara yang haq dan yang
bathil.
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5)
Ayat
Al-Quran diatas menjelaskan bahwa Allah mengajar manusia dengan dua perantara,
yakni baca dan tulis. Hal pertama yang kita pelajari saat duduk di bangku
sekolah adalah adalah membaca. Mengenali huruf-huruf dan menrangkainya menjadi
kata per kata. Rajin membaca akan menambah banyak wawasan untuk kita mengerti
dunia yang berada di luar kita. Dengan membaca segala hal yang tak kita ketahui
menjadi hal yang tak lagi asing bagi kita. Buku adalah jendela dunia, tentu
saja jika kita rajin untuk membacanya. Kita bisa mengetahui seluruh dunia dalam
sekejap meskipun kita tidak pergi kemana-mana, hanya cukup duduk dan membaca.
Allah
juga mengajar manusia dengan perantara tulis. Yah, menulis. Suatu hal yang
tidak sulit, tapi juga tidak terlalu mudah. Menulis adalah hal kedua yang kita
pelajari setelah kita bisa membaca. Mengenali huruf dan menuliskannya.
Merangkaikannya hingga menjadi sebuah kata yang bermakna, menjadi sebuah
kalimat yang indah.
Dunia
menulis bukanlah merupakan hal yang baru bagi ku. Aku sudah mulai melakoninya
dari saat masa SMP. Hanya saja waktu itu belum terlalu manfaat dari menulis dan
menghasilkan sebuah karya, jadinya aktivitas itu berlangsung ketika aku mau
saja. Akan tetapi belakangan ini, tepatnya satu tahun yang lalu aku bertemu
dengan teman-teman yang aktif dalam menulis. Mereka yang membuatku mengerti
akan pentingnya menulis. Tulis apa saja yang ada dalam pikiran. Tuangkan ia
dalam untaian kalimat-kalimat yang lahir dari goresan pena tangan kita.
Seberapapun bagusnya, atau bahkan seberapapun jeleknya, teruslah menulis karena
itu adalah pembelajaran dan suatu saat nanti kita akan merasakan manfaatnya.
Setahun aku lakukan, tak banyak memang dan tak juga bisa dibilang bagus, tapi
aku hanya ingin menulis dan meski sedikit kini aku merasakan manfaatnya.
Kemampuan menulisku bisa dengan lumayan cepat meningkat.
Kawan,
Jangan
takut untuk menulis. Dengan menulis kita bebas mengekspresikan siapa diri kita.
Saat kita butuh teman di saat sedih, tulislah di selembar kertas apa yang kita
rasakan dan kesedihan itu juga akan hilang bersama datangnya kelegaan karena
kita bisa menceritakan kesedihan itu walau dalam selembar kertas. Ketika kita
bahagia, tulislah juga kisah itu dalam selembar kertas dan berikanlah kepada
sahabat-sahabat kita sebagai rasa syukur, juga motivasi kepada orang lain atas kebahagiaan yang
kita raih.
Ikatlah
ilmu dengan menulis.
Itu
kata peribahasa. Manusia memang tempatnya lupa. Sekuat apapun daya ingat
seorang manusia, suatu saat ia juga akan mengalami hal yang namanya lupa, dan
hal yang paling efektif untuk mengatasi masalah lupa itu adalah dengan menulis,
karena semuanya tersimpan rapi dalam berkas-berkas nyata, tidak abstrak yang
hanya berupa ingatan. Maka darinya (menulis) kau akan belajar banyak hal.
Tulislah
apa yang ada di otak kita, walau itu secuil. Secuil ilmu yang kita tulis dan
dibaca serta dipahami oleh orang lain akan menjadi ladang amal bagi kita. Maka
janganlah ragu untuk menulis dan berbagi kepada orang lain, bahkan kepada orang
yang tak kita kenal. Amal jariyah menanti kita.
Menulislah
dan kita akan menjelajah dunia. Tak hanya membaca yang menjadi jendela dunia.
Kitalah yang menggenggam dunia karena setiap tempat yang kau tuliskan itu
bergantung dari diri kita, terserah pada imaji yang hadir dalam otak kita.
Menulislah maka dunia menjadi milik kita.
Sebuah
cerita tentang seorang kawan. Ia begitu rajinnya menulis, menuangkan ide-ide
briliannya dalam untaian kata-kata penuh makna. Menuliskan apapun yang ia temui
dalam kehidupannya dan membagikannya bagi sahabatnya-sahabatnya. Hal ini
membuatnya jadi pribadi yang disukai oleh para sahabatnya, menjadi seorang yang
cerdas, dan tanggap dalam menangani masalah. Lain lagi dengan teman yang
berbeda, yang karena karya yang ia tulis dapat membawanya terbang hingga ke
dunia yang bahkan tak ada bayangannya. Menurut mereka itu adalah prestasi,
walau pun tak bisa di nilai dengan uang. Kerena prestasi bukan hanya dinilai
dari akademik ataupun memenangkan perlombaan bukan? Prestasi adalah mewujudkan
apa yang dicitakan, dan mereka telah menggapai apa yang dicitakan. Aku pun juga
ingin begitu, menggapai citaku, menciptakan karyaku. Kau juga begitu kan kawan?
Tuliskanlah, dan kau akan menemui bahwa prestasi-prestasi itu sedang menunggu
untuk kau raih....
Ah,
iya. Ada satu hal yang sedikit menggangu pikiranku, mungkin agak sedikit tidak
nyambung, tapi tak bisa untuk tidak aku tuliskan. Kawan, percayakah kalian
bahwa dengan karya yang berasal dari goresan pena-pena kita bisa menjadi
penentu kehidupan bangsa? Aku percaya, kawan, dan kebanyakan dari kalian juga
percaya, bukan? Sebuah tulisan itu punya kekuatan, kekuatan yang bahkan tak
bisa di bandingkan dengan kekuatan harta atau kekuasaan. Kekuatan itu berasal
dari kita, dari sang penulis. Maka menulislah dan sebarkanlah kebenaran serta
kebaikan, negeri ini sedang mebutuhkan kalian untuk mengalahkan uang dan
jabatan...
Kawan,
Menulislah....
Menulislah...
Kau akan banyak belajar, tentang makna
setiap inci kehidupan...
Menulislah...
Kau akan banyak mengajar, berbagi ilmu
bahkan pada orang yang tak kau kenal...
Menulislah...
Kau akan bebas mengekspresikan dirimu,
suka, duka, resah, bahagia, hingga seluruh rasa...
Menulislah...
Kau selalu bisa jadi dirimu sendiri,
menjadi apa yang kau ingin dan kau impikan...
Menulislah...
Kau akan menjelajahi dunia, tak berbatas
jarak dan waktu, hingga di ujung cakrawala...
Menulislah...
Dan prestasi-prestasi itu setia menunggu
untuk kau raih...
Ayo menulis...
Ayo berprestasi...
Berkreasi tanpa batas...!!! :D
23:23 A.M
21-11-12
(yuli astutik)